19 September 2022 21:09 WIB
Penulis: Ani Mardatila
Editor: Akbar Wijaya
Peristiwa horor terjadi di sebuah sekolah yang bertempat di Biara Budha, Desa Let Yet Kone, wilayah Sagaing tengah, Myanmar pada Jumat (16/9/2022).
Sebuah helikopter milik tentara dilaporkan menembaki sebuah sekolah yang dituding pemerintah dijadikan tempat persembunyian kelompok pemberontak.
Reuters melaporkan peristiwa mengakibatkan sedikitnya enam anak terwas dan 17 lainnya luka-luka.
Dua warga, yang menolak disebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan melalui telepon, mayat-mayat itu kemudian diangkut oleh militer ke wilayah perkotaan yang berjarak 11 km (7 mil) untuk dikuburkan.
Di media sosial beredar gambar bekas-bekas lubang peluru dan noda darah di gedung sekolah yang rusak.
Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan Tentara Kemerdekaan Kachin, sebuah kelompok pemberontak, dan Pasukan Pertahanan Rakyat (PDF), sebuah organisasi payung gerilyawan bersenjata yang disebut junta "teroris", telah bersembunyi di biara dan menggunakan desa sebagai tempat mengangkut senjata.
Pasukan keamanan yang dikirim dengan helikopter telah melakukan "inspeksi mendadak" dan diserang oleh PDF dan KIA di dalam rumah dan biara, katanya.
Tentara pemerintah mengakui jatuhnya korban tewas dari kalangan penduduk desa dan membawa mereka yang terluka ke rumah sakit untuk menjalani perawatan. Mereka juga menyita 16 bom rakitan.
Namun pemerintah bayangan pro-demokrasi Myanmar, yang dikenal sebagai Pemerintah Persatuan Nasional (NUG), menuduh junta sengaja menargetkan serangan ke sekolah-sekolah.
NUG juga menyerukan pembebasan 20 siswa dan guru yang dikatakan telah ditangkap setelah serangan udara tersebut
Organisasi Save the Children mengatakan serangan terhadap sekolah melonjak menjadi sekitar 190 kali pada tahun 2021 di Myanmar dibandingkan 10 tahun sebelumnya.
Organisasi itu juga mengatakan penggunaan sekolah sebagai pangkalan militer pemerintah maupun kelompok bersenjata antipemerintah meningkat di seluruh negeri. Hal ini tentu saja mengganggu pendidikan dan membahayakan anak-anak.
KOMENTAR
Latest Comment