Kapal Madleen yang merupakan bagian dari Freedom Flotilla Coallition yang berlayar menuju Gaza, Palestina, dicegat oleh tentara Israel di perairan internasional pada Minggu (8/6/2025) malam.
Kapal ini membawa 12 aktivis, termasuk Greta Thunberg, dan telah menjadi sorotan global karena memuat bantuan kemanusiaan untuk penduduk Gaza yang tengah mengalami krisis.
Freedom Flotila Coallition menyebut, sejumlah aktivis yang berada di kapal Madleen telah diculik oleh pasukan Israel saat berusaha mendekati pantai Gaza.
"SOS! Para relawan di kapal Madleen telah diculik pasukan Israel," sebut operator kapal dari organisasi bantuan internasional itu melalui Telegram, Senin (9/6/2025).
Para aktivis, yang terdiri dari dua belas orang dari berbagai negara, mengungkapkan melalui media sosial bahwa komunikasi terputus ketika mereka mendekati Gaza. Mereka menuduh Israel melakukan tindakan ilegal di wilayah perairan internasional, serta menuduhnya sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan penculikan.
Isi bantuan kapal terbatas, namun penting
Meskipun pasokan bantuan yang diangkut Madleen terbatas, kapal ini membawa berbagai kebutuhan pokok seperti tepung, beras, susu formula bayi, serta popok yang sangat dibutuhkan oleh penduduk Gaza.
Saat ini, Israel tengah dihujani kritik karena hanya mengizinkan jumlah bantuan yang sangat terbatas masuk ke wilayah Palestina. Terkait hal ini, pemerintah Israel mengklaim bahwa mereka hanya melakukan tindakan untuk mencegah pengiriman barang yang dapat meningkatkan ketegangan atau digunakan oleh kelompok bersenjata, yang merujuk pada Hamas.
Sementara itu, para aktivis berharap pengiriman bantuan ini dapat meningkatkan kesadaran global mengenai kondisi kemanusiaan yang mengkhawatirkan di Gaza.
Ancaman terhadap keselamatan para aktivis
Aksi blokade kapal Madleen memunculkan kekhawatiran mengenai keselamatan para aktivis di atas kapal. Pegiat hak asasi manusia dan organisasi kemanusiaan mendesak agar pemerintah serta organisasi internasional, seperti PBB, dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi para aktivis yang diculik.
Sejumlah lembaga internasional mengingatkan bahwa tindakan seperti itu berpotensi mengancam keselamatan individu yang bekerja untuk tujuan kemanusiaan. Tekanan terhadap pemerintah Israel semakin meningkat setelah insiden ini, termasuk dari PBB untuk memperkuat upaya bantuan kemanusiaan bagi rakyat Gaza yang menghadapi kelaparan dan kekurangan pangan yang serius.
Tanggapan Hamas terhadap aksi Israel
Hamas merespons tindakan Israel dengan keras, menyebut tindakan mencegat kapal Madleen sebagai contoh dari kebijakan negara yang menerapkan blokade kemanusiaan. Mereka mengecam Israel dan menyatakan bahwa aksi tersebut adalah bentuk terorisme negara yang menargetkan bantuan kemanusiaan.
Hamas menambahkan bahwa upaya pengiriman bantuan oleh para aktivis merupakan suatu bentuk solidaritas yang menunjukkan bahwa Gaza tidak sendirian dalam menghadapi blokade.
Di sisi lain, opini dari berbagai organisasi kemanusiaan dan lembaga internasional mengecam tindakan Israel yang menghalangi pengiriman bantuan. Menurut laporan terbaru, jutaan orang di Gaza sedang menghadapi risiko kelaparan tinggi, di mana lebih dari dua juta penduduk sudah berada dalam kondisi darurat.
Beberapa laporan menyebutkan bahwa situasi kelaparan di Gaza saat ini semakin memburuk akibat pembatasan dan pembatasan yang dilakukan Israel terhadap masuknya bantuan kemanusiaan.
Israel menegaskan bahwa blokade tersebut bertujuan untuk mencegah pengiriman senjata dan barang-barang yang dapat digunakan oleh organisasi teroris seperti Hamas. Namun, banyak yang mengkritik tindakan tersebut lantaran dampaknya yang signifikan terhadap warga sipil.