Mengenal Five Stages of Grief atau Lima Tahapan dalam Berduka

29 Aug 2024 21:08 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi salah satu tahap dalam "five stages of grief". (Sumber: Freepik/pch.vector)

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Rizal Amril

Setiap orang pasti pernah merasakan duka dalam hidup. Bisa karena kehilangan, mengalami kegagalan, atau menyaksikan ketidakadilan yang terjadi di sekitarnya.

Duka adalah hal yang sangat personal. Pengalaman kedukaan setiap orang tentunya berbeda satu sama lain dan tidak bisa digeneralisasi.  

Namun, dalam pembahasan era kini, orang kerap membagi perasaan berduka ke dalam lima fase yang populer disebut sebagai ‘five stages of grief’ atau lima tahapan berduka. 

Istilah ini sebenarnya berakar dari teori yang dikembangkan oleh psikiater Elizabeth Kübler-Ross.

Dalam bukunya yang berjudul On Death and Dying, Elizabeth menyebut adanya lima tahapan dalam berduka.

Kesimpulan ini diperoleh Elizabeth usai puluhan tahun berinteraksi dengan pasien-pasien yang menderita penyakit parah. 

Meski setiap orang berduka dengan caranya masing-masing, Elizabeth menjumpai adanya kesamaan pada urutan perasaan yang muncul selama proses berduka. Gejala yang muncul pada setiap tahapan pun banyak dijumpai kemiripannya pada kebanyakan orang. 

Menurut Elizabet, lima tahapan dalam berduka terdiri dari penyangkalan (denial), kemarahan (anger), penawaran (bargaining), depresi (depression) dan penerimaan (acceptance).

1. Fase penyangkalan (denial)

Duka adalah bentuk emosi yang kompleks. Oleh sebab itu, tak jarang orang yang mengalaminya menolak untuk percaya bahwa hal yang buruk telah terjadi. 

Penyangkalan memberikan waktu bagi orang yang berduka untuk memproses informasi dan memahami kejadian yang menimpanya. 

2. Fase kemarahan (anger)

Setelah melalui fase penyangkalan, orang yang berduka biasanya akan merasa marah terhadap situasi buruk yang menimpanya. Mereka akan menyalahkan diri sendiri, orang lain, atau menumpahkan amarahnya kepada objek di sekelilingnya. 

Kemarahan merupakan respons yang wajar ketika mengalami duka. Namun, emosi ini akan menutupi rasa sakit dan emosi lainnya yang ditanggung oleh orang yang berduka. 

3. Fase penawaran (bargaining)

Selama masa berduka, seseorang cenderung merasa rentan dan kepayahan. Di tengah gejolak emosi yang sangat intens, akan muncul keinginan untuk mendapatkan kembali kekuatannya.

Salah satu cara yang umum dilakukan adalah dengan membuat skenario dan berandai-andai. Pada fase ini, orang yang berduka akan banyak bertanya-tanya “bagaimana jika” atau “andai saja” tidak terjadi hal-hal yang berujung pada terjadinya musibah. 

4. Fase depresi (depression)

Pada fase ini, seseorang sudah tidak terlalu larut dalam kesedihan. Emosi yang dirasakan pun sudah tidak begitu menggebu. 

Sebaliknya, mereka cenderung akan merasa hampa dan banyak menghabiskan waktu untuk menangis dan bersedih. Tak jarang, orang yang sedang berada di fase ini berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tak sanggup menahan rasa sakit yang disebabkan oleh duka. 

5. Fase penerimaan (acceptance)

Meski disebut ‘penerimaan’, tahapan akhir berduka ini tak lantas memberikan kelegaan sepenuhnya pada orang yang merasakan. 

Pada tahap ini, orang yang berduka telah menerima dan memahami bahwa musibah yang menimpanya telah menjadi bagian dari hidupnya. Mau tak mau, ia harus hidup beriringan dengan duka dan perasaan-perasaan yang mungkin akan muncul sebagai akibat dari kesedihan yang dialami. 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER