22 Juli 2023 20:07 WIB
Penulis: Dzikri N. Hakim
Editor: Ramadhan Yahya
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) kembali melakukan pemanggilan terhadap kadernya yang dinilai tidak tegak lurus dengan agenda partai. Sebelumnya, ada Gibran dan Effendi, lalu yang teranyar ialah Budiman Sudjatmiko.
Nama terakhir dipanggil imbas dari pertemuannya dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto pada Selasa (18/7/2023) lalu.
Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan Komarudin Watubun menyebut, pemanggilan Budiman akan dilakukan guna memberikan klarifikasi atas tindakannya yang terindikasi melanggar disiplin organisasi.
“Saya kira, orang sekelas Mas Budiman membuat statement bahwa itu dia tidak mewakili partai, dia mewakili pribadi, itu kan sama saja orang yang tidak paham berorganisasi kan,” kata Komarudin dalam keterangannya kepada detik.com, Rabu (19/7/2023).
Menurut Komarudin, ini juga merupakan bentuk ketegasan yang secara konsisten selalu ia sampaikan kepada kader PDIP yang melakukan pelanggaran, bahwa kebebasan mereka dibatasi oleh aturan-aturan organisasi.
Ia mengungkapkan bahwa Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri telah mendeklarasikan dukungan kepada Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Sehingga, menurutnya, Budiman harus tunduk dan tegak lurus dengan putusan tersebut.
"Apalagi memang Budiman, dia tidak bisa bicara mewakili organisasi dalam konteks kepengurusan karena dia anggota partai biasa. Tapi kalau dia ber-KTA PDI Perjuangan, mestinya dia taat dan tunduk, terikat oleh putusan organisasi," ucapnya.
Sementara itu, Budiman Sudjatmiko mengaku dirinya menyambut baik rencana pemanggilan yang akan dilakukan oleh PDIP.
"Oh, tentu akan baik jika ada diskusi dengan DPP PDI Perjuangan, sehingga partai ter-update atas pertemuan tersebut," kata Budiman kepada detik.com, Rabu (19/7/2023).
Budiman mengungkapkan pertemuan dengan Prabowo berkaitan dengan kepentingan strategi bangsa. Ia juga menegaskan bahwa kedatangannya ke kediaman Ketua Umum Gerindra itu merupakan kehendak personal yang telah ia pertimbangkan secara matang.
"Dan itu baik-baik saja menurut saya apalagi diskusi saya dengan Pak Prabowo adalah sesuatu yang menyangkut kepentingan strategis bangsa dan itu berdampak pada PDI Perjuangan, sehingga PDI Perjuangan bisa menjadikan penjelasan saya sebagai salah satu referensi untuk kebijakan politik ke depan," ucapnya.
Ada Keretakan di Tubuh Partai
Pakar Politik Universitas Al-Azhar Ujang Komarudin menyebut pertemuan Budiman Sudjatmiko dengan capres usungan Gerindra tersebut bisa saja menandakan adanya keretakan di tubuh PDIP.
Menurut Ujang, keretakan itu diakibatkan adanya kekecewaan kader dalam penetapan Ganjar Pranowo sebagai calon Presiden yang diusung PDIP. Sebab itu, ia mengatakan arah dukungan menjadi terpecah.
“Karena kekecewaan itu membuat mereka tidak solid, tidak kompak, sehingga itu mengganggu proses pemenangan PDIP maupun Ganjar Pranowo. Karena kan sulit untuk meraih kemenangan tanpa kesolidan,” kata Ujang kepada Narasi, Jumat (21/7/2023).
Terlebih, Ujang mengatakan bahwa indikasi ketidaksolidan dalam tubuh PDIP juga nampak setelah munculnya tiga nama yang dipanggil oleh DPP PDIP lantaran diduga tidak sejalan dengan kompas yang telah ditetapkan partai.
“Oleh karena itu tadi, indikasi-indikasi ketidaksolidan terjadi dalam dukung mendukung capres, terutama tiga nama itu tadi Gibran, Effendi, dan Budiman yang secara terang-terangan memberikan kesaksian dan dukungan positif terhadap Prabowo Subianto,” ucapnya.
Bahkan, menurutnya, bukan tidak mungkin ada kader lain yang bergerak dalam senyap, secara diam-diam menaruh simpati dan mendukung Prabowo.
Hal itu bisa saja terjadi, jika PDIP tak kunjung tegas dalam menyikapi para kadernya yang dinilai tidak sejalan dengan partai.
“Kalau PDIP tidak tegas, tidak memberi sanksi, kalau PDIP hanya diam-diam saja, hanya memanggil saja, hanya mengklarifikasi saja, bisa jadi banyak kader lain yang ke depannya banyak kader lain yang muncul untuk mendukung Prabowo,” katanya.
“Oleh karena itu kita lihat saja nanti yang akan dilakukan oleh PDIP, bisa menyelesaikan masalah itu atau tidak. Kalau masalahnya bisa diselesaikan, maka tidak akan ada kader lagi yang muncul atau berani mendukung Prabowo,” imbuhnya.
Ada Andil Jokowi?
Ujang kemudian menyebut kemungkinan ada andil Jokowi terkait arah dukungan kader PDIP yang seakan terbagi kepada Prabowo.
Sebab, menurutnya, Jokowi yang belakangan ini tampak dekat dengan Prabowo, juga memiliki banyak basis pendukung di PDIP.
Sehingga, ia menilai, keretakan dalam tubuh partai terjadi lantaran para pendukung Jokowi sudah mulai menunjukkan terkait arah dukungan mereka sebenarnya.
“Jadi kalau di partai itu ada fragmentasi, ada pembelahan, ada ketidaksolidan, kita lihat bahwa tadi ya orang-orang jokowi di PDIP kelihatannya sudah unjuk gigi, unjuk kekuatan, untuk mendukung Prabowo. Dan itu sudah dilakukan secara terang-terangan. Walaupun dipanggil oleh PDIP, mereka jalan saja."
Meski demikian, Ujang menerangkan, sebenarnya ada pandangan alternatif yang bisa ditinjau dalam pertemuan Budiman dengan Prabowo Subianto.
Menurutnya, Budiman bisa saja melakukan pergerakan dalam peranannya sebagai seorang agen yang memiliki misi untuk menggembosi Prabowo dari dalam.
“Bisa jadi Budiman ini agen yang punya misi, masuk ke Prabowo untuk mencari informasi, mencari kelemahan-kelemahan Prabowo dan timnya agar bisa melemahkan Prabowo dari dalam, itu bisa juga terjadi,” katanya.
“Kita lihat saja nanti, apakah itu memang ketulusan hati untuk dukung Prabowo atau untuk menggembosi dari dalam,” ujar Ujang.
Mereka yang Dipanggil Sebelum Budiman
Sebelum Budiman, DPP PDIP telah melakukan panggilan kepada Effendi Simbolon setelah dirinya melontarkan sebuah pernyataan yang menyebut Prabowo Subianto cocok menakhodai Indonesia.
Hal itu diungkapkan Effendi dalam acara Punguan Simbolon dohot Boruna se-Indonesia pada Jumat (7/7/2023) lalu.
"Saya secara jujur berharap Indonesia dinakhodai oleh pemimpin yang punya keandalan," kata Effendi.
"Nah, tadi saya kira kita bisa membaca lah, secara jujur, secara objektif, saya melihat figur itu ada di Pak Prabowo," ucapnya.
Atas pernyataannya itu, Effendi kemudian mendatangi Kantor DPP PDIP untuk melakukan klarifikasi tiga hari setelahnya, pada Senin (10/7/2023).
Selain itu, DPP PDIP juga sempat memanggil Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka setelah pertemuan dengan Prabowo di Angkringan Omah Semar, Solo, pada Jumat (19/5/2023).
Gibran kemudian mendatangi Kantor DPP PDIP pada Senin (22/5/2023). Ia pun meminta maaf atas perilakunya yang diduga tidak sejalan dengan partai pengusungnya itu.
Pasca menerima penjelasan Gibran, Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menyebut pihaknya tidak sampai memberikan sanksi kepada putra sulung Jokowi tersebut.
"Sudah diberikan nasihat-nasihat. Kita ini kan partai gotong royong. Partai musyawarah. Di situ berbeda, tadi pak Komar, memberikan penjelasan, kalau sudah senior partai kemudian tidak memahami perintah ibu ketua umum, kebijakan partai itu lain persoalan," kata Hasto.
Hasto juga kemudian menuturkan, PDIP memahami posisi Gibran sebagai Walikota sekaligus putra Presiden Jokowi. Sehingga banyak orang yang ingin bertemu demi kepentingan politik tertentu.
KOMENTAR
Latest Comment