17 Januari 2023 04:35
Ilustrasi kenaikan pendapatan sebuah perushaan. (Sumber: Freepik)
Penulis: Elok Nuri
Editor: Rizal Amril
Break event point (BEP) adalah istilah dalam dunia bisnis serta bidang ilmu ekonomi dan akuntansi.
Istilah BEP merujuk pada titik batas antara penghasilan dan pengeluaran sebuah perusahaan dinyatakan impas atau setimpal.
BEP menjadi salah satu tolok ukur penting dari keberlangsungan sebuah perusahaan.
Salah satu fungsi dari BEP adalah sebagai tolok ukur investor untuk menginvestasikan modal pada sebuah perusahaan.
Break even point biasanya disamakan dengan balik modal, meskipun keduanya sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda.
Untuk mengetahui apa itu BEP lebih lanjut, berikut adalah pengertian, konsep dasar, tujuan, elemen, dan cara menghitung BEP.
Menurut Dr. H. Rusdiana, M.M dalam buku Manajemen Operasi (2014), break even point adalah suatu keadaan impas, yaitu keadaan keuangan ketika sebuah perusahaan tidak mendapatkan untuk dan tidak menderita rugi dalam satu periode penghitungan.
Sementara menurut Don R. Hansen dalam bukunya Akuntansi Manajerial Buku 1 (2009), titik impas (BEP) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya sehingga laba dalam buku besar sama dengan nol.
Jadi bisa dikatakan bahwa BEP merupakan titik keseimbangan dari penghitungan hasil dan pengeluaran sehingga tidak ditemukan kerugian maupun keuntungan. Itu mengapa BEP seringkali disebut dengan istilah titik impas.
Berikut adalah konsep dasar dalam penentuan break even point untuk mengetahui kondisi keuangannya untuk periode selanjutnya dengan melihat hasil BEP yang dihasilkan dari penjualan produk.
Terdapat beberapa elemen yang berkontribusi terhadap penghitungan dasar nilai BEP, berikut penjelasannya.
Elemen pertama dalam penghitungan dasar BEP adalah biaya tetap (fixed cost), biaya di sini adalah biaya pokok yang selalu dikeluarkan perusahaan, walaupun perusahaan tidak memproduksi barang sekalipun atau terdapat perubahan produksi.
Contoh biaya tetap adalah sewa gedung, perawatan mesin, tenaga kerja, kendaraan, dan lain sebagainya.
Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang bersifat dinamis. Biaya variabel meningkat atau menurun tergantung pada produksi atau volume penjualan perusahaan, biaya tersebut naik saat produksi meningkat dan turun saat produksi menurun
Contoh biaya variabel atau variable cost adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan sekali pakai
Elemen ketiga ini merupakan biaya gabungan antara biaya tetap dan variable. Mixed cost memiliki nilai default yang wajib dibayarkan walaupun sedang tidak produksi.
Contohnya biaya campuran adalah biaya untuk tagihan air, listrik, dan bensin kendaraan operasional dan lainnya.
Elemen terakhir yang menyusun perhitungan dasar BEP adalah margin laba atau keuntungan.
Besarnya margin laba merupakan kekuasaan pemilik bisnis sehingga pemilik bisnis bisa menetapkan margin laba dengan nominal berapapun dan sesuai dengan harga jual yang diinginkan.
Setelah mengetahui elemen dasar dari perhitungan BEP, maka langkah selanjutnya adalah kamu perlu mengetahui cara menghitung BEP untuk menemukan titik persamaan biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan penghasilan yang didapat dari hasil penjualan dalam satu periode.
Berikut ini merupakan rumus-rumus menghitung BEP.
BEP = Fixed costs / (revenue per unit - variable cost per unit)
Metode BEP ini tepat digunakan untuk mengetahui kontribusi produk per unit terhadap pencapaian keuntungan atas penjualan produk.
BEP = Biaya Tetap / Margin Kontribusi Unit
Metode BEP ini untuk menghitung jumlah keseluruhan berapa minimal banyaknya unit yang harus terjual untuk menutupi biaya produksi.
BEP = BEP in units x sales price per unit
Metode ini digunakan untuk mengetahui berapa besar keuntungan dari suatu produk yang telah terjual.
Latest Comment
Belum ada komentar
Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya