Penulis: Moh. Afaf El Kurniawan
Editor: Margareth Ratih. F
Seorang pengguna layanan pinjaman online (pinjol) yang merupakan klien AdaKami diduga telah mengakhiri hidupnya setelah mendapat ancaman dari penagih utang (debt collector/ DC).
Kejadian ini menjadi viral di berbagai platform media sosial, termasuk Instagram dan X. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah ikut campur tangan dengan memanggil pimpinan AdaKami untuk mengklarifikasi dugaan bunuh diri ini.
Kondisi ini mengundang respons dari pihak AdaKami yang mengungkapkan keprihatinannya terhadap kehilangan nyawa akibat dugaan pinjamannya.
Meskipun mereka berduka atas insiden ini, AdaKami membantah adanya hubungan antara perusahaan dan penagih utang yang disebut-sebut terlibat dalam intimidasi kepada korban.
Kronologi teror yang dialami korban pinjol
Kisah tragis ini awalnya mencuat melalui komentar di Instagram yang berasal dari keluarga korban. Mereka mengklaim bahwa korban bunuh diri pada Mei 2023 karena tidak mampu membayar pinjaman yang diambil dari AdaKami.
Ancaman dan pelecehan yang diarahkan kepadanya bahkan mengakibatkan pemecatan dari pekerjaannya, membuat kondisinya semakin terpuruk.
Dalam utas di platform X pada 17 September 2023, diungkapkan bahwa peminjam yang merupakan seorang pria berkeluarga dengan seorang putri berusia 3 tahun meminjam Rp9,4 juta dari AdaKami.
Namun, biaya administrasi yang tinggi menyebabkan jumlah yang harus dikembalikan mencapai sekitar Rp18 juta-Rp19 juta. Ancaman datang dari debt collector yang diduga memiliki kaitan dengan AdaKami, bahkan hingga bombardir panggilan telepon ke kantor korban.
Tindakan teror ini bahkan memicu pemecatan korban, yang kemudian mencoba menutupinya dengan alasan kontrak tidak diperpanjang.
Setelah dipecat, korban mengaku menerima serangkaian teror seperti pesanan palsu yang datang setiap harinya, hingga 5 sampai 6 driver ojek online berbeda mendatangi rumahnya untuk mengirim makanan dan minuman yang dipesan secara fiktif.
OJK segera merespons dengan memanggil petinggi AdaKami untuk mendalami dugaan bunuh diri yang melibatkan salah satu peminjam mereka.
Sementara itu, AdaKami menyatakan bahwa mereka telah mengumpulkan data dan informasi relevan terkait isu viral ini.
Namun, hasil verifikasi menunjukkan bahwa nomor oknum DC yang menjadi viral tidak terdaftar dalam sistem perusahaan mereka.
Brand Manager AdaKami, Jonathan Kriss, menegaskan bahwa perusahaan akan terus melakukan penyelidikan terhadap kasus ini dan meminta bantuan masyarakat untuk memberikan informasi yang akurat melalui nomor telepon darurat dan alamat email yang telah disediakan.
AdaKami juga menegaskan bahwa pengiriman pesanan fiktif melalui jasa ojek online bukan bagian dari prosedur perusahaan mereka dan tidak ada keterkaitan dengan layanan yang mereka sediakan.
Mereka berkomitmen untuk memberikan informasi akurat terkait investigasi ini dan siap mengambil tindakan tegas jika ditemukan bentuk kekerasan atau pelanggaran sebagaimana yang dilaporkan di media sosial belakangan ini.
Namun, AdaKami belum memberikan penjelasan mendalam terkait diskusi dengan OJK yang telah berlangsung sebelumnya.
KOMENTAR
Latest Comment