Mimpinya menjadi penyair dan kehidupan masa mudanya yang dihabiskan bersama seniman dan sastrawan Yogyakarta mempengaruhi gaya hidup dan proses kreatifnya sebagai seorang musikus. Potensi Ebiet menjadi ‘orang besar’ sudah jauh-jauh hari dilihat oleh sastrawan kondang, Sapardi Djoko Damono.
“Tahun 1974 dia pernah ke Jakarta, hadir dalam pertemuan sastrawan. Saat itu saya melihat beliau ini bernyanyi menggunakan gitar. Itu kunci kekuatannya. Saya berbisik sama teman, ini mau jadi orang besar ini. Dia bisa main gitar, bisa nyanyi, dia nulis sendiri lagunya. Itu jarang di dunia apalagi Indonesia,” kata Sapardi mengenang pertemuan pertamanya dengan Ebiet.
Sapardi yang mengoleksi lagu-lagu Ebiet sebagai pengantar tidurnya bahkan berkelakar, dirinya beruntung Ebiet menjadi penyanyi, sebab jika menjadi penyair akan menjadi saingannya. Ebiet G Ade sendiri mengakui dirinya lebih fasih jika ditanya seputar dunia kepenyairan dibandingkan dunia musik. “Kebetulan, salah satu yang saya sangat sukai karyanya adalah Pak Sapardi,” ujar Ebiet.