Apa Itu Minyak Makan Merah yang Diklaim Jokowi Lebih Murah dari Minyak Goreng Lainnya?

18 Maret 2024 11:03 WIB

Narasi TV

Pekerja memamerkan produk minyak makan merah yang diproduksi oleh Pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Deli Serdang, Sumatera Utara, Kamis (14/3/2024). (ANTARA/HO-Kemenkop UKM)

Penulis: Rusti Dian

Editor: Rizal Amril

Presiden Joko Widodo baru saja meresmikan pabrik minyak makan merah di Deli Serdang, Sumatera Utara pada Kamis (14/3/2024). Harga minyak makan merah juga diklaim lebih murah dibanding minyak goreng lainnya. Benarkah demikian?

Minyak makan merah diperoleh dari rafinasi tanpa pemucatan (bleaching) dan deodorisasi melalui fraksinasi minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO). CPO ini bisa digunakan sebagai minyak goreng, bahan baku pangan, atau ditambahkan pada makanan sebagai asupan zat gizi.

Minyak makan merah (refined palm oil) merupakan inovasi kelapa sawit sebagai bentuk respons kebutuhan minyak goreng dan pengentasan stunting. Sebab, minyak ini mengandung banyak sekali vitamin yang baik untuk tubuh.

Tidak seperti minyak pada umumnya, minyak makan merah memiliki warna merah terang mencolok dan aroma yang kuat. 

Warna tersebut berasal dari kelapa sawit. Oleh karena tidak melalui proses pemucatan, maka warna asli kelapa sawit pun masih bisa terlihat.

Kelebihan dan kekurangan minyak makan merah

Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) menyebut kandungan senyawa fitonutrien dalam minyak makan merah masih dipertahankan. 

Senyawa tersebut mengandung vitamin A, tokoferol dan tokotrienol sebagai vitamin E, dan squalene. 

Selain itu, minyak makan merah juga mengandung asam oleat dan linoleat. Asam ini berfungsi sebagai pembentukan dan perkembangan otak, serta metabolisme anak. Kandungan inilah yang membuat minyak makan merah diklaim baik untuk mencegah stunting.

Namun, minyak makan merah memiliki bau yang menyengat dan menimbulkan rasa getir. 

Hal inilah yang membuat sebagian besar minyak harus dimurnikan dulu untuk menghilangkan bau, rasa, dan kotoran. Terlebih warna merah pada minyak tersebut juga dianggap tidak menggugah selera konsumen.

Ahli Gizi Masyarakat Dr. dr. Tan Shot Yen menyarankan agar minyak tersebut hanya digunakan untuk menumis saja. Sebab, minyak makan merah tidak melalui proses rafinasi berkepanjangan yang bisa berpengaruh pada titik didih.

“Pada minyak yang masih mentah yang prosesnya tidak panjang itu titik didihnya masih agak lebih rendah. Artinya, kalau minyak-minyak dalam proses titik didih rendah maka cenderung mudah rusak,” ujarnya pada Jumat (15/3/2024) saat berbincang dengan Pro3 RRI.

Harganya lebih murah

Menurut Jokowi, harga minyak makan merah ini relatif lebih murah dibanding minyak goreng lainnya. Harganya dibanderol Rp15.000 per kilogram. Oleh karena itu, Jokowi berharap konsumsi minyak makan merah bisa menjadi tren menggoreng di masa mendatang.

“Yang saya senang, pertama, harga minyak makan merah ini lebih murah dari minyak goreng yang ada di pasaran. Artinya barang ini bisa bersaing di pasar,”ujar Presiden Jokowi pada Kamis (14/3/2024) usai meresmikan pabrik Minyak Makan Merah Pagar Merbau di Sumatera Utara.

Pemerintah mendorong agar produksi minyak makan merah bisa berbasis koperasi. Terlebih minyak ini juga diproduksi langsung oleh petani kecil. 

Selain itu, tujuan lainnya adalah agar tercipta struktur pasar yang lebih baik dan mengantisipasi kemungkinan minyak langka.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR