Kapan Musim Kemarau 2024? Berikut Prediksinya Menurut BMKG

19 Maret 2024 11:03 WIB

Narasi TV

Ilustrasi pohon yang daunnya meranggas pada musim kemarau. Sumber: Freepik.

Penulis: Rusti Dian

Editor: Margareth Ratih. F

Musim kemarau diprediksi terjadi pada Juli dan Agustus 2024. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), kemarau tahun ini mengalami kemunduran dibanding tahun sebelumnya. Meski begitu, rata-rata musim kemarau akan bersifat normal dan atas normal.

Menurut analisis BMKG, 282 dari 699 (40%) zona musim (ZOM) di Indonesia akan mengalami awal musim kemarau yang mundur dari kondisi normal. Sementara 175 ZOM (25%) normal dan 105 ZOM (15%) mengawali musim kemarau lebih cepat.

“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka awal musim kemarau 2024 di Indonesia diprediksi MUNDUR pada 282 ZOM (40%), SAMA pada 175 ZOM (25%), dan MAJU pada 105 ZOM (15%),”ujar Ketua BMKG, Dwikorita Karnawati pada Jumat (15/3/2024), dikutip dari laman BMKG.

Sebagian wilayah Indonesia akan mengalami kemunduran kemarau. Wilayah tersebut meliputi Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur. Kemudian juga sebagian Sumatera Utara, Riau, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Maluku, dan sebagian besar Kalimantan.

Saat ini, Indonesia tengah memasuki pancaroba atau masa peralihan musim dari hujan ke kemarau. Pancaroba ini akan berlangsung Maret hingga April 2024.

Tanda-tanda kemarau datang

Awal musim kemarau berkaitan dengan datangnya angin timuran atau muson Australia. Angin ini membawa udara kering yang menyebabkan kemarau. Angin akan bertiup dari yang terdekat dengan Australia, kemudian bergerak semakin ke utara, barat, dan timur.

Terkait El Nino, Dwikorita menjelaskan bahwa fenomena ini akan segera menuju netral pada Mei, Juni, dan Juli 2024. Sementara pada Juli, Agustus, dan September 2024 berpotensi menjadi La Nina lemah.

Berikut tanda-tanda musim kemarau akan datang:

  • Hujan jarang turun.
  • Matahari cenderung terik tanpa ditutupi awan.
  • Tanah mulai kering dan retak.
  • Suhu udara cenderung panas.
  • Sumber air seperti sungai, danau, dan rawa surut dan mengering.

Oleh karena itu, Dwikorita juga mengimbau pemerintah, institusi terkait, dan masyarakat untuk menyiapkan diri menuju kemarau. Bukan tidak mungkin akan muncul bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan, dan kekurangan sumber air.

Baca Selengkapnya

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR