Dari Lokal ke Global: Simfoni Media dalam Orkestra Narasi Rusia

27 Nov 2023 21:11 WIB

thumbnail-article

ilustrasi propaganda terselubung Rusia dalam perang melawan Ukraina dengan memanfaatkan media lokal Indonesia/ Narasi

Penulis: Aqwam F. Hanifan

Editor: Akbar Wijaya

Dalam teater geopolitik global sebuah bayangan panjang terbentang dari utara, menjangkau ke sudut-sudut dunia yang tak terduga. Rusia, negara yang kaya akan sejarah dan misteri, telah lama bermain dalam seni pengaruh dan narasi, menjadikan media sebagai panggungnya.

Laporan ini bukan hanya tentang kekuatan militer atau politik, tetapi tentang kekuasaan kata dan cerita yang menyebar melintasi batas-batas negara.

Dengan cermat dan terkadang tak terlihat, mereka memainkan simfoni informasi, di mana setiap nada dirancang untuk mempengaruhi, untuk mengubah persepsi dan membangun solidaritas, atau sebaliknya menimbulkan keraguan serta konflik.

Di era digital ini, alat dan metode telah berubah. Tetapi tujuannya tetap sama: membentuk opini dan mempengaruhi kebijakan. Dari media sosial hingga saluran berita. Dari platform digital hingga ruang-ruang diskusi online, jejak pengaruh Rusia bisa dilihat dan dirasakan.

Laporan ini membawa kita Makassar, di mana Tribun Timur sebuah media yang dikenal titan pemberitaan di Indonesia Timur, tiba-tiba terperangkap dalam jaring pengaruh ini.

Bagaimana sebuah media lokal bisa berubah menjadi alat narasi global. Ini bukan sekadar perubahan kebijakan editorial, tetapi sebuah transformasi yang mencerminkan perubahan lanskap informasi global dan kepentingan bisnis yang bermain di dalamnya.

Serbuan para Penutur Aklirik dari Timur Jauh

Sebuah studi mendalam dilakukan Narasi bersama Centre for Information Resilience dan Remotivi menemukan hal menarik dilakukan Tribun Timur di akun Youtube mereka. Terlihat Tribun Timur, anak perusahaan dari perusahaan media terkemuka Indonesia Kompas Gramedia, secara signifikan mengalihkan fokus kontennya di YouTube.

Kami memantau lebih dari 18.535 video yang dirilis Tribun Timur di akun Youtube mereka terhitung dari Februari 2022 hingga Juni 2023. Mengumpulkan jutaan komentar dan menganalisisnya untuk satu kesimpulan.

Tahukah kamu, sekitar 10.718 konten video dirilis Tribun Timur selama kurun waktu itu, merupakan konten yang berkaitan dengan konflik perang Rusia - Ukraina. Lantas 7.667 konten sisanya baru isu berita diluar perang Ukraina: entah berita lokal, nasional atau internasional yang tak ada relasinya dengan perang.

Jadi pertanyaan bagaimana mungkin, mereka bisa menyediakan 60 persen konten yang bukan berkaitan dengan habitat pelanggan mereka sebagai media terbesar di Indonesia Timur. Sebab pembaca dan pelanggan mereka di Makassar misalnya, belum tentu juga membutuhkan informasi update terkait perang Ukraina.

“Ini semakin meneguhkan bahwa sekarang ini dalam iklim konten di Youtube nggak ada lagi istilah media lokal, nasional dan internasional.” ucap AS Kambie, Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Timur kepada Narasi awal November lalu.

“Kami bisa katakan bahwa penonton Youtube kami dalam konten perang Rusia-Ukraina itu adalah orang asing. Kenapa bisa kami katakan seperi itu? Karena komentar yang ada di situ kebanyakan pake bahasa Rusia, yang kami sendiri enggak ngerti,” katanya lagi.

Komentar-komentar berbahasa asing inilah yang membuat kami melangkah lebih jauh, menelisik apa yang sebetulnya terjadi di sana. Jadi sebuah hal unik adalah hampir seluruh konten perang Ukraina dirilis Tribun Timur selalu dipenuhi komentar alfabet aklirik.

Sebagai contoh, Dalam video perang ukraina paling populer berjudul "FULL - Pertempuran Sengit Lisichansk, Pasukan Ukraina Bergelimpangan Diserang jet Tempur dan Mortir" yang ditonton lebih dari 14 juta views dan 11 ribu komentar misalnya.

Hampir 58 persen komentar memakai huruf aklirik, 40,5 persen alfabet dan sisanya 1,2 persen memakai huruf mandarin, korea, hindi dan beragam huruf lainnya. Bagaimana ribuan penutur aklirik berkomentar di channel Tribun Timur?

Jika ditelaah lebih dalam mayoritas komentar berhuruf aklirik itu berisikan narasi keagungan Rusia dan menyudutkan Ukraina. Anehnya pola ini tak akan kalian temukan pada konten-konten non-perang Ukraina yang dirilis Tribun Timur. Serbuan para penutur aklirik ini hanya mengarah ke konten perang Ukraina.

Sebenarnya pola ini tak hanya terjadi di Tribun Timur. Pada channel “Kamar JERI” misalnya, dalam konten “PERANG RUSIA UKRAINA BERAWAL DARI HAL SEPELE?” dengan 1,7 juta views itu juga dipenuhi komentar aklirik.

Pada media lain seperti Viva, Kompas.com pola ini juga muncul, tapi intensitasnya tak sebesar didapat Tribun TImur. Jadi pertanyaan mengapa fenomena ini hanya terarah pada Tribun Timur?

Konten Perang Ukraina Kunci Mendulang Traffic

Jawabannya bisa terlihat dari kuantitas konten perang Ukraina yang diproduksi oleh Tribun Timur sejak perang meletus. Sejak bulan Mei mereka bahkan bisa memproduksi video perang Ukraina mencapai 1000 konten per bulan.

AS Kambie menyebut produksi konten perang Ukraina ini memang sesuai dengan strategi mereka demi mendapat penonton di Youtube. Dan mereka sukses besar.

Hitungan kami menemukan dalam satu tahun mereka bisa mendapat viewers hingga 1,8 miliar konten dengan produksi yang sangat sederhana. Karakteristik konten Perang Ukraina mereka lakukan hanya mengunggah video rekaman perang yang beredar di akun Telegram pro Rusia atau Ukraina, mengolahnya dengan ditambahi suara berbahasa Indonesia. Sangat murah, mudah dan cepat bukan?

Dengan viewers melimpah ini wajar jika Youtube Indonesia mengganjar Tribun Timur sebuah penghargaan prestisius sebagai akun media yang mampu mengumpulkan viewers terbanyak pada 2022 dan 2023.

Kambie bercerita pada fase itu tayangan konflik perang Ukraina jadi unggulan Tribun Timur menarik cuan dari sistem berbagi iklan dengan Youtube. “Hampir 30 persen pendapatan kami secara perusahaan didapat dari Youtube Adsense” katanya. 

Komentar sebagai Kunci Penyulut Tayangan

Peningkatan viewers didapat Tribun tak lepas dari komentar aklirik yang rutin menyerbu tayangan konflik Ukraina setiap dirilis. Gambar di bawah adalah visualisasi sederhana memahami fenomena ini.

Kami menganalisis terhadap 10.000 video Tribun Timur, mengklasternya menjadi bulan. Data yang dikumpulkan mengungkapkan korelasi positif antara jumlah tayangan dan komentar: secara umum semakin banyak komentar dihasilkan, semakin tinggi pula jumlah tayangan.

Jenis konten berperan penting dalam menentukan jumlah komentar. Konten informatif, terutama yang berkaitan dengan update perang terbaru, cenderung memicu diskusi lebih banyak.

Sebaliknya, konten yang lebih fokus pada demonstrasi kekuatan militer mungkin menarik tayangan tinggi, tetapi tidak selalu memicu keterlibatan audiens dalam bentuk komentar.

Mengapa komentar mempengaruhi tayangan? Komentar seringkali dianggap perpanjangan dari reaksi penonton. Tak hanya sebagai medium interaksi, komentar adalah kunci membuka pintu popularitas dan penyebaran konten lebih luas, termasuk kepada mereka yang bukan subscriber.

Komentar berperan sebagai penanda vital. Mereka adalah indikator keterlibatan, mengirim sinyal kepada algoritma YouTube bahwa ada sesuatu yang menarik perhatian di dalam konten tersebut.

Semakin banyak komentar, terutama yang berkualitas dan berbobot, semakin besar kemungkinan video tersebut untuk mendapatkan tempat di 'feed' beranda atau di bagian rekomendasi YouTube yang berdampak penambahan tayangan.

Lantas, semakin tinggi jumlah tayangan akan berdampak pada Search Engine Optimization (SEO) yang semakin optimal. Konten dengan view tinggi sering kali dipersepsikan oleh algoritma youtube sebagai indikator bahwa konten tersebut relevan dengan topik tersebut.

Apalagi jika konten itu ditambah dengan keterlibatan alias engagement yang lebih tinggi misalnya, likes, komentar, dan share seperti yang sering dilakukan para penutur aklirik di konten Tribun Timur.

Itulah mengapa jika kalian mengetik “Perang Ukraina” di pencarian Youtube maka yang selalu muncul teratas adalah konten-konten milik Tribun Timur. Dengan memanipulasi kata kunci pencarian, pelaku propaganda bisa secara efektif mempengaruhi opini publik, membentuk narasi atau persepsi tentang suatu topik.

Rentetan komentar aklirik, viewers yang meningkat dan penguasaan kata kunci inilah terindikasi kuat jadi bagian proyek memanipulasi algoritma Youtube yang dilakukan pihak Rusia pada audiens Indonesia.

Melodi Bias dalam Laporan Perang

Kami mengamati judul konten-konten dipublikasikan oleh Tribun Timur sejak Februari 2022 hingga Juli 2023. Sebanyak 1024 video, atau 10% dari total publikasi, menjadi sampel analisis ini.

Hasilnya mengejutkan namun tak bisa diabaikan: ada kecenderungan yang jelas dari judul ditampilkan seolah ada upaya menggambarkan Rusia sebagai pihak superior, baik dalam teknologi perang maupun taktik militer.

Dari 1.024 judul video yang kami jadikan sampling, 710 judul video lebih condong mempromosikan Rusia, 133 video pro-Ukraina dan 181 video dengan nada judul netral.

Satu hal yang amat mencolok dari data di atas mayoritas video berbau pro-Rusia menitikberatkan pada glorifikasi dan heroisme atas superioritas teknologi perang Rusia. Misalnya seperti pada “Video Kompilasi, Brutalnya Drone Peledak Rusia saat Gempur Pasukan dan Peralatan Tempur Ukraina” dan “Serangan Brutal dari Mortir Self-Propelled 2C4 Tulip Rusia Sapu Bersih Benteng Ukraina”.

Pada setiap judul berbau Rusia, judul dipakai biasa menggunakan kosakata hiperbola untuk menarik emosi audiens. Misal seperti judul ini "Bikin Merinding! Ledakan Granat Rusia Membunuh Tentara Ukraina yang Terbaring".  Atau glorifikasi terhadap senjata-senjata Rusia yang mengalahkan pasukan Ukraina.

Hal ini tak kami temukan ketika melihat lebih dalam terkait konten-konten yang cenderung Pro-Ukraina. Narasi pro-Ukraina dibikin Tribun Timur lebih mentitikberatkan pada unsur kesedihan efek akibat perang. 

Terkait hal ini, AS Kambie mengakui bahwa Tribun Timur memang dijadikan alat propaganda oleh kedua belah pihak.

“Ya kelihatan sekali itu. Seperti yang saya katakan tadi bahwa tribun Timur itu sebenarnya sudah digunakan oleh Rusia dan Ukraina. Rusia mereka mau menjadikan kami ini untuk menampilkan kehebatan mereka, persenjataan mereka, kehebatan tim mereka, ketangguhan pasukan mereka. Misalnya satu tentara Rusia menghancurkan mereka. Kayak begitu videonya,” katanya.

Mengenal Pasukan Troll dari Negeri Jauh

Pasukan web Rusia, juga dikenal sebagai troll Rusia atau troll Kremlin, adalah komentator internet anonim yang disponsori negara dan terkait dengan pemerintah Rusia dalam naungan Internet Research Agency (IRA). Organisasi ini didirikan untuk melakukan operasi propaganda dan disinformasi di internet, terutama melalui media sosial.

IRA didanai oleh pemerintah Rusia dan dikaitkan erat dengan Yevgeny Prigozhin, seorang pengusaha Rusia yang memiliki hubungan dekat dengan Vladimir Putin. Prigozhin tewas pertengahan tahun lalu setelah beberapa bulan sebelumnya dia berupaya mengkudeta Putin.

Salah satu kasus paling terkenal dari intervensi IRA adalah selama pemilu presiden AS tahun 2016. IRA menggunakan akun-akun palsu untuk memposting konten yang memecah belah, mendukung kandidat tertentu, dan mencoba mempengaruhi pandangan pemilih.

Dalam konteks perang Ukraina, laporan Pro-Publica menyebut IRA turut andil memainkan peran mempengaruhi opini publik baik di dalam maupun luar Rusia menjustifikasi invasi Rusia ke Ukraina sebagai tindakan yang sah atau respons terhadap apa yang mereka sebut sebagai agresi dunia barat.

Kantor IRA berlokasi di St Petersburg, Rusia. Investigasi CNN tahun lalu menemukan ada upaya melakukan outsourcing di luar negeri dengan membentuk pabrik troll baru di Nigeria dan Ghana. 

Narasi sempat melakukan eksperimen dengan membuat konten video pendek mengglorifikasi kehebatan pasukan Rusia di Youtube seperti dilakukan Tribun Timur. Selama sepekan beruntun kami memproduksi konten-konten yang pro-Rusia.

Hasilnya kita bisa melihat bahwa ada banyak audiens dari Rusia yang menonton video kami. Pengguna IP Rusia selalu menduduki posisi 2 dan 3. Fenomena ini tak pernah kami dapati pada konten lain terutama konten perang yang bernada netral atau mengutuk invasi Rusia.

Di sisi lain temuan Ini janggal sebab secara caption dan judul semua tertera dalam bahasa Indonesia.  Eksperimen ini membuktikan konten-konten berbau perang Ukraina mendapat perhatian penuh dari audiens di Rusia yang entah itu individu biasa atau bagian dari IRA.

Kami menganalisis linimasa waktu komentar itu dilakukan pada beberapa konten paling populer di Tribun Timur. Analisa ini mengerucut selama minggu pertama setelah konten dipublikasikan dan mengklasternya menjadi 168 jam.

Ini penting untuk melihat pola distribusi komentar ini per jam. Kamu bisa analisis yang kami lakukan pada konten berjudul FULL - Pertempuran Sengit Lisichansk, Pasukan Ukraina Bergelimpangan Diserang jet Tempur dan Mortir" yang ditonton lebih dari 14 juta views dan 11 ribu komentar misalnya.

Jika diurutkan intensitas komentar tertinggi akan terjadi pada 84 jam, 108 jam dan 62 jam setelah konten tayang.

Uniknya jika kita mengkonversi angka ini menjadi waktu pasti, hasilnya cukup mengejutkan. Konten berjudul FULL - Pertempuran Sengit Lisichansk, Pasukan Ukraina Bergelimpangan Diserang jet Tempur dan Mortir tayang pada 23 Nov 2022 pukul 14:05:19.

Jika merujuk data puncak durasi di atas yakni 84 jam, 108 jam dan 62 jam maka didapat kesimpulan bahwa komentar itu akan mencapai puncaknya pada jam 01.00 - 03.00 dini hari di saat orang Indonesia sedang tertidur lelap.

Ini adalah indikasi kuat bahwa komentar aklirik berseliweran di Tribun Timur bukan berasal dari Indonesia tapi dari negara luar dengan zona waktu berbeda.

Di penghujung laporan ini, terungkap sebuah ironi yang pelik: Tribun Timur, sebuah media yang semula berdiri sebagai pilar informasi lokal, kini terjerat dalam jaringan narasi geopolitik yang rumit.

Rusia, dengan kepiawaiannya dalam seni propaganda, telah memanfaatkan platform Tribun sebagai panggung untuk menyuarakan dawainya, menari dalam simfoni informasi yang menggema mengubah sudut pandang orang Indonesia terkait perang.

Di sisi lain, Tribun, yang mungkin semula tidak menyadari peranannya dalam pementasan global ini, kini menemukan dirinya terbantu oleh kegiatan manipulasi algoritma yang cermat, sebuah tarian yang mengundang pengunjung dan mengubahnya menjadi cuan.

Langkah demi langkah, penonton dibawa ke dalam sebuah dunia di mana perang bukan hanya tentang ledakan dan asap, tetapi juga tentang perang kata-kata, narasi, dan persepsi. Dalam labirin digital yang membingungkan ini, konten Tribun Timur—yang semula mungkin hanya bertujuan untuk menarik perhatian penonton—telah menjadi bagian dari sebuah strategi yang lebih besar, yang direkayasa untuk mempengaruhi opini publik.

Komentar-komentar aklirik, yang seperti nyanyian sirene memanggil penonton ke dalam dunia baru ini, bukan hanya membawa tayangan dan popularitas, tetapi juga memperkuat narasi yang dikehendaki.

*Laporan ini didukung oleh Internews Media.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER