Etika Bercanda Menurut Ajaran Islam: Salah Satunya Tidak Menyakitkan bagi Orang Lain

19 Oct 2023 13:35 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi seorang pria tertawa setelah mendengar candaan. (Sumber: Pexels/REAFON GATES) .

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Bersenda gurau atau bercanda merupakan salah satu bumbu kehidupan dalam bermasyarakat untuk menciptakan keakraban, namun Islam tidak menganjurkan bercanda yang sembarangan.

Dalam Islam, terdapat etika atau adab yang dianjurkan dilakukan muslim ketika bercanda.

Etika bercanda dalam Islam, bertujuan untuk menghindari terjadinya konflik antara orang yang bercanda dengan yang menjadi objek bercandaan, serta menghindari dari berbuat dosa karena bercanda yang kelewat batas.

Islam sendiri tidak melarang umatnya untuk bercanda, namun dengan catatan tidak menyakiti orang lain. Hukum bercanda dalam Islam adalah mubah.

Etika bercanda menurut ajaran Islam

Melansir dari NU Online, terdapat empat adab atau etika ketika bercanda. Berikut keempat etika tersebut.

1. Tidak berbohong

Salah satu sifat tercela adalah berbohong, Rasulullah saw. dalam hadisnya melarang umatnya untuk melontarkan ucapan bohong saat bercanda. 

Dalam sebuah hadis, Nabi Muhammad saw. bersabda:  

 ويل للذي يحدث فيكذب ليضحك به القوم ويل له ويل له  

Artinya: “Celaka bagi orang yang berbicara kemudian dia berbohong supaya bisa membuat tertawa masyarakat. Celaka baginya, celaka baginya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Turmudzi dan Hakim).

2. Tidak berlebihan

Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dalam kitabnya Sullamut Taufiq, menerangkan bahwa candaan diperbolehkan selama tidak dilontarkan secara berlebihan.

Dalam kitab tersebut, Habib Abdullah bin Husain menjelaskan:

باللعب والهزل فيه وأما الافراط فيه فلأنه يورث كثرة الضحك وكثرة الضحك تميت القلب وتسقط المهابة وأما إذا كان المزاح مطايبة وفيه انبساط وطيب قلب فلم ينه عنه  

Artinya: “Al-Hasan berkata ‘Sesungguhnya yang termasuk berkhianat adalah jika kamu menceritakan rahasia teman kamu. Juga seperti guyonan yang keterlaluan dan terus-menerus. Candaan yang terus-menerus dapat menyibukkan seseorang pada permainan dan senda gurau. Candaan yang keterlaluan bisa menyebabkan banyak tertawa. Banyak tertawa bisa mematikan hati, menghilangkan kewibawaan. Jika guyon itu baik, ada unsur menggembirakan dan merelaksasi hati maka tidak dilarang.”

3. Tidak menyakiti orang lain

Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar an-Nawawi menerangkan bahwa candaan yang baik adalah candaan yang tidak menyakiti orang lain.

Oleh karenanya, etika bercanda selanjutnya adalah mengusahakan agar candaan yang dilontarkan tidak menyakiti orang lain.

  قال العلماء: المزاحُ المنهيُّ عنه، هو الذي فيه إفراط ويُداوم عليه، فإنه يُورث الضحك وقسوةَ القلب، ويُشغل عن ذكر الله تعالى والفكر في مهمات الدين، ويؤولُ في كثير من الأوقات إلى الإِيذاء، ويُورث الأحقاد، ويُسقطُ المهابةَ والوقارَ. هذه الأمور فهو المباحُ الذي كان رسولُ الله (صلى الله عليه وسلم) يفعله، فإنه (صلى الله عليه وسلم) إنما كان يفعله في نادر من الأحوال لمصلحة وتطييب نفس المخاطب ومؤانسته، وهذا لا منعَ قطعاً، بل هو سنّةٌ مستحبةٌ إذا كان بهذه الصفة.  

Artinya: “Para ulama mengatakan ‘guyon yang dilarang adalah yang keterlaluan dan terus-menerus. Tertawa bisa mengakibatkan hati keras, menyibukkan hati sehingga lupa kepada Allah dan memikirkan urusan agama yang penting. Guyon mempunyai potensi menyakiti orang lain dan menyebabkan kedengkian, menghilangkan kewibawaan. Guyon-guyon ini diperbolehkan sebagaimana dilakukan oleh Rasulullah ﷺ. Rasulullah melakukan guyon jarang-jarang, yakni ketika berdampak maslahat dan membuat nyaman lawan bicara. Jika tujuannya seperti itu, guyon tidak dilarang bahkan malah disunahkan’.”

4. Tidak membawa Nama Allah Swt.

Selanjutnya dalam bercanda sebaiknya tidak membawa nama Allah Swt., keterangan ini telah Allah jelaskan dalam surah At Taubah ayat 65-66 mengenai senda gurau atau bercanda sebagai berikut:

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ ۚ قُلْ أَبِٱللَّهِ وَءَايَٰتِهِۦ وَرَسُولِهِۦ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ

Arab-Latin: wa la`in sa`altahum layaqụlunna innamā kunnā nakhụḍu wa nal'ab, qul a billāhi wa āyātihī wa rasụlihī kuntum tastahzi`ụn.

Artinya: Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER