Bahaya Scan Retina Mata: Ancaman Kejahatan Siber yang Mengintai

8 May 2025 18:37 WIB

thumbnail-article

scan retina mata Sumber: Pixabay/geralt.

Penulis: Elok Nuri

Editor: Elok Nuri

Baru baru ini Aplikasi World App menjadi perbincangan publik hal ini menyusul seiring dengan iming-iming imbalan uang yang mencapai nominal Rp800 ribu bagi masyarakat yang bersedia melakukan pemindaian biometrik mata melalui perangkat khusus bernama Orb.

Sebagai informasi World App merupakan dompet digital resmi pertama dari ekosistem Worldcoin yang dikembangkan oleh perusahaan teknologi Tools for Humanity (TFH), didirikan oleh Sam Altman, Alex Blania, dan Max Novendstern.

Platform ini memiliki visi besar untuk membangun jaringan ekonomi digital global berbasis identitas manusia yang terverifikasi.

Melalui World App, pengguna dapat menyimpan World ID, menjelajah dan menggunakan aset kripto seperti Bitcoin, Ethereum, dan stablecoin, serta mengakses Mini Apps.

Namun, terlepas dari iming-iming insentif yang ditawarkan, kehadiran teknologi ini memunculkan kekhawatiran terkait keamanan data pribadi, khususnya karena metode yang digunakan adalah pindai biometrik pada mata.

Ancaman Keamanan dari Scan Retina

Scan retina merupakan salah satu metode autentikasi biometrik yang menggunakan pola unik pada retina mata manusia. Data biometrik memiliki keunikan tersendiri yang menjadikannya sulit untuk dipalsukan.

Meskipun keunikan ini memberikan keamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kata sandi atau PIN, ia juga membawa risiko besar jika data tersebut jatuh ke tangan yang salah. Data retina tidak dapat diubah atau dibatalkan, sehingga pengguna harus lebih berhati-hati sebelum memutuskan untuk membagikannya.

Penyalahgunaan identitas adalah salah satu risiko utama yang terkait dengan pengumpulan data biometrik. Dengan akses ke data retina, penjahat siber dapat menyamar sebagai individu lain, membuka rekening bank baru, dan bahkan mengajukan pinjaman.

Risiko ini terutama meningkat ketika data tersebut disimpan oleh pihak ketiga yang mungkin tidak memiliki sistem keamanan yang memadai. Dalam praktiknya, pelanggaran data bisa terjadi, dan jika data biometrik terekspos, individu tersebut dapat menjadi korban penipuan identitas seumur hidup.

Selain dari individu jahat, risiko juga muncul dari pihak ketiga yang mengumpulkan dan menyimpan data biometrik tersebut. Banyak perusahaan yang tidak memiliki mekanisme keamanan yang cukup untuk melindungi data yang mereka simpan.

Jika penyimpanan data tidak dilindungi dengan baik, kemungkinan besar akan ada kebocoran data yang dapat dimanfaatkan oleh pelaku kejahatan. Banyak kasus di mana bahkan perusahaan besar mengalami serangan siber dan kehilangan data penting, yang menyebabkan kerugian besar bagi pemilik data.

Dampak Sosial dan Ekonomi

Ketika identitas seseorang dicuri melalui data biometrik, dampaknya bisa sangat besar. Pencuri identitas dapat menjalankan berbagai aktivitas kriminal yang dapat membuat korban kehilangan uang dan reputasi.

Kerugian finansial tidak hanya diukur dalam jumlah uang yang hilang, tetapi juga dalam biaya pemulihan dan waktu yang diperlukan untuk mengatasi akibat dari pencurian identitas. Kerugian ini dapat mencakup biaya pengacara, biaya pemulihan akun, dan bahkan kerugian dari hilangnya kesempatan kerja.

Pelanggaran privasi yang diakibatkan oleh kebocoran data biometrik menghadirkan konsekuensi serius bagi individu dan masyarakat. Data yang disalahgunakan dapat digunakan untuk melakukan pemerasan atau bahkan tindakan kekerasan terhadap individu tertentu.

Ketika privasi seseorang dilanggar, dampaknya dapat berlanjut hingga ke kesehatan mental serta kesejahteraan sosial korban. Individu mungkin mengalami stres dan kecemasan yang berkepanjangan akibat ketidakpastian akan penggunaan data mereka.

Perusahaan yang tidak menjaga data pelanggan mereka dengan baik berisiko mengalami kerugian reputasi yang parah. Ketika insiden kebocoran data terjadi, pelanggan kehilangan kepercayaan pada perusahaan yang bersangkutan.

Bank dan lembaga keuangan bisa kehilangan nasabah, sementara perusahaan teknologi mungkin menghadapi penurunan pengguna aktif. Reputasi yang buruk ini dapat berdampak jangka panjang, mengurangi peluang bisnis di masa depan dan menghadirkan tantangan dalam mempertahankan pelanggan yang ada.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER