Palu Tetap Kuat

Tim Buka Mata berhasil merekam pertemuan seorang anak usia 5 tahun yang sudah berpisah selama 7 hari dengan orangtuanya. Saat gempa terjadi, anak tersebut sedang ikut neneknya berjualan kacang rebus di pantai. Sementara ayahnya tengah menyusul mereka kala gempa terjadi pukul 18.02 wita. Keluarga pun menyebar foto di media sosial infokotaPalu.

Selain itu, sang ayah juga sudah mencari ke seluruh tempat termasuk ke posko jenazah. Meski demikian sepasang orangtua muda ini sangat yakin anak mereka masih hidup. Hingga pada 5 Oktober 2018, seorang imam masjid melihat kecocokan foto di media sosial dengan seorang anak dan langsung mengontak sang ayah. Keluarga kecil ini pun bisa kembali berkumpul pada 7 Oktober 2018 lalu.

Kemudian berdasarkan hasil rapat kordinasi, Gubernur Sulawesi Tengah memutuskan memperpanjang tanggap darurat hingga 26 Oktober 2018 mendatang. Pengungsi di Palu, Donggala, dan Sigi masih memerlukan penanganan medis, bantuan logistik. Selain itu, Pemerintah juga harus memperhatikan hunian sementara bagi warga Palu yang menjadi korban gempa. Mengingat kawasan Petobo, Balaroa serta Sigi yang mayoritas pemukiman warga hancur bahkan tidak bersisa sedikit pun akibat gempa dan likuefaksi.

Akibat gempa Palu 7,4 SR pada 28 September 2018 pukul 18.02 WITA, 87.725 orang menjadi pengungsi. Tercatat 2.073 orang meninggal dunia, dan 680 orang hilang. (BNPB, 11 Oktober 2018)

Gempa Palu sebenarnya sudah diprediksi oleh sejumlah ahli, seharusnya kajian para ahli dapat menjadi rujukan proses pembangunan dan tata kota agar hunian warga aman dari bencana.

Indonesia berada di Ring of Fire, di mana hampir setiap jengkal wilayahnya tak lepas dari bencana alam. Bencana di Sulawesi Tengah diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi negeri.

KOMENTAR

SELANJUTNYA

TERPOPULER