5 Oktober 2023 12:10 WIB
Penulis: Rusti Dian
Editor: Margareth Ratih. F
Belasan siswa SD kedapatan menyayat tangannya mengikuti tren sosial media TikTok. Peristiwa ini terjadi di SD Negeri Dawuhan 2 Kecamatan Situbondo, Jawa Timur. Pihak sekolah pun langsung memeriksa semua siswa dan melakukan pembinaan.
Kejadian bermula ketika ada guru yang mendapati lengan salah seorang siswa kelas V (lima) penuh luka goresan. Ia melaporkan kejadian tersebut kepada kepala sekolah agar segera ditindaklanjuti. Sekolah langsung ambil tindakan untuk memeriksa semua siswa.
“Di sekolah kami ternyata ditemukan sekitar 10 siswa lebih yang lengannya juga tersayat. Kami langsung melakukan pembinaan dan memanggil orang tuanya,”ujar Kepala Sekolah SDN Dawuhan 2 pada Senin (2/10/2023), dikutip dari detikJatim.
Para siswa SD ini menyayat tangannya menggunakan alat pengecek kadar gula darah. Mereka mendapatkannya dari pedagang keliling yang berjualan di sekitar sekolah. Akibat peristiwa tersebut, pihak sekolah pun menutup akses para pedagang keliling berjualan di sekitar wilayah sekolah.
Dinas terkait turun tangan
Menanggapi peristiwa tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Situbondo mengeluarkan Surat Edaran (SE) agar guru dan orang tua siswa lebih memperketat pengawasan kepada anak. Hal ini dilakukan untuk mencegah peristiwa serupa terjadi kembali.
Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Situbondo juga melakukan upaya pencegahan serupa. Mereka memberikan edukasi kepada para siswa untuk tidak melukai diri sendiri.
“Kita (Dinas Pendidikan, DP3A, guru, dan orang tua) berkolaborasi bersama dan tujuannya bagaimana memberikan pemenuhan hak pada anak,”ujar Kepala Bidang PPA Kabupaten Situbondo, Hardiana saat diwawancarai Kompas TV pada Rabu (4/10/2023).
Apabila sekolah dan orang tua siswa bersedia, maka pihak DP3A Kabupaten Situbondo akan mendatangkan psikolog secara khusus. Ini dilakukan untuk menangani masalah psikologis 11 siswa yang kedapatan menyayat tangan tersebut.
Bahaya self harm bagi anak
Tindakan yang dilakukan oleh 11 siswa SD di Situbondo tergolong menyakiti diri sendiri atau self harm. United Nations Children’s Fund (UNICEF) mendefinisikan self harm yaitu perilaku merugikan diri sendiri sebagai cara mengatasi emosi yang sulit. Tindakannya berupa pemotongan, pembakaran, melukai diri sendiri, dan lain sebagainya.
Kebanyakan orang yang melakukan tindakan self harm ini bukan berarti ingin mengakhiri hidupnya. Mereka justru menjadikan tindakan tersebut sebagai bentuk mengekspresikan rasa sakit secara emosional yang dipendam, alih-alih menceritakan ke orang lain.
Self harm ini paling sering terjadi di kalangan remaja dan dewasa muda, meski orang dari segala usia bisa melakukannya. Menurut UNICEF, berikut alasan anak-anak atau remaja melakukan self harm:
Selain yang disebutkan di atas, tren sosial media juga bisa menjadi pemicu seorang anak melakukan tindakan self harm. Menurut psikolog sekaligus praktisi perlindungan perempuan dan anak Jawa Timur Riza Wahyuni, tren self harm sudah lama dilakukan. Namun, karena tren ini dilakukan saat live TikTok maka menjadi ramai kembali.
“Ada fenomena dimana anak-anak memiliki tantangan katanya semakin banyak goresannya, maka akan semakin banyak mendapat gift. Ini problem, pernah live di TikTok,”ujar Riza dikutip dari CNNIndonesia.
Cara mengatasi anak yang lakukan self harm
Berikut ini cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi anak-anak yang melakukan self harm:
KOMENTAR
Latest Comment