Politikus PDI Perjuangan, Maruarar Sirait mengingatkan jelang 2019 akan terjadi banyak perbedaan pilihan politik. Ia mengakui perbedaan ini akan bisa sangat keras. “Keras tidaknya itu dipengaruhi elit. Tapi jangan korbankan rakyat. Mereka harus dilindungi,” katanya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan sah-sah saja elit politik berperang untuk menang. Caranya masing-masing kubu saling membuka fakta tentang lawan politiknya. “Lakukan itu untuk para elite, dengan sistem buka fakta itu nggak perlu gelisah,” katanya.
Namun, Yunarto mengingatkan agar elit politik berhenti untuk melakukan stigmatisasi terhadap isu-isu. Hal ini yang bisa menyesatkan masyarakat. Seirama dengan Yunarto, Guru Besar UII Mahfud MD, elit politik harus berarung secara profesional. Mereka bisa saling membuka data dan fakta tentang lawan politiknya, sehingga masyarakat bisa menilainya sendiri.
Sebagai penutup, inilah Catatan Najwa, Bara Jelang 2019.
Begitu batas kawan dan lawan makin kentara, prasangka dengan mudahnya merajalela.
Perbedaan pun akhirnya menjadi bara, saling curiga menjadi hal yang biasa
Segala sesuatu mudah memicu pertengkaran, hari demi hari disesaki oleh kegaduhan.
Nyaris tak ada tempat bagi kebenaran, informasi dengan gampang diputarbalikkan
Tiap ada yang keliru, lawan sigap memburu, menghajar tanpa pandang bulu
Demokrasi ramai oleh tindak persekusi, percakapan disesaki oleh caci maki
Entah apa yang dipikirkan juru taktik tiap kubu, demi kekuasaan seakan boleh menerabas tabu
Lama-lama menjadi Indonesia bisa tak bermakna, selama parade kebencian terus saja mengemuka
Jika polarisasi dipakai untuk menang Pemilu, mengapa tega menyulap rakyat menjadi serdadu?