Biden Blak-blakan ke Netanyahu Soal Khawatiran Rencana Serangan Israel ke Rafah Palestina

19 Mar 2024 17:03 WIB

thumbnail-article

Joe Biden dan Benjamin Netanyahu dalam foto arsip bertanggal 9 Maret 2016. Biden dalam foto ini masih menjadi wakil presiden Amerika Serikat, sedangkan Netanyahu adalah perdana menteri Israel. (US Embassy Tel Aviv via Wikimedia Commons).

Penulis: Jay Akbar

Editor: Akbar Wijaya

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan kekhawatiran ke Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu atas rencana serangan Israel ke Rafah, Palestina.

"Presiden (Biden) menegaskan kembali kekhawatiran yang mendalam mengenai rencana Israel melakukan operasi darat besar-besaran di Rafah, di mana lebih dari satu juta warga sipil mengungsi untuk berlindung dari pertempuran di utara (Gaza)," kata Gedung Putih, Senin (18/3/2024).

Dalam pembicaraan yang dilakukan untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan guna membahas krisis kemanusiaan di Gaza, Biden bertukar pandangan dengan Netanyahu mengenai negosiasi pertukaran sandera yang sedang berlangsung di Qatar.

Biden menekankan perlunya meningkatkan aliran bantuan penyelamatan nyawa agar bisa menjangkau warga yang membutuhkan di seluruh Gaza, terutama di wilayah utara.

“Presiden menegaskan perlunya mengalahkan Hamas di Gaza sekaligus melindungi penduduk sipil dan memfasilitasi pengiriman bantuan yang aman dan tanpa hambatan di seluruh Gaza,” kata Gedung Putih dalam pernyataannya.

Biden dan Netanyahu sepakat agar tim mereka segera bertemu di Washington untuk bertukar pandangan dan mendiskusikan pendekatan alternatif untuk menargetkan elemen-elemen utama Hamas dan mengamankan perbatasan Mesir-Gaza, tanpa perlu melancarkan operasi darat besar-besaran di Rafah.

Secara terpisah di akun media sosial X, Biden mengatakan bahwa dia menegaskan kembali perlunya gencatan senjata segera sebagai bagian dari kesepakatan untuk membebaskan sandera, yang berlangsung selama beberapa minggu.

Sebelumnya, Israel mengumumkan rencana untuk melakukan operasi besar-besaran di Rafah setelah evakuasi warga Palestina ke wilayah barat kota tersebut. Netanyahu menyetujui rencana operasi militer itu pada 15 Maret 2024.

Israel telah melancarkan serangan militer mematikan di Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok Hamas Palestina pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan hampir 1.200 orang.

Lebih dari 31.700 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di wilayah kantong tersebut, dan lebih dari 73.700 orang lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kurangnya bahan-bahan kebutuhan pokok.

Perang Israel menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah blokade yang melumpuhkan sebagian besar pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong Palestina itu telah rusak atau hancur, menurut data PBB.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER