Israel Tolak Investigasi Kematian Jurnalis Shireen Abu Akleh

15 Nov 2022 17:11 WIB

thumbnail-article

null

Penulis: Rahma Arifa

Editor: Akbar Wijaya

Enam bulan setelah jurnalis senior Al Jazeera Shireen Abu Akleh mati terkena tembakan tentara pertahanan Israel (IDF), otoritas Israel terus menentang investigasi Amerika Serikat.

Shireen Abu Akleh ditembak mati IDF pada 11 Mei 2022. Peristiwa itu terjadi saat ia meliput bentrokan pasukan Israel dan warga Palestina di Kota Jenin, sebelah utara daerah konflik Tepi Barat.

Perempuan Amerika berdarah Palestina tersebut merupakan jurnalis senior Al Jazeera ternama yang telah bertugas melaporkan konflik Palestina-Israel selama 25 tahun.

Rekam jejak Shireen menjadikan dirinya dikenal bukan hanya oleh negara-negara timur tengah namun juga dunia.

Amerika Serikat dan Uni Eropa mengecam keras penembakan terhadap Shireen.

Dalam pernyataan yang dirilis Dewan Keamanan PBB pada 13 Mei 2022, Dewan Keamanan menuntut proses investigasi yang segera, transparan, serta menekankan akuntabilitas pihak Israel.

“Anggota Dewan Keamanan menekankan kembali bahwa jurnalis harus dilindungi sebagai warga sipil” tulis pernyataan Ketua Dewan Keamanan PBB.

Senin (14/11/22), Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengumumkan adanya investigasi mandiri oleh FBI terhadap pembunuhan Shireen, dilaporkan oleh Axios.

Namun, Israel melarang adanya investigasi eksternal dan menyatakan penolakan untuk bekerja sama dalam proses penyidikan.

“Keputusan yang diambil Departemen Kehakiman AS untuk melakukan investigasi atas kematian tragis Shireen Abu Akleh adalah kesalahan. IDF telah melakukan investigasi profesional dan independen yang telah diserahkan kepada pihak berwajib Amerika” ujar Menteri Pertahanan Israel, Benny Grantz, melalui akun twitter resmi @gantzbe.

Investigasi FBI dapat menyebabkan penyelidikan terhadap prajurit Israel yang terlibat dalam operasi penembakan tersebut. Hal ini yang akan ditolak keras oleh Israel.

“Saya telah memberikan pesan kepada perwakilan AS bahwa kami berdiri bersama tentara IDF, maka kami tidak akan bekerja sama dalam investigasi eksternal, dan kami tidak akan membiarkan adanya campur tangan dalam investigasi internal” lanjut Grantz.

Investigasi FBI juga dikhawatirkan membuat tegang hubungan AS dan Israel. Pada Juli lalu, pemerintahan Biden menyatakan bahwa Shireen kemungkinan besar meninggal karena tembakan Israel yang tidak disengaja.

Selain itu, September lalu, IDF juga telah menyimpulkan kematian Shireen sebagai “tembakan tidak sengaja” oleh seorang prajurit yang tidak mengetahui bahwa Shireen merupakan seorang jurnalis.

Sebelumnya, IDF mengatakan bahwa identifikasi penembak dalam kematian Shireen mustahil untuk dilakukan. Klaim ‘ketidaksengajaan’ ini lalu menjadi justifikasi pemerintah Israel untuk enggan melakukan investigasi kriminal pada insiden tersebut.

Namun, Pemerintah AS kerap mendapat tekanan dari keluarga Shireen dan puluhan kongres Demokrat untuk memastikan adanya akuntabilitas yang jelas dari Israel. Terlebih, Shireen merupakan seorang warga negara dan jurnalis Amerika yang berhak mendapat keadilan. Hasilnya, lebih dari 20 senator Demokrat menandatangani surat untuk melakukan investigasi independen oleh FBI.

Laporan insiden dari New York Times menyimpulkan bahwa tidak ada warga Palestina bersenjata ditempat Shireen terbunuh di Jenin. Hal ini mematahkan spekulasi bahwa Shireen tertembak  karena peluru yang salah sasaran. Laporan didasari oleh testimoni saksi, analisa tembakan dan juga video yang menangkap detik-detik kejadian.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER