Kesiangan Saat Sahur Bolehkah Puasa Dilanjutkan atau Lebih Baik Dibatalkan?

21 Maret 2024 09:03 WIB

Narasi TV

Ilustrasi telat sahur di bulan Ramadan. (Sumber: Freepik/lookstudio)

Penulis: Elok Nuri

Editor: Rizal Amril

Sahur merupakan salah satu sunah orang berpuasa di bulan Ramadan, namun ada sebagian orang yang terlewat agenda sahur karena kesiangan atau terlambat bangun. 

Lalu yang kerap kali dipertanyakan, apakah mereka masih diperbolehkan berpuasa dengan kondisi seperti itu?

Mengutip dari laman NU Online, sahur merupakan sunah Rasulullah yang dianjurkan karena memiliki banyak keberkahan dan keutamaan.

Berkaitan mengenai pentingnya makan sahur, Rasulullah saw. bersabda dalam riwayat Al-Bukhari Muslim sebagai berikut: 

سَحَّروا فإن في السُّحُور بركة

Artinya, “Makan sahurlah kamu, sesungguhnya pada makan sahur terdapat keberkahan.” (HR Al-Bukhari dan Muslim)

Selain itu, disunahkan pula mengakhiri sahur ketika mendekati waktu fajar, tapi tidak terlalu dekat sehingga timbul keraguan apakah waktu sahur masih ada atau justru sudah habis.  

Dalam hadis lain, Nabi saw. juga menjelaskan pentingnya sahur sebagaimana berbuka dalam ibadah puasa sebagai berikut:

  لَا تَزَالُ أُمَّتِي بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ وَأَخَّرُوا السُّحُورَ  

Artinya, “Umatku akan selalu dalam kebaikan manakala menyegerakan berbuka puasa, dan mengakhirkan sahur.” (HR Ahmad)

Hukum puasa Ramadan tanpa sahur

Kembali kepada persoalan utama, bagaimana hukum puasa seseorang yang bangun kesiangan sehingga tidak sempat sahur?

Menurut Ustaz Abdul Qadir Jailani selaku Pengajar di Pondok Pesantren Darussalam Bermi Lombok Barat, dikutip dari NU Online, tidak sahur ketika berpuasa sebenarnya tidak memengaruhi keabsahan ibadah puasa.

Kendati sahur merupakan amalan sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah, namun Ustaz Abdul Qadir Jailani menjelaskan bahwa hal tersebut bukan kewajiban sebagaimana niat atau berbuka.

“Berpuasa tanpa makan sahur tidak berpengaruh pada keabsahan puasanya, hanya saja tidak mendapatkan pahala atau keutamaan sahur yang disunahkan,” jelas Ustaz Qadir.

Meskipun tidak berpengaruh terhadap keabsahan puasa, Rasulullah menganggap penting makan sahur dan memerintahkannya. Namun perintah makan sahur ini tidak sampai derajat wajib.

Dalam kitab Is'afu Ahl al-Iman bi Wadza'if Syahri Ramadhan (hal. 59-60), Syekh Hasan al-Masyath menjelaskan secara logis dan sistematis hikmah di balik kesunahan sahur tersebut.

Menurutnya, sahur merupakan bentuk kasih sayang Rasulullah saw. kepada umatnya, sehingga beliau melakukannya dan menganjurkan umatnya untuk melaksanakan sahur.

Baca Selengkapnya

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR