Efisiensi anggaran yang diintruksikan Presiden Prabowo bagi seluruh kementerian dan lembaga yang menargetkan penghematan APBN senilai Rp 306,6 triliun menuai pro dan kontra dari masyarakat.
Terbaru Ekonom Efa Yonnedi dari Universitas Andalas mengingatkan efisiensi anggaran dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Ini (efisiensi) harus hati-hati karena bagaimanapun juga goverment spending itu satu faktor penopang pertumbuhan," kata ekonom Unand Efa Yonnedi di Padang, Sumbar, Senin, 10 Februari 2025. mengutip Antara.
Eks konsultan Bank Dunia ini juga mengingatkan kebijakan efisiensi anggaran yang hampir berdampak ke setiap kementerian dan lembaga tidak boleh mengurangi layanan publik yang bersifat vital.
"Jadi, efisiensi anggaran ini tidak boleh mengganggu pelayanan publik. Misalnya, dengan pengurangan anggaran jalan-jalan yang berlubang tidak diperbaiki lagi. Ini tidak boleh," ujarnya.
Sepakat dengan Efa, Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan INDEF Abdul Pulungan juga mengatakan jika sektor infrastruktur memiliki multiplier effect atau efek berganda terhadap perekonomian negara.
Abdul juga juga menjelaskan, pembangunan infrastruktur berdampak besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Ia pun berharap pemangkasan ini dilakukan pada aspek pemeliharaan saja, bukan pada pembangunan fisik.
“Apalagi kalau yang dipotong itu adalah memang pembangunan baru. Mudah-mudahan yang dipotong ini untuk perawatan-perawatan infrastruktur ya,” ucap Abdul dalam Diskusi Publik INDEF, dikutip Tempo.
Menurut Abdul, pemotongan efisiensi agnggran juga akan berdampak ke perekonomian daerah.
“Tidak bisa kita memaksimalkan pertumbuhan ekonomi daerah kalau hanya bertumpu pada belanja pegawai.” Abdul mengatakan, belanja pegawai tidak memiliki multiplier effect terhadap perekonomian.
Dampak Efisiensi Anggaran Memperlambat Ekonomi 2025
Sebelumnya hal serupa juga pernah diutarakan oleh Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Ihsan Ro'is menilai efisiensi anggaran kementerian dan lembaga berpotensi memperlambat laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2025.
"Penghematan yang dilakukan membuat uang yang beredar di masyarakat sedikit. Kalau jumlah uang beredar kecil maka proyek dan sebagainya tidak ada, hal ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi," ujar Ihsan Ro'is di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Jumat, 7 Februari 2025.
Ihsan juga mengungkapkan dampak fisiensi anggaran akan tersara bagi daerah-daerah yang bergantung terhadap agenda MICE (Meetings, Incentives, Conventions, and Exhibitions) yang berkaitan dengan pertemuan, konferensi atau pameran.
Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah yang menjadi tujuan agenda MICE beberapa kementerian dan lembaga. Kebijakan penghematan anggaran dapat membuat kunjungan tamu ke hotel, restoran dan destinasi wisata berkurang. Bahkan industri akomodasi yang mengandalkan kedatangan tamu juga bisa ikut terpuruk.
"Ada daerah yang rentan dan ada daerah yang kuat. Kita harus melihat dengan kacamata yang bijaksana," terang Ihsan.
Baca Juga:Eric Thohir: Proyek Prioritas Tetap Lanjut Di Tengah Efisiensi Anggaran, Kita Kerja Keras Saja