Gaya hidup sedenter (sedentary lifestyle) adalah pola hidup ketika seseorang menghabiskan banyak waktu dalam posisi duduk atau berbaring dengan sedikit aktivitas fisik.
Menyadari tanda-tanda gaya hidup ini sangat penting untuk mencegah berbagai masalah kesehatan yang dapat muncul. Penilaian waktu aktivitas harian merupakan langkah awal yang baik untuk memahami kebiasaan sehari-hari.
Tanda-tanda Individu Melakukan Gaya Hidup Sedenter
Ada 3 kriteria untuk mengenali tanda-tanda gaya hidup sedenter, yakni:
-
Aktivitas fisik
-
Gejala fisik
-
Kondisi psikis
Lalu apa saja tanda-tandanya? Berikut penjelasan lengkapnya.
1. Kurangnya kegiatan fisik
Sebuah cara untuk mengevaluasi tingkat aktivitas adalah dengan menghitung jumlah jam tiduran dan mengurangkannya dari 24 jam.
Jika lebih dari 50 persen waktu tersebut dihabiskan untuk duduk atau berbaring, kemungkinan seseorang menganut gaya hidup sedenter. Ini menunjukkan perlunya perubahan untuk meningkatkan keseimbangan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Rasa lelah yang terus-menerus
Kelelahan yang terus-menerus adalah salah satu tanda umum dari gaya hidup sedenter. Penelitian menunjukkan bahwa semakin sedikit orang bergerak, semakin besar kemungkinan mereka merasa lelah.
Mengikuti program olahraga ringan dapat meningkatkan kadar energi dan mengurangi kelelahan.
3. Nyeri pada punggung bawah
Nyeri punggung bawah sering kali disebabkan oleh posisi duduk yang berkepanjangan. Penelitian menunjukkan bahwa duduk terus-menerus dapat meningkatkan tekanan pada cakram tulang belakang yang berdampak pada kesehatan punggung.
Disarankan untuk sering mengubah posisi duduk dan beristirahat dari dudukan setiap 15 menit.
4. Tidur yang terganggu
Tidur yang buruk bisa menjadi indikasi gaya hidup sedenter. Kurangnya aktivitas fisik sering kali berkaitan dengan gangguan tidur baik dalam hal kuantitas maupun kualitas.
Aktivitas fisik sangat penting dan berpengaruh pada pola tidur. Individu yang tidak aktif lebih cenderung mengalami insomnia.
5. Penurunan suasana hati
Perubahan suasana hati adalah konsekuensi lain yang sering dialami. Individu yang menjalani gaya hidup sedenter cenderung merasa lesu dan mengalami penurunan mood. Hal ini berkaitan dengan pengaruh negatif aktivitas tidak bergerak terhadap kesejahteraan mental.
6. Munculnya kecemasan dan stres
Gaya hidup yang kurang aktif berhubungan dengan peningkatan risiko kecemasan dan stres.
Kegiatan yang tidak membuat tubuh bergerak, seperti menonton televisi, dapat memperburuk gejala kecemasan dan menambah beban psikologis.
7. Pengaruh pada konsentrasi
Kurangnya aktivitas fisik juga berdampak negatif pada kemampuan konsentrasi. Beberapa studi menunjukkan bahwa individu yang lebih aktif memiliki kemampuan fokus yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang cenderung tidak bergerak. Ini menunjukkan pentingnya aktivitas fisik dalam mendukung fungsi otak.
Pentingnya aktivitas fisik rutin
Kurangnya aktivitas fisik dapat terlihat dalam berbagai bentuk, mulai dari jarang berjalan, berdiri, hingga melakukan pekerjaan rumah tangga.
Minimnya kegiatan ini dapat menyebabkan penurunan kebugaran fisik dan meningkatkan risiko berbagai penyakit.
Menjaga kebugaran fisik melalui aktivitas rutin sangatlah penting. Berolahraga secara teratur, bahkan dalam durasi singkat, dapat memberikan manfaat kesehatan jangka panjang dan mencegah risiko berbagai penyakit.
Oleh karena itu, meluangkan waktu untuk berolahraga setiap hari adalah salah satu langkah terbaik yang dapat diambil untuk meningkatkan kualitas hidup.
Penambahan aktivitas fisik sederhana seperti berjalan kaki, bersepeda, atau melakukan olahraga ringan dapat membantu mengatasi masalah yang diakibatkan oleh gaya hidup sedenter.