In life, nothing is permanent.
Kadang hidup serasa di atas angin, berada di puncak perjuangan.
Kadang justru terjebak badai kegagalan, terpuruk dalam jurang kekecewaan.
Ingatkah kamu bahwa Allah SWT bersifat Al-Khafid, Yang Maha Merendahkan dan Ar-Rafi, Yang Maha Meninggikan? Kedua sifat Allah SWT ini bertolak belakang, tapi justru saling melengkapi.
Sifat Al-Khafid dan Ar-Rafi’ mengingatkan kita bahwa segala yang ada di dunia ini penuh dinamika, tidaklah permanen.
“Kenapa Al-Khafid dan Ar-Rafi’ harus disebut bersamaan?” tanya Najwa Shihab pada Quraish Shihab.
Quraish Shihab menjawab, “karena kalau kita hanya menyebut Al-Khafid, Yang Maha Merendahkan, terkesan buruk. Maka disebutlah, bahwa, Dia merendahkan, tapi juga meninggikan. Hal yang perlu diingat, Jika Allah SWT merendahkan (umat-Nya) sebabnya pasti bermanfaat, pun jika Allah SWT meninggikan (umat-Nya) alasannya pasti untuk kebaikan.”
Salah satu yang ditinggikan oleh Allah SWT adalah derajat orang-orang yang beriman, seperti yang tercantum dalam ayat berikut:
مَنْ كَانَ يُرِيْدُ الْعِزَّةَ فَلِلّٰهِ الْعِزَّةُ جَمِيْعًاۗ اِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ
الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهٗ ۗوَالَّذِيْنَ يَمْكُرُوْنَ السَّيِّاٰتِ لَهُمْ
عَذَابٌ شَدِيْدٌ ۗوَمَكْرُ اُولٰۤىِٕكَ هُوَ يَبُوْرُ
Artinya: Siapa yang menghendaki kemuliaan (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah SWT. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan baik dan amal saleh akan diangkat-Nya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan akan mendapat azab yang sangat keras dan rencana jahat mereka akan hancur. (Q.S.Al- Fatir:10)
Selanjutnya, Najwa Shihab bertanya, “Abiku, kalau kita dalam situasi yang sedang merasa rendah, karena kehilangan status, kehilangan jabatan, kehilangan posisi, bagaimana kita menyikapi itu?”
Quraish Shihab menjawab, “hal yang harus dipahami adalah apakah posisi itu, jabatan itu, memang sebab seseorang ditinggikan? Bisa saja yang menganggap tinggi itu adalah masyarakat yang tidak mengerti. Tapi kalau ada pejabat yang mendapat kedudukan yang tinggi tapi buruk dalam perangainya, maka Allah SWT tidak meninggikan pejabat itu. Jadi, ketinggian dan kerendahan (derajat manusia) harus diukur dengan tolak ukur yang ditetapkan Allah SWT. Boleh jadi seseorang yang miskin, tidak punya apa-apa, tapi punya harga diri itu ditinggikan Allah SWT.”
Dapat disimpulkan ukuran tinggi rendahnya derajat manusia itu berdasarkan tolak ukur Allah SWT— dari ketakwaan, dari kedekatan seorang hamba pada Allah SWT, bukan harta, jabatan, popularitas, dan lainnya. Lantas, selain beriman dan beramal saleh, adakah syarat lain agar menjadi hamba yang ditinggikan oleh Allah SWT?
Quraish Shihab mengutip Surat Al- Mujadalah ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
Quraish Shihab kemudian menegaskan, jika untuk menjadi manusia yang ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT, sebaiknya menjadi manusia yang beriman, beramal saleh, dan berilmu.
Semoga kita diangkat derajatnya dengan terus mendekatkan diri pada Allah, beramal saleh dan menambah ilmu. Eits..jadi makin semangat gak, ngeboost ilmu? Yuk belajar bareng sebagian Asmaul Husna lewat Shihab & Shihab hanya di Indosiar.