Di Balik Makna "Insya Allah" yang Sering Disalahpahami

1 April 2023 08:04 WIB

Narasi TV

Penulis: Bima Nur M.R.

Editor: Surya Wijayanti

Makna di balik nama Nabi Ismail AS dikisahkan sebagai ‘yang didengar oleh Allah’. Sebelumnya, Nabi Ibrahim AS memohon kepada Allah SWT agar dianugerahkan seorang anak, Tuhan pun mengabulkan doa tersebut. Sehingga, diberikannya lah nama ‘Ismail’.

Namun, yang melekat di ingatan kita adalah bagaimana Nabi Ismail AS hampir dikurbankan oleh Nabi Ibrahim AS. Dia bermimpi diperintahkan oleh Tuhan agar mengorbankan putranya. Kabar itu bagi sebagian orang mungkin bagaikan petir yang menyambar, tapi respon yang berbeda justru ditunjukkan Nabi Ismail AS.

“Itu diceritakan oleh Al-Qur’an bahwa ketika itu Nabi Ismail berkata ’laksanakan dengan segera. Jadi, jangan tunda-tunda. Saya sudah siap, insya Allah engkau akan menemui saya dalam keadaan bersabar dan tabah dalam menghadapi ini.’ Jadi sikapnya yang  menerima karena itu perintah Allah” jelas Quraish Shihab.

Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengarkan pengucapan kata Insya Allah. Namun,  ungkapan  kerap diucapkan untuk janji yang potensial untuk dilanggar, komitmen yang tidak teguh, atau harapan yang tidak pasti.

“Itu salah, bukan itu maksudnya. Harusnya ketika kita bertekad maka gunakan Insya Allah, menyadari kelemahan kita dan kebesaran serta kemampuan Allah menghimpun semua faktor yang  bisa mewujudkan kehendak kita,”terang Quraish Shihab.

Kemanusiaan Mendahului Keberagamaan

Perintah mengorbankan Nabi Ismail AS diubah menjadi domba oleh Tuhan, “memang kalau Tuhan perintahkan, harus diterima. Tapi, Tuhan Maha Kasih sehingga jangan pernah mengorbankan manusia, gantikanlah dengan mengorbankan binatang. Maka Tuhan ganti dengan domba.” terang Quraish Shihab.

Kisah tersebut dapat kita maknai dalam ajaran Islam, kemanusiaan seharusnya mendahului keberagamaan. Bahkan, Quraish Shihab menerangkan jika kita dihadapkan pada dua pilihan: shalat Jum’at; atau, menolong orang yang hanya bisa ditolong oleh kita. Maka, kita sebaiknya memilih untuk menolong orang tersebut terlebih dahulu.

“Ini lambang yang diajarkan oleh penyembelihan yang dibatalkan” pungkas Quraish Shihab.

Keberhasilan Pendidikan Orang Tua

Nabi Ibrahim AS sempat memanjatkan permohonan dalam doa-nya agar anak dan keluarganya dekat dari Ka'bah. Doa tersebut dipanjatkan olehnya dengan harapan agar keturunannya dapat memanjatkan shalat.

Pendidikan karakter dan agama yang ditekankan oleh Nabi Ibrahim berhasil membentuk karakter Nabi Ismail AS.

“Jadi dia [Nabi Ibrahim AS] mendidik anak ini [Nabi Ismail AS] agar dekat kepada Tuhan dan melaksanakan shalat. Dan, hasilnya itu yang kita lihat bagaimana dia menerima dengan legowo perintah Tuhan dan hasilnya bagaimana penerimaan itu memberikan dampak yang sangat positif bagi kemanusiaan seluruhnya” ujar Quraish Shihab.

Bunuhlah Sifat Kebinatangan Dalam Diri Kita

Beberapa pakar menjelaskan bahwa digantikannya manusia dengan binatang dalam proses kurban merupakan sebuah simbol.

Setiap manusia memiliki sifat kebinatangan dalam dirinya, hal ini yang digambarkan dengan simbolik dalam proses kurban. Diharapkan proses kurban dapat melenyapkan sifat kebinatangan yang ada dalam diri kita.

“Manusia rakus,ingin menang sendiri itu sifat kebinatangan yang harus kita enyahkan atau kendalakan,”ujar Quraish Shihab.

Mau tahu lebih banyak tentang kisah-kisah lainnya?

Saksikan Shihab & Shihab edisi Ramadan berikutnya, tayang setiap hari jelang waktu berbuka puasa di Indosiar dan Vidio.com setiap harinya. Shihab & Shihab menemani kamu menantikan waktu berbuka puasa dengan dialog antara Quraish Shihab dan Najwa Shihab membahas kisah-kisah menarik dan berharga dalam Al-Qur’an.

Sampai jumpa menjelang waktu berbuka!

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR