Sebagian besar dari umat muslim mungkin sering mendengar gambaran bahwa Allah SWT akan memberi siksa, menghukum, ataupun membalas dosa-dosa hamba-Nya. Tidak jarang, penggambaran ini justru membuat kita takut pada Tuhan.
Allah itu Al-Muntaqim, Allah Yang Maha Pengancam. Bagaimana penjelasannya?
Bila dilihat dari akar katanya, muntaqim berarti sebagai pelaku yang menjatuhkan niqmat. Niqmat merupakan antonim dari ni’mat, yang artinya adalah sesuatu yang diancamkan oleh Allah terhadap sesuatu yang buruk, yang tidak disenangi-Nya, dan yang menimbulkan amarah-Nya. Dari ancaman itu kita diharapkan bisa berhenti melakukan keburukan atau Tuhan bisa saja menjatuhkan sanksi.
Tapi, tahukah kamu, bahwa ternyata dalam Al-Qur’an tidak ditemukan kata muntaqim? Yang ada hanyalah dalam bentuk jamak yaitu muntaqimun.
Quraish Shihab menjelaskan, hal ini menunjukkan kesan bahwa Tuhan tidak suka atau enggan menunjukkan kesan Dirinya sebagai muntaqim. Karena muntaqim juga dimaknai sebagai balas dendam.
Dalam Al-Qur’an juga dikatakan bahwa ancaman Tuhan itu belum betul-betul terjadi. Ancaman itu disampaikan setelah sebelumnya manusia melakukan pelanggaran dan ditegur oleh Tuhan. Jadi, ancaman itu tidak serta merta diturunkan Tuhan begitu saja, melainkan melalui sejumlah tahapan.
Quraish Shihab juga menerangkan, janji baik Tuhan pasti terjadi, tetapi ancaman Tuhan belum tentu terlaksana. Dari sini, sepatutnya kita mengerti bahwa ancaman-ancaman Tuhan itu semata-mata bertujuan sebagai pengingat manusia agar berhenti melakukan kedurhakaan.
Karena itu, janganlah berprasangka buruk pada Tuhan. Yakinlah bahwa Tuhan begitu baik. Tapi di saat yang sama, jangan sampai sangka baik kita pada Tuhan justru membuat kita mudah melakukan pelanggaran.