Pengamat: Rekonsiliasi Ibarat Martabak

Panasnya Pilpres 2019 membuat masyarakat menjadi terpolarisasi, bahkan berujung pada kerusuhan yang menelan korban jiwa. Elite politik pun dituntut bertanggung jawab dengan melakukan rekonsiliasi dengan menyodorkan agenda kerakyatan, bukan sekadar politik dagang sapi. Apakah rekonsiliasi ini dibutuhkan dan apa efeknya bagi masyarakat luas yang selama ini sudah terbelah? 

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya mengatakan banyak hipotesa yang dikatakan oleh politisi soal rekonsiliasi sudah terbantahkan. “Politisi jangan memberikan mimpi kepada Jokowi. Tidak perlu takut ada perbedaan. Jangan itu jadi alasan untuk politik dagang sapi,” ujarnya. Direktur Lokataru, Haris Azhar mengatakan masyarakat masih melihat seperti apa rekonsiliasi yang ditawarkan. Menurutnya, rekonsiliasi masih belum jelas, apakah menyelamatkan bangsa atau kelompoknya untuk tetap berkuasa. “Rekonsiliasi itu nyodorin program dan kerja bareng-bareng,” ujarnya.

Waketum Partai Gerindra, Arief Poyuono mengatakan memang bukan rekonsiliasi. Namun, hal yang paling penting adalah menyatukan masyarakat supaya tidak ada lagi cebong dan kampret. Sekjen PAN, Eddy Soeparno mengatakan rekonsiliasi diperlukan untuk mencairkan situasi yang terlanjur panas karena politik. Ketua DPP PKB Lukman Edy mengatakan Jokowi mengajak rekonsiliasi karena berdasarkan fakta adanya polarisasi di masyarakat.

KOMENTAR

SELANJUTNYA

TERPOPULER