Kesaksian Richard Eliezer Saat Sambo Skenariokan Pembunuhan Yosua: Memang Harus Dikasih Mati Anak Itu

30 Nov 2022 14:11 WIB

thumbnail-article

Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J), Richard Eliezer (Bharada RE atau E) melambaikan tangan ke arah awak media saat akan mengikuti sidang perdana di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Selasa (18/10/2022). Bharada E akan menjalani sidang pembacaan dakwaan terkait kasus pembunuhan berencana Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat (Brigadir J). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/aww.

Penulis: Jay Akbar

Editor: Akbar Wijaya

Richard Eliezer Pudihang Lumiu memberi kesaksian saat Ferdy Sambo, disaksikan Putri Candrawati, memerintahkan dan meyakinkannya untuk menembak Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

Perintah ini disampaikan Sambo di kediaman pribadi Ferdy Sambo dan Putri Candrawati di Jalan Saguling IIII, Jakarta Selatan pada Jumat (8/7/2022).

Begini kesaksian Eliezer di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan yang dipimpin Ketua Majelis Hakim Wahyu Iman Santosa, Rabu (30/11/2022).

Saya datang (di lantai III rumah Saguling) masih FS (Ferdy Sambo) saja. [Ricky Rizal] tidak ada, Yang Mulia, di bawah.

Baru duduk lah saya, Yang Mulia.

“Duduk dek,” kata Sambo.

“Siap, Bapak,” jawab Eliezer.

Baru Bapak duduk di sofa yang panjang itu yang mulia tapi di pojok sebelah kanan. Alhamarhum masih di bawah.

Baru Bapak FS ini bilang ke saya:

“Kamu tahu enggak ada kejadian apa di Magelang?”

Saya bilang:

“Siap, saya tidak tahu Bapak.”

Nah itu enggak lama kemudian Ibu PC datang duduk juga di samping Pak FS di sofa panjang itu.

Baru dia (Sambo) diam, baru dia nangis yang mulia, baru dia bilang

“Yosua sudah melecehkan Ibu di Magelang,” kata Sambo seperti ditirukan Richard.

Itu dengar itu saya kaget Yang Mulia. Kaget, takut juga Yang Mulia karena posisinya kami yang ajudan yang di Magelang kan pada saat itu.

Saya diam, maksudnya dalam hati saya ini ini betulkah, tidakah?

Baru dia (Sambo) bilang:

“Kurang ajar anak ini. Memang kurang ajar anak itu. Dia sudah tidak menghargai saya. Dia sudah menghina harkat dan martabat saya.”

Itu dia bicara sambil emosi, sambil nangis, mukanya merah.

Jadi setiap habis berbicara, dia ada diam untuk nangis. Baru dia bilang dia lihat ke saya:

“Memang harus dikasih mati anak itu.” 

Dia bilang gitu ke saya Yang Mulia.

Saya diamkan Yang Mulia. Saya kaget juga Yang Mulia.

Skenario Sambo

Baru dia (Sambo) mendekat begini (merendahkan posisi badan agar lebih dekat ke Richard tanpa mengubah posisi duduk).

“Nanti kau yang tembak Yosua ya, karena kalau kamu yang tembak Yosua saya yang akan jaga kamu. Tapi kalau saya yang tembak tidak ada yang jaga kita,” kata Sambo meyakinkan Richard..

Saya diam tidak menjawab sama sekali. Kayak masih takut ini nyata kah yang dia sampaikan ini, kaget juga, Yang Mulia.

Baru dia (Sambo) bilang ke saya begini:

"Jadi gini Chad, skenarionya di 46 Chad (rumah dinas Duren III No. 46). Jadi, skenarionya Ibu dilecehkan sama Yosua, baru Ibu teriak kamu dengar kamu respons, Yosua ketahuan, Yosua tembak kamu, kamu tembak balik Yosua, Yosua yang mati."

Baru setelah dia menjelaskan itu saya kaget, Yang Mulia. Ih, saya mau disuruh bunuh orang ini. Itu sudah kacau pikiran saya Yang Mulia, tertekan Yang Mulia.

Baru dia (Sambo) bilang:

"Sudah kamu tenang saja. Kamu aman. Karena posisinya kamu itu bela Ibu, pertama. Yang kedua, kamu bela diri, kamu membela diri kamu karena kamu ditembak duluan. Jadi kamu aman Chad, kau tenang saja."

Sambo dan Putri Berbisik Soal CCTV dan Sarung Tangan Hitam

Nah sambil dia menceritakan itu sempat ngobrol sama Ibu. Ibu kan di samping kiri.

Karena Ibu suaranya pelan saya tidak mendengarkan secara detail, tapi Ibu membahas soal CCTV Duren Tiga, yang kedua soal sarung tangan, sampai Bapak sempat berbisik juga ke Ibu kayak:

"Sudah tenang pakai sarung tangan."

Tapi saya tidak dengar secara ini (jelas) Yang Mulia, tapi kayak bilang iya nanti pakai sarung tangan.

Baru setelah dia sudah jelaskan itu, dia jelaskan terus secara ulang-ulang tentang skenario yang tadi dia jelaskan.

Baru dia (Sambo) coba menenangkan saya.

"Sudah, kamu tenang saja karena posisinya kamu bela Ibu, pertama. Yang kedua kamu bela diri, kamu aman, Chad. Kamu aman."

Saya ada sempat jawab:

"Siap, Bapak."

Menyiapkan Senjata Sebelum Eksekusi

Baru dia (Sambo) bilang:

"Senpi kamu mana?"

"Siap izin ada, bapak, saya nunjukin begini, siap ada, Bapak," jawab Eliezer sambil menunjukkan senjata api di pinggangnya.

Baru dia ambil dari sebelah sisi kanan dia [kotak peluru].

"Kau tambah amunisimu."

Saya bilang.

"Siap, Bapak."

Saya ambil senpi saya, buka magasin saya, tambah amunisi saya. Selesai saya nambah saya masukin lagi senpi saya, saya simpan.

Saya kembalikan lagi amunisinya ke dia.

Baru dia bilang beigini ke saya:

"Senjatanya Yosua mana."

Siap karena seingat saya tadi senjata Yosua disimpan Ricky di mobil waktu di Magelang, saya bilang:

"Siap, Bapak, ada di mobil Lexus Bapak."

"Oh ada di mobil Lexus, nanti kau turun ke bawah kau ambil kau bawa naik lagi ke sini," perintah Sambo.

"Baik, Bapak"

Saya lihat karena sudah tidak ada obrolan lagi saya langsung izin Bapak, saya berdiri. Baru saya berdiri dia langsung bilang:

"Woi, Chad kalau ada yang nanya, bilang aja mau isolasi."

Saya turunlah lewat lift. Saya langsung ke mobil. Di depan mobil itu kan ada tas saya Yang Mulia, tas selempang merek Tommy, saya taruh senjata HS (milik Yosua) itu di dalam tas saya, saya tutup.

Perut Lapar dan Sempat Berdoa

Karena posisinya belum makan, saya memang dari awal itu rencananya sudah lapar sekali pengin makan, saya ingat siapa tahu sudah ada makanan di depan, jadi saya sempat keluar dulu saya lihat sudah ada makanan.

Saya bilang ke abang-abang senior saya di situ.

"Bang, izin saya ambil kotak satu, makan ya."

"Oh iya, Chad."

Saya masuk lagi ke dalam. Saya lewat tangga dapur, saya letakkan dulu makanan saya baru saya naik tangga [ke lantai tiga].

Ada pintu di lantai tiga. Pintu itu cuma bisa dibuka lewat dalam pakai kode. Jadi saya ketuk.

"Izin Bapak, izin Bapak."

Agak lama dia buka pintu.

"Mana?" kata Sambo.

Saya buka tas, saya kasih senjata HS itu.

"Izin, Bapak."

"Sudah kamu turun lagi."

Padahal itu pikiran saya, saya mau makan Yang Mulia, tapi sudah tidak fokus lagi, pokoknya sudah kacau, rencana mau makan tidak jadi makan.

Berdoa di Toilet

Baru pas saya turun saya langsung ke toilet. Pertama, saya masuk toilet, saya berdoa.

"Tuhan kalau bisa ubahkan pikirannya Pak Sambo biar enggak jadi nembak Yosua."

Karena saya takut juga. Saya gak tau mau cerita ke siapa.  Baru abis saya berdoa saya keluar, Agus bilang ke saya.

"Om Ibu udah turun."

Ya sudah saya keluar. Saya sempat ambil masker dulu di gudang. Saya keluar di mobil sudah ada Bang Ricky, almahrum, ada ibu di tengah, di belakang ada Om Kuat.

 

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER