Kendati penting, ada sejumlah golongan orang yang tidak diperbolehkan untuk mendonorkan darahnya.
Donor darah sebenarnya merupakan aktivitas yang dapat menyehatkan pendonor dan orang yang mendapat donor.
Menukil laman resmi Palang Merah Indonesia, kebutuhan akan donor darah terbilang tinggi di Indonesia. Menurut perhitungan mereka, setiap delapan detik, terdapat satu orang yang membutuhkan transfusi darah.
Tentu, untuk sebagian kasus, transfusi darah dapat menjadi momen hidup dan mati bagi orang yang membutuhkan.
Dengan demikian, mendonorkan darah dapat membuat kita berkontribusi terhadap kesehatan orang lain. Namun, donor darah ternyata tidak untuk semua orang.
Ada sejumlah kelompok orang yang tidak boleh mendonorkan darah mereka, siapa saja kelompok itu?
1. Orang dengan hipertensi
Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan kondisi di mana tekanan darah dalam arteri berada pada tingkat yang lebih tinggi dari normal.
Kondisi ini dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan, tidak hanya bagi individu yang menderita hipertensi, tetapi juga bagi orang lain jika mereka mencoba untuk mendonorkan darah.
Saat seseorang dengan hipertensi mendonorkan darah, mereka berisiko mengalami komplikasi serius, termasuk kerusakan organ akibat penurunan aliran darah yang tiba-tiba.
Risiko bagi penerima juga ada; darah dari pendonor hipertensi dapat memiliki kualitas yang kurang baik, yang berpotensi membahayakan penerima.
Jika seseorang dengan hipertensi ingin mendonorkan darah, mereka disarankan untuk menunggu hingga tekanan darah mereka stabil selama setidaknya 28 hari setelah mendapatkan pengobatan yang tepat.
2. Pengidap penyakit menular
Orang yang mengidap penyakit menular, seperti HIV, hepatitis B dan C, sifilis, serta gonore, tidak dapat menerima izin untuk mendonorkan darah.
Penyakit-penyakit ini dapat menular melalui darah dan potensi risiko bagi penerima donor sangat tinggi.
Oleh karena itu, standar kesehatan yang ketat diterapkan untuk melindungi semua pihak yang terlibat.
Setelah menerima pengobatan, pengidap penyakit menular dianjurkan untuk menunggu untuk periode tertentu sebelum dapat mendonorkan darah kembali.
Untuk infeksi menular seksual, misalnya, waktu tunggu dapat mencapai 12 bulan setelah penyembuhan untuk memastikan bahwa darah benar-benar bebas dari virus atau bakteri yang berbahaya.
3. Ibu hamil dan menyusui
Bagi ibu hamil, mendonorkan darah sangat tidak dianjurkan. Selama masa kehamilan, tubuh ibu membutuhkan semua darah dan sumber daya untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan janinnya.
Donor darah dapat menyebabkan berkurangnya sirkulasi darah, yang berpotensi berbahaya baik bagi ibu maupun janin.
Selain itu, ibu hamil lebih rentan terhadap anemia, yang bisa diperburuk oleh proses donor darah.
Setelah melahirkan, ibu juga perlu menunggu setidaknya enam bulan sebelum diizinkan untuk mendonorkan darah sekali lagi.
Ini memberikan waktu bagi tubuh untuk memulihkan kadar zat besi yang cukup dan memastikan kesehatan ibu kembali optimal.
4. Berat badan di bawah standar
Berat badan merupakan faktor penting yang dipertimbangkan sebelum mendonasikan darah.
Seseorang yang memiliki berat badan di bawah 45 kg dianggap tidak memenuhi syarat untuk mendonor.
Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa tubuh harus memiliki jumlah darah yang memadai untuk dapat mendonorkan sejumlah darah tanpa menimbulkan risiko kesehatan.
Bagi pendonor dengan berat badan kurang dari yang disyaratkan, ada risiko mengalami anemia yang dapat berakibat fatal.
Oleh karena itu, individu yang ingin mendonorkan darah disarankan untuk menjaga berat badan mereka agar berada dalam kisaran yang sehat, yaitu minimal 45 kg untuk dapat berpartisipasi sebagai pendonor.
5. Kondisi kesehatan lainnya
Ada sejumlah penyakit lain yang dapat menghalangi seseorang untuk mendonorkan darah. Ini mencakup kondisi seperti penyakit jantung, diabetes yang tidak terkontrol, penyakit paru-paru parah, serta riwayat kanker.
Dalam setiap kasus ini, penting bagi calon pendonor untuk menjalani evaluasi kesehatan secara menyeluruh sebelum memutuskan untuk mendonorkan darah.
Sebelum melakukan donor darah, disarankan agar calon pendonor berkonsultasi dengan tenaga medis untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai status kesehatan dan apakah mereka memenuhi syarat untuk mendonorkan darah.
Prosedur pengecekan ini tidak hanya memastikan keamanan pendonor, tetapi juga kesehatan penerima darah.