Mengenal Underdog dan Bandwagon Effect dalam Survei Politik

21 Januari 2024 23:01 WIB

Narasi TV

Ilustrasi survei. (SumberL Freepik)

Penulis: Nuha Khairunnisa

Editor: Rizal Amril

Calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 01 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin disebut sebagai underdog pada debat capres cawapres keempat yang berlangsung Minggu (21/1/2024). Hal ini menyusul sentimen negatif yang diterima Cak Imin pada debat capres cawapres kedua. 

Sejauh ini, pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar (AMIN) pun kerap dianggap sebagai underdog di antara kedua paslon lainnya. 

Dalam sejumlah survei elektabilitas dari berbagai lembaga survei yang banyak bermunculan jelang Pilpres 2024, paslon 01 kerap menempati posisi buntut dengan persentase angka pemilih yang paling sedikit. 

Gambaran elektabilitas yang diperlihatkan oleh survei politik dapat memberikan sedikitnya dua efek bagi masyarakat, yakni underdog effect dan bandwagon effect. Apa yang dimaksud dengan keduanya?

Underdog effect

Menurut Rüdiger Schmitt‑Beck, underdog effect adalah kecenderungan publik untuk menjatuhkan pilihan pada kandidat yang digambarkan paling lemah atau diprediksi akan kalah.

Hal ini disebabkan timbulnya efek psikologis yang membuat pemilih bersimpati terhadap kandidat yang oleh survei disebut akan kalah. 

Pada akhirnya, kandidat tersebut justru mendapatkan dukungan yang paling banyak dan keluar sebagai pemenang dalam pemilu. 

Dengan demikian, kandidat yang menempati posisi underdog bisa saja diuntungkan, sebab tokoh tersebut dapat menyusun strategi kampanye yang menunjukkan citra sebagai calon alternatif yang layak dipilih. 

Bandwagon effect

Berkebalikan dengan underdog effect, bandwagon effect merujuk pada fenomena di mana masyarakat menentukan pilihannya berdasarkan tren atau mayoritas publik.

Ketika banyak survei politik mengunggulkan salah satu kandidat, akan ada kecenderungan di kalangan publik untuk menganggapnya sebagai sebuah tren dan memilih untuk mengikuti tren tersebut. 

Hal ini pada akhirnya akan semakin memperkuat posisi kandidat terkait dan meningkatkan potensinya untuk keluar sebagai pemenang. 

Kehadiran efek underdog maupun bandwagon membuat survei politik tidak dapat dijadikan satu-satunya pedoman dalam menilai elektabilitas tokoh politik. 

Lebih lanjut, keadaan ini dapat menciptakan “Bradley effect” atau “Wilder effect”, yakni ketidaksesuaian antara hasil jajak pendapat dengan hasil akhir pemilu. 

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR