Break Even Point (BEP): Konsep Dasar, Tujuan, dan Cara Menghitungnya

17 Jan 2023 16:01 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi kenaikan pendapatan sebuah perushaan. (Sumber: Freepik)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Break event point (BEP) adalah istilah dalam dunia bisnis serta bidang ilmu ekonomi dan akuntansi.

Istilah BEP merujuk pada titik batas antara penghasilan dan pengeluaran sebuah perusahaan dinyatakan impas atau setimpal.

BEP menjadi salah satu tolok ukur penting dari keberlangsungan sebuah perusahaan.

Salah satu fungsi dari BEP adalah sebagai tolok ukur investor untuk menginvestasikan modal pada sebuah perusahaan.

Break even point biasanya disamakan dengan balik modal, meskipun keduanya sebenarnya merupakan dua hal yang berbeda.

Untuk mengetahui apa itu BEP lebih lanjut, berikut adalah pengertian, konsep dasar, tujuan, elemen, dan cara menghitung BEP.

Apa itu BEP?

Menurut Dr. H. Rusdiana, M.M dalam buku Manajemen Operasi (2014), break even point adalah suatu keadaan impas, yaitu keadaan keuangan ketika sebuah perusahaan tidak mendapatkan untuk dan tidak menderita rugi dalam satu periode penghitungan.

Sementara menurut Don R. Hansen dalam bukunya Akuntansi Manajerial Buku 1 (2009), titik impas (BEP) adalah titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya sehingga laba dalam buku besar sama dengan nol.

Jadi bisa dikatakan bahwa BEP merupakan titik keseimbangan dari penghitungan hasil dan pengeluaran sehingga tidak ditemukan kerugian maupun keuntungan. Itu mengapa BEP seringkali disebut dengan istilah titik impas

Konsep dasar break even point (BEP)

Berikut adalah konsep dasar dalam penentuan break even point untuk mengetahui kondisi keuangannya untuk periode selanjutnya dengan melihat hasil BEP yang dihasilkan dari penjualan produk.

  • Perhitungan pengelolaan biaya yang dikeluarkan perusahaan dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel.
  • Nilai dari seluruh biaya variabel akan berubah sesuai dengan kapasitas atau volume produksi.
  • Nilai dari biaya tetap akan selalu konstan meski terjadi perubahan pada aktivitas produksi
  • Harga jual per unit akan konstan sehingga harga jual dari perusahaan relatif tetap dan tidak berubah
  • Pada perhitungan BEP, jumlah produk dari setiap produksi dianggap selalu habis terjual.
  • Perhitungan BEP bisa berlaku untuk satu produk. Ketika perusahaan menghasilkan lebih dari satu produk berbeda, maka perlu persamaan hasil penjualan dari setiap produk.

Tujuan analisis BEP

  • Untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan selama proses produksi sejumlah barang.
  • Dapat membantu untuk perusahaan menentukan sisa kapasitas dari produksi setelah tercapainya nilai BEP serta mengetahui keuntungan maksimum yang bisa diperoleh.
  • Untuk mengetahui kapan kerugian terjadi, para pebisnis harus mengetahui banyaknya produk harus terjual sekaligus dalam periode tertentu. Jika tidak menghitung BEP, estimasi jumlah produk terjual tidak akan bisa dihitung, sehingga waktu penjualan produk tidak dapat diperkirakan.
  • Membantu perusahaan untuk memahami adanya perubahan dari nilai keuntungan saat adanya perubahan harga produk.
  • Untuk menentukan langkah-langkah efisiensi yang dapat dilakukan perusahaan, salah satunya seperti mengganti tenaga kerja dengan mesin.

Elemen penghitungan dasar break even point (BEP)

Terdapat beberapa elemen yang berkontribusi terhadap penghitungan dasar nilai BEP, berikut penjelasannya.

1. Biaya tetap atau fixed cost

Elemen pertama dalam penghitungan dasar BEP adalah biaya tetap (fixed cost), biaya di sini adalah biaya pokok yang selalu dikeluarkan perusahaan, walaupun perusahaan tidak memproduksi barang sekalipun atau terdapat perubahan produksi.

Contoh biaya tetap adalah sewa gedung, perawatan mesin, tenaga kerja, kendaraan, dan lain sebagainya.

2. Biaya variabel atau variable cost

Berbeda dengan biaya tetap, biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan perusahaan yang bersifat dinamis. Biaya variabel meningkat atau menurun tergantung pada produksi atau volume penjualan perusahaan, biaya tersebut naik saat produksi meningkat dan turun saat produksi menurun

Contoh biaya variabel atau variable cost adalah biaya tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan sekali pakai

3. Biaya campuran atau mixed cost

Elemen ketiga ini merupakan biaya gabungan antara biaya tetap dan variable. Mixed cost memiliki nilai default yang wajib dibayarkan walaupun sedang tidak produksi.

Contohnya biaya campuran adalah biaya untuk tagihan air, listrik, dan bensin kendaraan operasional dan lainnya. 

4. Laba atau keuntungan

Elemen terakhir yang menyusun perhitungan dasar BEP adalah margin laba atau keuntungan. 

Besarnya margin laba merupakan kekuasaan pemilik bisnis sehingga pemilik bisnis bisa menetapkan margin laba dengan nominal berapapun dan sesuai dengan harga jual yang diinginkan.

Cara perhitungan break even point (BEP) 

Setelah mengetahui elemen dasar dari perhitungan BEP, maka langkah selanjutnya adalah kamu perlu mengetahui cara menghitung BEP untuk menemukan titik persamaan biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan penghasilan yang didapat dari hasil penjualan dalam satu periode.

Berikut ini merupakan rumus-rumus menghitung BEP.

1. Metode perhitungan dalam satuan atau unit

BEP = Fixed costs / (revenue per unit - variable cost per unit)

Metode BEP ini tepat digunakan untuk mengetahui kontribusi produk per unit terhadap pencapaian keuntungan atas penjualan produk.

2. Metode perhitungan biaya produk per unit

BEP = Biaya Tetap / Margin Kontribusi Unit

Metode BEP ini untuk menghitung jumlah keseluruhan berapa minimal banyaknya unit yang harus terjual untuk menutupi biaya produksi. 

3. Metode perhitungan menghitung BEP dalam mata uang

BEP = BEP in units x sales price per unit

Metode ini digunakan untuk mengetahui berapa besar keuntungan dari suatu produk yang telah terjual.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER