Mengapa Lebaran Selalu Identik dengan Kue Kering? Ini Makna dan Filosofinya

17 Mar 2025 05:01 WIB

thumbnail-article

Sumber: Freepik .

Penulis: Rusti Dian

Editor: Rusti Dian

Pernahkah Anda berpikir mengapa setiap kali Lebaran selalu ada kue kering di meja tamu? Nyatanya, keberadaan kue kering ini telah menjadi simbol penting Hari Raya Idul Fitri di Indonesia. Lantas, apa makna dan sejarah kue kering yang dihidangkan selama Lebaran?

Awal mula keberadaan kue kering di Indonesia dapat ditelusuri ke pengaruh budaya yang datang dari luar, terutama pada masa kolonial Belanda.

Menurut berbagai referensi, sejak abad ke-7, kue kering sudah diketahui oleh bangsa Persia. Eksistensinya pun menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Sejarah kue kering menunjukkan bagaimana makanan ini awalnya digunakan sebagai makanan elit oleh bangsawan. Dengan ukuran kecil dan masa simpan yang lama, kue ini menjadi ideal bagi perjalanan panjang dan Idul Fitri.

Munculnya kue kering di Indonesia mulai mengambil bentuk dan rasa yang khas sesuai dengan selera lokal. Budaya kolonial yang membawa masuk tradisi Eropa yang turut andil dalam evolusi kue kering.

Di masa itu, keluarga Eropa sering memberikan hantaran kue kepada keluarga priyayi pada saat Lebaran. Pertukaran ini memungkinkan terjadinya akulturasi kuliner antara orang Eropa dan masyarakat lokal.

Momen itu adalah refleksi dari hubungan sosial yang ramah di tengah keragaman budaya. Kue kering dengan segala keunikannya mampu menjembatani perbedaan budaya yang ada.

Tradisi Kue Kering yang Mengikat Toleransi

Sejarawan kuliner Fadly Rahman menunjukkan bahwa kue kering mulai berkembang saat akses komunikasi dan perdagangan dibuka di masa kolonial.

Keluarga Eropa tidak hanya memperkenalkan kue-kue mereka, tetapi juga belajar untuk beradaptasi dengan bahan-bahan lokal.

Kue nastar, misalnya, memiliki basis dari kue pie Eropa, tetapi diisi dengan selai nanas lokal. Transformasi ini sangat menarik karena menggambarkan makanan yang menjadi simbol adaptasi antar budaya.

Dari sudut pandang sosial, menyajikan kue kering saat Lebaran bukan hanya untuk kepuasan rasa, tetapi juga sebagai ungkapan rasa hormat dan saling berbagi.

Saat seseorang berkunjung ke rumah teman atau kerabat, tak sedikit yang membawakan kue kering sebagai bentuk penghargaan. Tradisi hantaran ini menggambarkan rasa kerja sama dan saling menghormati berbagai lapisan masyarakat.

Dalam konteks ini, kue kering juga bisa melambangkan toleransi. Ritual berbagi kue kering menjadi sarana untuk menjalin hubungan baik antar sesama, baik antar umat beragama maupun antar etnis.

Jenis Kue Kering Khas Lebaran

Berikut beberapa jenis kue kering yang selalu ada setiap momen Lebaran:

Kue Nastar

Ketika berbicara tentang kue kering, kue nastar adalah salah satu yang tak terpisahkan dari momen Lebaran. Dengan rasa manis dan asam dari nanas, kue ini menjadi favorit banyak orang.

Kue nastar dinilai bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga menyimpan kenangan indah dari masa kecil saat berkumpul bersama keluarga. Setiap gigitannya mampu membawa seseorang kembali ke momen-momen manis tersebut.

Kastengel

Kastengel juga menarik perhatian saya. Sebagai salah satu kue kering yang berbahan dasar keju, kastengel memiliki asal muasal yang jelas dari Belanda.

Menariknya, masyarakat Indonesia memodifikasi resep kastengel tersebut agar sesuai dengan lidah lokal.

Mereka mengganti bahan yang tidak mudah didapat dengan alternatif yang lebih terjangkau tanpa mengorbankan rasa. Ini adalah contoh nyata dari inovasi yang muncul dari rasa cinta dan adaptasi.

Kue Lidah Kucing dan Putri Salju

Kue lidah kucing dan putri salju pun memiliki keistimewaan tersendiri. Kue lidah kucing, dengan tekstur renyah saat dimakan, menjadi favorit yang mudah ditemui saat Lebaran.

Sementara itu, putri salju, dengan taburan gula halus di permukaannya, memberikan sentuhan elegan pada sajian.

Makna Kue Kering dalam Momen Lebaran

Menariknya, dalam beberapa kebudayaan, kue kering juga dapat mencerminkan status sosial. Salah satu alasan utama mengapa kue kering menjadi primadona saat Lebaran adalah daya tahannya.

Makanan tersebut dapat bertahan selama berminggu-minggu tanpa kehilangan kesegarannya. Hal ini mempermudah dalam menyiapkan hidangan dan bersenang-senang tanpa stres menjelang Lebaran. 

Pada akhirnya, kue kering menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari tradisi Lebaran. Kue ini bukan hanya makanan, tetapi lambang persatuan, rasa syukur, dan penghargaan terhadap budaya yang telah hadir dalam kehidupan kita.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER