Banyak Sesar Aktif, Gempa Memang Mengintai Jawa Barat

23 Nov 2022 19:11 WIB

thumbnail-article

Ruang kelas sekolah dasar yang rusak setelah gempa bumi di Cianjur, Provinsi Jawa Barat, Indonesia, 21 November 2022. REUTERS/Iman Firmansyah

Penulis: Rahma Arifa

Editor: Frendy

Setidaknya lebih dari 200 orang meninggal, ribuan warga terluka, dan ribuan mengungsi akibat bencana gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022) pukul 13.21 WIB.

Sebanyak 2.834 rumah warga dilaporkan rusak. Selain itu, ada 5 fasilitas kesehatan, 5 tempat ibadah, 13 fasilitas pendidikan rusak, hingga 2 jembatan yang terdampak. Pendataan dampak gempa sendiri masih terus dilakukan. 

Pada Selasa (22/11/2022) Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi lokasi terdampak gempa di Cianjur. Presiden memastikan bahwa pemerintah akan memberikan bantuan kepada masyarakat terdampak gempa yang rumahnya mengalami kerusakan.

"Nanti dibantu Rp50 juta yang (kerusakannya) berat, yang sedang Rp25 juta, yang ringan Rp10 juta, ya. Nanti kalau sudah, gempanya sudah tenang, ya, dimulai pembangunan rumah, ya," kata Jokowi.

Gempa Dangkal 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers secara virtual, Senin (21/11/2022) mengatakan, pusat gempa Cianjur berada di koordinat 6,84 LS dan 107,05 BT. Lokasinya sekitar 10 kilometer barat daya Cianjur dan 15 km timur laut Kota Sukabumi. 

Titik pusat gempa (hiposentrum) berada di kedalaman sekitar 10 km. Sekalipun dangkal, dampak guncangannya menjadi terasa kuat dan merusak, termasuk gempa susulan.

"Karena sumbernya dangkal, dampak guncangannya menjadi terasa kuat dan merusak. Ciri lain dari gempa dari kerak dangkal biasanya akan diikuti banyak gempa susulan," lanjut Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam konferensi pers yang sama.

Sesar Aktif di Jawa Barat 

Jawa Barat diketahui memiliki struktur tektonik dan vulkanik yang sangat kompleks. Itu sebabnya, wilayah ini terekam memiliki aktivitas seismik tinggi. 

Adanya subduksi lempengan Indo-Australia di bawah lempengan Eurasia di sepanjang Pulau Jawa telah menghasilkan beberapa sesar aktif di Jawa Barat, seperti Cimandiri, Lembang, dan Baribis (Supendi et al. 2018).

Studi Pepen Supendi dan tim yang terbit di jurnal Geoscience Letter pada tahun 2018 itu mencatat informasi 168 lokasi sumber gempa dangkal, dengan kedalaman kurang dari 30 km, di wilayah Jawa Barat pada 2009-2015. 

Sesar Cimandiri 

Dalam dalam konferensi pers secara virtual, Senin (21/11/2022), Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyebut dugaan sementara dua aktivitas sesar sebagai penyebab gempa.

"Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal diduga akibat aktivitas sesar Cimandiri atau sesar Padalarang," ujar Dwikorita.

Namun, Dwikorita memberikan catatan, bahwa untuk hasil akhirnya nanti, BMKG masih perlu melakukan kajian lebih mendalam.

Informasi lain ditambahkan oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono. Kawasan di wilayah Sukabumi, Cianjur, Purwakarta, Lembang, hingga Bandung menurutnya adalah kawasan tektonik kompleks. 

Wilayah itu juga memiliki jalur gempa aktif di area itu, yakni sesar Cimandiri, sesar Padalangan dan sesar Lembang berikut dengan sejumlah sesar minor.

"Kompleksitas tektonik ini berpotensi memicu gempa kerak dangkal. Ini menjadi kawasan rentan gempa permanen," ujarnya.

Dalam laporan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, Sesar Cimandiri dibagi menjadi tiga segmen, yakni segmen Cimandiri, Nyalindung-Cibeber, dan Rajamandala.

Sementara, dari studi GI Marliyani yang diterbitkan di jurnal JGR Earth Surface pada tahun 2016 menyatakan bahwa untaian aktif dari sesar Cimandiri sebenarnya terdiri dari enam segmen sesar.

Segmen Loji, Segmen Cidadap, Segmen Nyalindung, Segmen Cibeber. Serta, Segmen Saguling dan Segmen Padalarang.

Potensi gempa bumi di sepanjang zona mungkin saja terbatas, tapi edekatannya dengan wilayah berpenduduk padat perlu menjadi perhatian.

Studi Gempa Sesar Cimandiri

Febty Febriani, dalam artikel di AIP Conference Proceedings 1711 tahun 2016 pernah menganalisis katalog gempa yang pernah terjadi di wilayah zona sesar Cimandiri.

Dari sebaran gempa bumi (M>=1 dan kedalaman ≤ 0-50 km) dari tahun 1973 sampai dengan tahun 2013 berdasarkan katalog dari BMKG dan ISC di sekitar wilayah zona sesar Cimandiri, ditemukan catatan 26 gempa terjadi di wilayah zona sesar. Magnitudo dari gempa yang terjadi di dalam zona patahan bervariasi. 

Pentingnya Mitigasi Risiko 

Dalam cuitannya di Twitter Selasa (22/11/2022), Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkap sejumlah alasan mengapa gempa bumi berkekuatan magnitudo 5,6 di Sukabumi dan Cianjur sangat merusak:

Kedalaman gempa yang dangkal, struktur bangunan tidak memenuhi standar aman gempa dan lokasi permukiman berada pada tanah lunak (local site effect-efek tapak) dan perbukitan (efek topografi).

Skala guncangan tanah yang terjadi di Sukabumi dan Cianjur, merujuk data BMKG, potensi merusaknya dalam kategori sedang.

Mengacu skala VI-VII MMI, bangunan yang mengikuti standar aman gempa idealnya hanya mengalami rusak ringan hingga sedang. Tidak sampai merusak struktur utamanya. 

Akan tetapi, data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), hingga Selasa (22/11/2022) sore mencatat bahwa gempa berdampak pada 12 kecamatan, sebanyak 6.570 rumah rusak ringan, 2.071 rusak sedang dan 12.641 rusak berat.

Rusaknya bangunan terjadi juga pada bangunan publik, dari rumah sakit hingga sekolah. Hal ini memberikan tanda bahwa ada kualitas bangunan yang buruk.

Belajar dari Jepang 

Di Jepang, rata-rata 1-2 gempa berkekuatan magnitudo 6,5 hingga 7 atau lebih besar terjadi setiap tahunnya. 

Dikutip dari The Conversation, gempa bumi di Jepang itu dulunya menewaskan ribuan orang, tetapi rata-rata jumlah kematian telah menurun secara signifikan. Pengecualian untuk gempa Kobe 1995, dan gempa bumi yang menyebabkan tsunami 2011.

Jepang melakukan mitigasi DRM (Disaster and Risk Management) yang menjadi kunci meminimalisir kerusakan pada saat dan setelah terjadinya gempa (Bank Dunia, 2014).

Strategi mereka adalah menggabungkan pengembangan teknologi, infrastuktur dan keterlibatan publik yang signifikan.

Kekuatan infrastruktur bukan hanya dapat mengurangi resiko jatuhnya bangunan, tetapi membantu dan menjadi lokasi evakuasi dan pusat bantuan setelah terjadinya bencana.

Jepang juga rajin mengadakan latihan gempa di sekolah-sekolah dan organisasi sektor publik dan swasta lainnya. 

Salah contoh terbaik adalah 'Miracle of Kamaishi'. 

Saat gempa bumi berkekuatan magnitudo 9,0 pada 11 Maret 2011 terjadi, di distrik Unosumai, salah satu wilayah yang terdampak, dari lebih dari 1.000 korban jiwa, hanya lima dari mereka adalah anak usia sekolah.

‘Keajaiban’ itu disebabkan oleh respon cepat para siswa untuk mencari perlindungan diri.

Juga, buah dari program pendidikan pencegahan bencana gempa dan tsunami yang telah dilakukan sekolah Kamaishi selama beberapa tahun, seperti dikutip dari Japan for Sustainability.

“Prioritas utama pencegahan bencana adalah menyelamatkan nyawa. Untuk mencapai itu, kita perlu mendidik anak-anak yang bisa menyelamatkan nyawa mereka sendiri,” kata Toshitaka Katada, Profesor Teknik Sipil di Universitas Gunma, yang membantu program pendidikan pencegahan bencana itu.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER