Menurut data KPU, lebih dari 50 persen suara pemilih merupakan usia 17-40 tahun yang masuk kategori milenial. Ceruk besar ini menjadi incaran capres. Tak heran kedua pasangan capres pun berlomba-lomba berkampanye dengan gaya milenial.
Ketua Gerakan Milenial Indonesia (GMI) Prabowo-Sandiaga, Sasha Tutuko mengatakan dirinya bersama GMI mendukung Prabowo-Sandiaga karena mereka membawa harapan perubahan bagi anak muda. Sedangkan, penggagas Gerakan Ayo Jokowi, Amalia Ayuningtyas menjelaskan alasannya memilih Jokowi karena rekam jejaknya. “Pak Jokowi merintis karir politiknya dari bawah, dengan kerja ikhlas. Ini sesuai gambaran mayoritas rakyat kita,” kata Amalia.
Menurut Jubir BPN, Gamal Albinsaid, Prabowo Sandiaga tidak menjadikan kelompok milenial sebagai lumbung suara, melainkan memberikan harapan dan kemajuan melalui program-programnya. “Prabowo-Sandiaga akan menghentikan praktik Gerontokrasi,” kata Gamal. Pandangan Gamal dibantah Sekretaris TKN, Raja Juli Antoni. “Justru, Prabowo itu pembawa simbol Gerontokrasi. Dia simbol rezim masa lalu, yang antidemokrasi lalu pura-pura hadir dengan kebaruan,” kata Juli.