Bagi kamu, makna dari kaya itu apa sih? Punya uang banyak? Aset di mana-mana? Atau punya barang-barang bermerek? Enggak ada yang salah sih, tapi sebetulnya ada hal yang lebih perlu kita pahami kalau bicara soal kekayaan, dan kita bisa belajar lewat sifat Allah Al-Ghaniy, Allah Yang Maha Kaya.
Al-Ghaniy (Yang Maha Kaya) memiliki pengertian yang lebih dari sekadar materi. Allah Al-Ghaniy juga bisa bermakna Allah yang tidak memiliki kebutuhan, karena semuanya telah Dia miliki.
Nabi Muhammad SAW bersabda: ‘bukanlah ghina (kekayaan) itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan hati dan jiwa.’ Ini dimaknai dengan hati yang kerap merasa puas dan merasa cukup.
Tapi, sebagai manusia yang butuh akan banyak hal, bagaimana ya caranya meneladani sifat Allah Al-Ghaniy ini?
Quraish Shihab mengatakan, wajar sebetulnya manusia memiliki kebutuhan. Tetapi jangan sampai kebutuhan itu melampaui batas, sehingga kita tidak pernah puas.
Jadi, kekayaan itu tentang kepuasan hati. Tapi di satu sisi, kepuasan hati itu juga jangan membuat kita jadi malas berusaha. Kepuasan hati yang diajarkan oleh agama itu adalah berusaha sekuat tenaga untuk mencari apa yang bisa kita peroleh di dunia ini, baik materi maupun non materi. Tetapi setelah berhasil mendapatkan apa yang kita cari, berbagilah kepada orang lain, dengan kesadaran bahwa hasil tersebut sudah cukup bagi kita.
Jangan khawtair. Bercita-cita menjadi kaya tuh nggak apa-apa, loh. Asal jangan memupuk rasa tidak pernah puas dengan kekayaan sehingga bisa berakibat keserakahan, salah satunya seperti korupsi. Bila kita tidak pernah puas, ini justru menandakan bahwa jiwa kita miskin.
Ada satu hal lagi yang menarik disampaikan oleh Quraish Shihab. Disampaikan bahwa harta yang disebut dalam Al-Qur’an itu selalu dikaitkan kepada kelompok. Ada beberapa ayat yang mengaitkan harta dengan pribadi, tapi itu justru menggambarkan penyesalan. Dari sini kita bisa belajar, bahwa harta itu sesungguhnya milik Tuhan dan ada milik orang lain yang perlu kita salurkan kepada orang-orang yang butuh.
Wah, jadi benar-benar bisa refleksi soal harta dan kekayaan, ya. Kalau begitu, mari menutup ini dengan doa agar hati selalu merasa cukup: “Ya Allah, Yang Maha Kaya dan yang memberi kekayaan, Yang Maha Tidak Butuh dan Yang Maha Memenuhi kebutuhan mahluk-Nya. Jadikanlah aku tidak butuh dengan jalan hanya mengandalkan-Mu saja. Ya Allah, cukupkanlah aku dengan yang halal yang Engkau anugerahkan kepadaku dan cukupkanlah aku dengan ketaatan kepada-Mu, sehingga terhindar dari maksiat dan kedurhakaan kepada-Mu.”