Ambisi Elon Musk Musnahkan Akun Bot Politik di Twitter, Emang Ngaruh ke Polarisasi?

26 Dec 2022 20:12 WIB

thumbnail-article

Elon Musk/ Reuters

Penulis: Agung Pratama S.

Editor: Akbar Wijaya

April lalu, saat hendak mengakuisisi Twitter Elon Musk berjanji akan memusnahkan akun-akun bot politik penyebar pesan massal (spam). Selang sebulan setelah ia resmi menguasai Twitter janji itu benar-benar dilakukannya.

Per Desember 2022 tim Twitter sedang gencar men-suspend akun-akun bot politik. Seberapa besar pengaruhnya meredam polarisasi di media sosial?

Cara Akun Bot Bekerja

Pendiri Drone Emprit Ismail Fahmi menjelasan akun bot merupakan merupakan akun yang diprogam untuk mengunggah pesan tertentu dalam waktu yang ditentukan. Tujuannya agar pesan yang diunggah masuk dalam daftar percakapan populer sehingga menjadi perhatian pengguna media sosial.

“Jadi publik yang tadinya enggak tau tentang suatu isu karena di Twitter ada trending topic yang dibuat oleh bot jadi tau isu itu,” jelas Fahmi kepada Narasi, Jumat (23/12/2022).

Menurut Fahmi akun bot politik bisa digunakan untuk menggiring citra seorang tokoh menjadi positif atau negatif. Misalnya saja untuk menyebarkan kampanye hitam (black campaign) yang tidak berani dilakukan oleh pemilik akun asli.

“Nah setelah ramai ya kan lama- lama jadi ramai, baru akun-akun anonim atau akun natural ikut terlibat,” tambah Fahmi.

Fahmi mengatakan isu yang berhasil masuk trending topic acap kali tidak hanya menarik para pengguna akun asli, tapi bahkan media massa. Sampai di sini suatu topic yang tadinya tabu akan menjadi perbincangan publik.

“Topiknya tentang politik atau topiknya tentang entertainment, apa pun gak ada masalah itu tapi strateginya adalah membuat supaya jadi trending topic. Menjadi ramai percakapannya,” ucap Fahmi.

Mengurangi Polarisasi Tapi Tak Menghilangkan Sama Sekali

Media sosial telah menjadi medan perang baru bagi para politikus atau partai yang sedang berkontestasi. Mulai dari pilpres, pileg, hingga pilkada. Lewat media sosial, seseorang atau lembaga bisa mendulang dukungan sekaligus menjatuhkan pihak lawan.

Persoalannya adalah ketika akun bot digunakan sebagai sarana politik memecah belah yang mengakibatkan terjadinya polarisasi di masyarakat.

Untuk itu Fahmi mengatakan pengaruh akun bot terhadap polarisasi sangat tergantung pada narasi dan pesan yang dibawakan. 

“Tapi kalau isinya mengajak memecah belah orang. Memberi label-label itu bisa membantu polarisasi gitu, menyerang sana, menyerang sini, menyerang sana, mendukung sini misalnya gitu kan, itu sepertinya memberikan feeding informasi pada satu kelompok pengguna ya untuk menyerang kelompok pengguna yang lain ya. Itu bisa sangat membantu terjadinya polarisasi,” jelas Fahmi.

Namun demikian, Ismail mengatakan fungsi akun bot sebagai sarana menghadirkan polarisasi amat ditentukan oleh bagaimana pengguna media sosial bereaksi. Hal ini karena menurut Fahmi akun bot tidak terlibat banyak interaksi dengan pengguna akun asli.

Ia menjelaskan polarisasi di Twitter masih terjadi hingga sekarang. Terlebih mendekati tahun politik 2024, akun-akun bot yang mendukung salah satu calon presiden kembali bermunculan.

“Tujuannya biasanya untuk melegitimasi calon lawan dan memberikan sentimen positif kepada calon yang didukung,” ucap Fahmi.

Fahmi menilai langkah Elon Musk membersihkan Twitter dari akun bot bisa mengurangi polarisasi yang ada di Twitter.

Walaupun algoritma yang dibangun belum sempurna, seperti beberapa akun biasa yang bukan buzzer juga ikut terblokir. Tapi Fahmi meyakini bahwa kalau sistem ini ditingkatkan, langkah Musk bisa sangat mengurangi polarisasi yang ada.

“Jadinya kan membuat akun bot begitu bikin, ter-suspend, kan harus bikin baru lagi, jadi akan terhambat gitu ya. Tidak akan menghilangkan sama sekali, enggak. Karena mereka akan tetap bisa bikin baru lagi, cuma karena kemudian terdeteksi, kemudian ter-suspend lagi, ya akhirnya jalannya akan lebih pelan dari pada sebelumnya,” ucap Fahmi.

Dikutip Insider, Musk mengatakan bahwa timnya memang “agak terlalu intens” untuk men-suspend para pengguna Twitter dan ia meminta agar mereka agak lebih bersantai ke depan.



Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER