Pembakaran Alquran dan Bagaimana Islamophobia Memicu Kekerasan di Negara Eropa

5 Jul 2022 17:07 WIB

thumbnail-article

Penulis:

Editor: Akbar Wijaya

Oleh: Firda Iskandar

 

Islamophobia di Eropa memicu aksi kekerasan terhadap muslim baik oleh individu maupun negara.

 

Lars Thorsen, pemimpin kelompok anti-Islam di Norwegia (Stop Islamization of Norway/ SIAN) mengalami kecelakaan pada Sabtu (2/7/2022). Kejadian bermula usai Thorsen dan anggota kelompoknya mendatangi kawasan Mortensrud di tepi Kota Oslo, Norwegia. 

Di kawasan yang memiliki komunitas Muslim cukup besar tersebut, Thorsen melakukan aksi provokatif yakni membakar Alquran. Setelah puas, Thorsen Cs meninggalkan Alquran yang terbakar di tepi jalan dan pergi begitu saja menggunakan SUV bersama komplotannya.

Kelakuan Thorsen terang saja mengundang kemarahan warga muslim di sana. Seorang perempuan yang tak terima lalu mengambil sisa-sisa Alquran yang terbakar dan masuk ke Mercedesnya untuk mengejar Thorsen Cs.

Begitu melihat mobil yang dikendarai Thorsen, wanita itu langsung menabrakan mobilnya ke mobil Thorsen dan membuat SUV itu terguling. Lima penumpang SUV mengalami luka ringan dan seorang menjalani perawatan di rumah sakit. Polisi juga telah menahan dua orang termasuk perempuan pelaku penabrakan.

Kelakuan minus Thorsen dan kelompok SIAN-nya membakar Alquran bukanlah yang pertama. Pada 19 November 2019 di Kristiansand, Norwegia, Thorsen kembali mengekspresikan kebenciannya terhadap Islam dengan membakar Alquran. 

Dalam video yang beredar aksi Thorsen dijaga ketat aparat kepolisian. Namun ia sempat kena hajar seorang pria yang tak terima dengan aksinya. Polisi lalu menangkap pria yang memprotes aksi Thorsen dan menyemprotkan gas air mata ke kelompok yang memprotesnya.

Saat aksi bakar Alquran oleh Thorsen menuai kecaman dari negara-negara muslim, Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg justru membelanya dengan menyebut itu sebagai bagian dari kebebasan berpendapat.

“Saya pikir menyakitkan mendengar bagaimana mereka (para pengkritik SIAN) menggambarkan orang-orang yang tinggal di negara ini,” kata Solberg kepada kantor berita Norwegia NTB.

Islamophobia yang Picu Kekerasan

Di Swedia ada politikus sayap kanan bernama Rasmus Paludan yang pernah mengeluarkan pernyataan provokatif terkait ketidaksukaannya terhadap Islam. Paludan bilang dia telah membakar Alquran dan ketagihan mau melakukannya lagi.

Aksi Paludan mendapat dukungan dari para pembenci Islam di Norrkoping, Swedia. Pada 18 April 2022 mereka turun ke jalan menyuarakan sikap anti-Islam. Terang ajah aksi provokatif ini bikin sebagian masyarakat yang tidak terima marah dan membuat kericuhan tak terhindarkan. 

Laporan BBC menyebut polisi menangkap 40 orang dari setidaknya 200 orang yang diduga terlibat kericuhan.

Para pembenci Islam di Eropa juga tak segan menggunakan cara kekerasan dalam mengekspresikan sikapnya. Salah satu peristiwa berdarah yang paling dikenang hingga sekarang adalah serangan bom dan penembakan yang dilakukan Anders Behring Breivik pada 22 Juli 2011 di Oslo, Norwegia.

Peristiwa yang menewaskan 93 warga Eropa itu dipicu oleh kebencian Breivik terhadap Islam. Dalam manifesto yang ditulis Breivik ia menyebut Pangeran Charles, Tony Blair, dan Gordon Brown sebagai pengkhianat karena telah memberi ruang kepada Islam. 

Breivik yang mengklaim memiliki kelompok bernama “Knights Templar” dan memiliki anggota di Prancis, Jerman, Belanda, Norwegia, menyebut aksinya sebagai Perang Salib dengan tujuan melindungi penduduk Kristen Eropa dari gelombang Islamisasi.

“Perintahnya adalah untuk melayani sebagai Organisasi Hak Pribumi bersenjata dan sebagai Gerakan Tentara Salib (gerakan anti-Jihad),” tulis Breivik dalam manifestonya, seperti dikutip dari Reuters (24/07/2011).

Aksi Breivik kemudian menginspirasi Breton Harrison Tarrant, warga negara Selandia Baru. Sama seperti Breivik, Tarrant merupakan pelaku teror tunggal yang menembaki jemaah shalat Jumat di Masjid Al Noor dan Linwood Islamic Center Selandia Baru. Aksinya menewaskan 51 orang dan melukai 40 lainnya. 

Dalam manifestonya Tarrant mengaku terinspirasi oleh Breivik dan telah melakukan "kontak singkat" dengannya. The Sydney Morning Herald menyebut, Brenton juga masuk ke organisasi yang sama dengan Breivik, Knights Templar.

European Islamophobia Report 2020 menyebut pada gilirannya islamophobia malah memicu diskriminasi struktural yang disponsori beberapa negara Eropa lewat sejumlah kebijakan.

“Fakta ini menjadi bukti lebih lanjut bahwa Islamofobia di negara-negara [ Eropa] menjadi lebih ekstrem. Muslim Prancis dan Austria, misalnya, mengalami kekerasan negara yang brutal, yang dilakukan atas nama undang-undang kontraterorisme,” ungkap laporan yang disusun Enes Bayrakli dan Farid Hafez.

Laporan ini juga menyebut merebaknya islamophobia turut dipicu media sosial yang membuat orang mudah terpengaruh. Tapi, tetap saja faktor terbesarnya adalah regulasi atau kebijakan para pemegang kekuasaan.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER