Pendeta pensiunan berusia 83 tahun, Sue Parfitt, ditangkap polisi Inggris pada 5 Juli 2025. Ia ditahan hanya beberapa jam setelah pemerintah Inggris secara resmi melarang kelompok pro-Palestina, Palestine Action.
Parfitt, yang berasal dari Bristol, ditangkap karena membawa papan bertuliskan: “Saya menentang genosida. Saya mendukung Palestine Action.” Ia termasuk di antara lebih dari 27 orang yang ditahan pada Sabtu itu karena melakukan aksi menentang pelarangan tersebut.
Penangkapannya memicu gelombang kemarahan luas di media sosial. Seorang pengguna menyebut insiden ini sebagai “langkah menuju otoritarianisme dan penindasan atas kebebasan berpendapat dan berekspresi,” sementara yang lain mempertanyakan apakah kini menyebut Parfitt “seorang pahlawan” pun dianggap melanggar hukum.
Sahabat Parfitt, Jerry Hicks, menuntut pembebasannya. “Ia menentang genosida, dan itu bukanlah kejahatan,” tegasnya.
Pengguna lain menulis, “Luar biasa berani apa yang dilakukan Pendeta Sue Parfitt. Orang-orang seperti dia akan kita kenang dengan penuh hormat ketika semua ini menjadi kenangan buruk yang jauh.”
Penangkapan terjadi tak lama setelah tengah malam pada Sabtu, bertepatan dengan diberlakukannya larangan hukum terhadap Palestine Action, yang kini diklasifikasikan sebagai kelompok teroris. Dukungan atau keterlibatan dalam kelompok ini kini terancam hukuman hingga 14 tahun penjara.
Menteri Dalam Negeri Yvette Cooper mengumumkan pelarangan tersebut setelah kelompok itu mengakui telah melakukan aksi perusakan terhadap dua pesawat Voyager di pangkalan udara RAF Brize Norton, Oxfordshire, pada 20 Juni. Polisi Inggris mengklaim kerusakan tersebut mencapai nilai £7 juta, meskipun klaim ini belum dapat diverifikasi secara independen.
Palestine Action sempat mengupayakan penundaan keputusan tersebut melalui jalur hukum. Permohonan penangguhan di Pengadilan Tinggi ditolak pada Jumat, dan Pengadilan Banding menguatkan keputusan itu hanya dua jam sebelum larangan resmi diberlakukan.
Parlemen Inggris sebelumnya telah memberikan persetujuan besar-besaran atas pelarangan kelompok tersebut, bersama dua kelompok ekstrem lainnya: Maniacs Murder Cult yang berideologi neo-Nazi dan Russian Imperial Movement.
Para pembela hak asasi manusia mengecam keputusan pemerintah ini sebagai tindakan berlebihan yang bertujuan membungkam perbedaan pendapat.
Sejak didirikan pada 2020, Palestine Action menargetkan perusahaan-perusahaan yang memasok senjata ke Israel, dengan tujuan menutup fasilitas yang terlibat dalam kejahatan perang Israel. Kelompok ini menyangkal keterlibatan dalam aktivitas terorisme.