Apa Itu Overparenting: Pola Asuh yang Sebaiknya Dihindari karena Terlalu Mengontrol Anak

10 Jan 2025 23:18 WIB

thumbnail-article

Ilustrasi dampak overparenting, anak yang terlalu bergantung pada orang tua. (Foto: Freepik) .

Penulis: Rizal Amril

Editor: Rizal Amril

Overparenting adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pola asuh yang berlebihan dari orang tua terhadap anak.

Sebagai orang tua, anak tentu menjadi salah satu tujuan hidup yang harus dipenuhi. Oleh karenanya, rasa sayang terhadap anak kerap didefinisikan sebagai memastikan anak tak menghadapi masalah hidup.

Akan tetapi, jika berlebihan, hal tersebut justru akan mengganggu perkembangan emosional anak.

Meskipun diawali dengan niat baik agar anak tak menghadapi masalah yang membuat mereka kesulitan, namun hal ini justru bisa jadi bentuk kontrol berlebihan atas hidup anak.

Pola asuh yang terlalu mengontrol anak inilah yang disebut overparenting atau helicopter parenting yang sebaiknya dihindari para orang tua.

Metode parenting ini dapat menimbulkan efek negatif jangka panjang pada perkembangan anak.

Ciri-ciri pola asuh berlebihan

Ciri-ciri dari overparenting dapat dikenali melalui beberapa perilaku yang umum.

Pertama, orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung terlibat secara berlebihan dalam keputusan sehari-hari anak, seperti dalam pilihan sekolah, teman, dan aktivitas sosial.

Kedua, mereka sering memberikan solusi untuk setiap masalah yang dihadapi anak, bahkan yang sepele sekalipun.

Ketiga, ada kekhawatiran yang berlebihan terhadap risiko yang mungkin dialami anak, sehingga orang tua mengambil langkah-langkah perlindungan yang berlebihan yang pada akhirnya menghambat pengalaman belajar anak.

Orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan ini seringkali tidak menyadari bahwa tindakan mereka dapat menciptakan ketergantungan pada anak, mengurangi kemampuan anak untuk mengambil keputusan sendiri, dan memperburuk masalah emosi yang dapat muncul.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami overparenting cenderung mengalami kebingungan identitas, rendahnya rasa percaya diri, dan kesulitan dalam hubungan interpersonal ketika remaja dan dewasa.

Mengapa orang tua dapat melakukan overparenting?

Salah satu penyebab utama orang tua melakukan overparenting adalah ketakutan akan kegagalan anak. Banyak orang tua yang merasa bertanggung jawab penuh atas kesuksesan dan kebahagiaan anak mereka.

Ketakutan ini dapat memicu tindakan pengawasan yang berlebihan, yang justru menghalangi anak dari pelajaran berharga yang berasal dari kegagalan.

Tekanan sosial juga menjadi faktor utama dalam overparenting. Dalam masyarakat yang kompetitif, banyak orang tua merasa perlu untuk memastikan bahwa anak-anak mereka mencapai standar tinggi dari segi akademis dan sosial.

Norma keluarga juga memainkan peran penting, jika dalam suatu keluarga terdapat tradisi atau harapan yang mengharuskan anak untuk selalu sukses, orang tua mungkin merasa terdorong untuk mengontrol setiap aspek kehidupan anak untuk memenuhi harapan tersebut.

Tak hanya itu, pengalaman masa anak-anak para orang tua juga dapat membentuk pola asuh mereka menjadi overparenting.

Jika para orang tua mengalami masa kecil yang sulit atau merasakan kurangnya dukungan dari orang tua mereka sendiri, ada kemungkinan mereka mengadopsi pola asuh yang berlebihan sebagai upaya untuk memberikan apa yang mereka rasa tidak pernah mereka dapatkan.

Ini bisa menciptakan siklus di mana anak-anak mereka juga tumbuh dengan pola asuh yang tidak seimbang.

Dampak overparenting pada Anak

Menurut jurnal berjudul "Overparenting is Associated with Child Problems and a Critical Family Environment" (2015) yang ditulis Chris Segrin dkk., overparenting memiliki beberapa dampak psikologis pada bagaimana anak tumbuh.

Berikut beberapa dampak overparenting yang membuat pola asuh ini sebaiknya dihindari orang tua.

1. Masalah emosi dan psikologis

Dampak paling signifikan dari overparenting terasa pada masalah emosi dan psikologis anak ketika tumbuh dewasa.

Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh berlebihan sering kali mengalami kecemasan yang lebih tinggi dan depresi.

Mereka mungkin merasa tidak cukup baik atau tidak mampu menghadapi tantangan hidup tanpa bantuan orang tua. Hal ini terkait erat dengan perasaan ketidakcukupan dan minimnya keterampilan mengatasi masalah.

2. Kesulitan dalam mengambil keputusan

Kesulitan dalam mengambil keputusan adalah dampak lain dari overparenting. Anak-anak yang tidak diberikan kebebasan untuk membuat pilihan sendiri mungkin mengalami kebingungan ketika dihadapkan pada situasi yang memerlukan keputusan.

Mereka terbiasa mengandalkan orang tua untuk memberikan solusi, sehingga ketika harus menghadapi situasi tanpa panduan, mereka merasa tidak berdaya.

Ini dapat menghambat kemampuan anak dalam pengambilan keputusan ketika mereka tumbuh dewasa.

3. Pengaruhi cara anak menyikapi hubungan sosial

Hubungan sosial anak ketika tumbuh dewasa juga bisa terpengaruh oleh overparenting.

Anak-anak yang dididik dengan cara ini cenderung mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya.

Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau bingung dalam situasi sosial yang memerlukan kemandirian dan percaya diri.

Keterampilan untuk membangun hubungan yang sehat juga berisiko mengalami gangguan, karena anak-anak tersebut tidak memiliki ruang untuk belajar dari pengalaman sosial mereka sendiri.

Mengatasi overparenting dalam keluarga

Agar anak tak mengalami dampak buruk pola asuh seperti yang sudah dijelaskan, berikut panduan bagi orang tua untuk mencegahnya.

1. Membangun kepercayaan anak

Mengatasi overparenting dalam keluarga membutuhkan upaya untuk membangun kepercayaan anak.

Orang tua dapat mulai dengan memberikan tanggung jawab kecil kepada anak dan membiarkan mereka membuat kesalahan.

Ketika anak merasakan dukungan tanpa pengawasan berlebihan, mereka belajar untuk mempercayai diri sendiri dan kemampuan mereka.

2. Menetapkan batasan yang sehat

Menetapkan batasan yang sehat juga merupakan langkah penting. Orang tua harus belajar untuk melepaskan dan memberi anak ruang untuk tumbuh.

Ini berarti membiarkan anak mengambil keputusan yang mungkin mereka anggap berisiko.

Dengan mengizinkan anak untuk mengalami konsekuensi dari kebijakan mereka, orang tua membantu anak memahami pentingnya membuat pilihan yang baik. Dengan demikian, anak akan berkembang menjadi individu yang lebih mandiri.

3. Mendorong kemandirian anak

Terakhir, mendorong kemandirian anak adalah solusi kunci dalam mengatasi overparenting.

Memberikan dukungan tanpa mengendalikan setiap aspek kehidupan anak membantu mereka belajar bagaimana mengatasi tantangan.

Hal ini bisa dilakukan dengan menghargai upaya dan kemajuan anak, serta memberikan pujian ketika mereka menunjukkan inisiatif.

Dengan cara ini, anak-anak akan merasa lebih percaya diri dalam mengeksplorasi dunia mereka sendiri dan belajar dari setiap pengalaman yang mereka hadapi.

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER