11 September 2023 21:09 WIB
Penulis: Moh. Afaf El Kurniawan
Editor: Rizal Amril
Kamis, 29 Agustus 2023 lalu, Google memperkenalkan SynthID, sebuah teknologi yang diharapkan mampu mengidentifikasi gambar dan video deepfake.
Deepfake merupakan gambar atau video yang dibuat oleh kecerdasan buatan (AI).
Dalam perkembangannya, deepfake digunakan untuk memanipulasi gambar, video, atau audio untuk tujuan tertentu.
Dalam beberapa tahun terakhir, deepfake digunakan secara masif untuk menciptakan konten porno non-konsensual. Menempatkan wajah seseorang dalam gambar atau video porno secara otomatis.
Tak hanya itu, deepfake juga berpotensi digunakan untuk menyebarkan berita bohong dan disinformasi, serta mempersulit proses verifikasi informasi.
Oleh karenanya, sejumlah perusahaan teknologi raksasa kini mulai mengembangkan teknologi untuk dijadikan sebagai “senjata” melawan deepfake.
Salah satu teknologi tersebut adalah SynthID yang diperkenalkan Google. SynthID bekerja untuk menyematkan semacam watermark digital ke dalam gambar atau video.
Watermark tersebut tidak terlihat di layar, namun dapat terbaca oleh komputer yang telah dilatih.
Google menjelaskan bahwa teknologi watermark terbarunya cukup tahan terhadap upaya gangguan dan merupakan langkah penting dalam mengawasi penyebaran gambar palsu serta memperlambat penyebaran informasi yang salah.
Namun, perlu dicatat bahwa saat ini, alat Google ini hanya tersedia bagi pelanggan berbayar dan hanya berfungsi pada gambar-gambar yang dihasilkan oleh alat pembuat gambar milik Google, yaitu Imagen.
Dilansir dari The Washington Post, Google menyebutkan bahwa alat ini masih dalam tahap eksperimen dan belum tersedia secara luas.
"Tujuan utama dari alat ini adalah menciptakan sistem di mana gambar-gambar AI dapat dengan mudah diidentifikasi dengan menggunakan watermark yang telah disematkan," kata Pushmeet Kohli, Wakil Presiden Penelitian di Google DeepMind, laboratorium AI Google.
Meskipun demikian, Kohli juga menekankan bahwa alat baru ini masih jauh dari sempurna. "Pertanyaannya adalah apakah kita memiliki teknologi yang memadai untuk mencapai tujuan ini?" tambahnya.
Upaya untuk mengidentifikasi AI penghasil gambar deepfake juga dilakukan oleh perusahaan-perusahan lain.
Microsoft, misalnya, disebut telah mengembangkan metode identifikasi gambar deepfake dengan konsep serupa.
Perusahaan milik Bill Gates tersebut memberikan serangkaian kode metadata dalam gambar deepfake sebagai cara untuk mengidentifikasinya.
Perusahaan Open AI, pemilik aplikasi pembuat gambar berbasis AI bernama Dall-E, juga menerapkan hal serupa,
Namun, seringkali seseorang dapat dengan mudah memotong atau mengedit gambar tersebut sehingga jejak metadata di dalamnya hilang.
KOMENTAR
Latest Comment