Bagaimana Tentara Rusia dan Ukraina Merayakan Natal di Tengah Kecamuk Perang?

26 Dec 2022 21:12 WIB

thumbnail-article

Anggota layanan pasukan pro-Rusia, termasuk pejuang unit pasukan khusus Chechnya, berdiri di depan gedung administrasi Pabrik Besi dan Baja Azovstal yang hancur selama konflik Ukraina-Rusia di kota pelabuhan selatan Mariupol, Ukraina 21 April 2022. REUTERS/Chingis Kondarov

Penulis: Agung Pratama S.

Editor: Akbar Wijaya

Perang Rusia-Ukraina masih berlangsung hingga sekarang. Situasi ini membuat para tentara dari kedua belah pihak harus merayakan Natal di medan pertempuran.

Pada masa lalu, sebagian besar umat kristiani di Ukraina merayakan Natal setiap 7 Januari. Namun perang melawan Rusia membuat Gereja Ortodoks di Ukraina mengizinkan masyarakat merayakan natal di tanggal 25 Desember.

Keputusan ini dipicu oleh putusnya hubungan Gereja Ortodoks utama di Ukraina dengan Moskow dan memilih berkiblat ke barat dalam hal perayaan Natal.

Kendati perayaan Natal pada 25 Desember lebih bersifat alternatif namun kesan politis dari keputusan ini tetap terasa. Apalagi sejumlah pejabat Ukraina, termasuk Presiden Zalensky sudah mulai mengucapkan Natal pada Minggu 25 Desember 2022.

Cara Tentara Ukraina Merayakan Natal

Di medan perang para tentara Ukraina harus puas merayakan Natal dengan keluarga melalui sambungan telepon. Salah satunya seperti yang dilakukan Leonid Onyshchchenko.

Onyshchchenko yang saat ini berusia 63 tahun merupakan sukarelawawan perang yang bergabung dengan pasukan pertahanan Ukraina sejak invasi Rusia Februari lalu.

Dikutip dari Reuters, Onyshchchenko yang saat ini ditempatkan di Wilayah Donetsk harus rela hanya bisa merayakan Natal bersama putri dan menantunya melalui video call yang sedang berada di Kharkiv.

Kendati cara merayakan Natal semacam ini bukan yang pertama bagi Onyshchchenko, namun melihat dan mendengar suara cucunya menjadi suatu yang lebih sulit dari yang sebelumnya pernah ia jalani.

Di Kharkiv yang berbatasan dengan Rusia, seorang pendeta melakukan pemberkatan kepada para prajurit Garda Nasional Ukraina sebagai bentuk hadirnya berkat Natal kepada para tentara. 

Selain itu beberapa seniman juga tampil di daerah perbatasan menghibur pada tentara tersebut. Mereka memainkan sejumlah drama serta bernyanyi untuk para tentara Ukraina.

Hujan Rudal di Malam Natal

Perayaan Natal tidak menghentikan tembakan rudal Rusia ke Ukraina. Rudal yang jatuh pada malam Natal disebut menewaskan tujuh orang di wilayah Kharkiv serta melukai puluhan lainnya. Rusia juga meluncurkan 10 serangan rudal ke Distrik Kupiansk pada hari Natal.

Rudal Rusia juga menghujani sepanjang garis depan Kupiansk-Lyman dan sejumlah titik di Kota Zaporizhia.

Serangan rudal Rusia juga menghantam pembangkit listrik yang mengakibatkan jutaan orang hidup tanpa listrik. Hal ini pula yang menjadi penekanan pada pidato Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky pada malam Natal.

"Rusia telah kehilangan segalanya tahun ini. Saya tahu kegelapan tidak akan menghentikan kita memimpin penjajah untuk kekalahan baru. Tapi kita harus bersiap untuk skenario apa pun," ucap Zelensky.

Pada hari Natal Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan bahwa Rusia terbuka untuk negosiasi. Negosiasi ini siap mereka lakukan kepada setiap orang yang terlibat. Ia juga mengatakan bahwa pihak Ukraina yang menolak negosiasi.

"Kami siap untuk bernegosiasi dengan semua orang yang terlibat mengenai solusi yang dapat diterima, tapi terserah mereka, kami bukan pihak yang menolak untuk bernegosiasi, merekalah yang menolak," ucap Putin pada televisi negara Rossiya 1.

Dekorasi Patriotisme Sebagai Propaganda

Di Chita, sebelah timur Moskow, sejumlah pahatan es berbentuk tentara Rusia dengan memegang senjata menjadi hiasan Natal mereka tahun ini.

Sejumlah masyarakat nampak berswafoto bersama patung es tersebut. Patung es tersebut bertujuan untuk mendorong rasa patriotik di tahun yang baru.

"Kami punya teman-teman yang telah dimobilisasi dan dikirim untuk berperang di sana. Kami mengkhawatirkan mereka. Kami menelepon untuk melihat apakah mereka baik-baik saja. Tapi apa pun yang kami pikirkan tentang pemerintah kami, tanah air kami adalah tanah air kami. Jika kami tidak mempertahankannya, siapa lagi?" ucap Ludmila, seorang masyarakat Chita dilansir dari BBC.

Di Chita, sejumlah hiasan dibuat demi mengobarkan patriotisme terhadap tahan air. Seperti ada manusia salju dari logam yang memegang bendera Rusia, pohon cemara yang dihiasi dengan lambang “Z” merupakan simbol operasi militer khusus kremlin di Ukraina, sampai anak sekolah yang menuliskan surat perayaan Natal bagi tentara Rusia di Ukraina.

Pernyataan Ludmila dan bentuk ‘perayaan’ Natal di Chita juga adalah bagian propaganda dari Kremlin kepada masyarakat Rusia. Propaganda ini bertujuan supaya masyarakat Rusia meyakini mereka sedang dalam pertempuran eksistensial dengan Barat. Lewat siaran TV Rusia, mereka juga mempropagandakan retorika anti-Ukraina dan anti-Barat.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER