13 Desember 2022 12:20
Bupati Kepulauan Meranti Muhammad Adil/ Tangkapan Layar Youtube @DiskominfotikProvinsiRiau
Penulis: Rahma Arifa
Editor: Akbar Wijaya
Bupati Kepulauan Meranti Muhammad Adil mengajukan protes kepada Kementerian Keuangan terkait dana bagi hasil dari pusat ke kas daerahnya.
Protes ini ia sampaikan dalam rapat Koordinasi Nasional Pengelolaan Pendapatan dan Belanja Daerah Seluruh Indonesia, di Pekanbaru, Riau, Kamis (8/12/2022) di Pekanbaru.
“Pertama, apakah penyesuaian APBD 2023 itu pakai asumsi yang mana? 60 dolar AS atau 80 dolar AS yang bapak sampaikan, atau 100 dolar AS yang pidato Pak Jokowi. Ini ada tiga saya cermati,” kata Adil.
“Sampai pada waktu itu saya ngomong ‘ini orang keuangan isinya iblis atau setan?’ Hari ini saya kejar lagi bapak kemari. Saya mau kejelasannya.” ujar Adil dalam rapat (8/12/2022) di Gedung Menara Dang Merdu BRK Syariah.
1. Saat pemerintah menetapkan asumsi harga minyak mentah di angka 60 dolar AS per barel, Kabupaten Meranti menerima Rp114 miliar
Namun ketika asumsi harga minyak mentah ditetapkan 100 dolar AS per barel, Kabupaten Meranti hanya menerima Rp115 miliar.
"Naiknya cuma Rp700 juta saja. Liftiingnya naik, asumsinya 100 dolar per barel lha kok naiknya cuma Rp700 juta?" tanya Adil.
2. Produksi minyak di Kabupaten Kepulauan Meranti terus naik dengan adanya tambahan 13 sumur baru tahun ini dan 19 sumur baru pada 2023.
Saat ini Meranti bisa memproduksi minyak hampir 8.000 barel per hari dan ditargetkan bisa mencapai 9.000 barel per hari.
Dengan angka produksi yang meningkat dan asumsi harga minyak yang juga naik dari 60 dolar AS menjadi 100 dolar AS, Adil merasa tambahan dana bagi hasil yang diterima Kepulauan Meranti seharusnya lebih besar dari Rp700 juta.
“Kami naik (produksi minyak) penghasilannya besar. (kalau) dianggap turun, saya minta bapak bikin surat untuk penghentian pengeboran minyak di Meranti. Jangan diambil lagi minyak di Meranti. Nggak apa-apa kami juga masih bisa makan. Daripada uang kami dihisap sama pusat!” katanya.
3. Adil mengatakan Kabupaten Kepulauan Meranti masuk daerah penghasil minyak termiskin di Indonesia. Hal ini menjadi ironis karena Kepulauan Meranti sejak 1973 telah menjadi daerah penghasil minyak untuk Indonesia.
Bahkan dari 222 sumur minyak yang sudah beroperasi di Kepulauan Meranti, sebanyak 103 sumur sudah mengering karena terus disedot pemerintah pusat.
“Ini di Riau, 25,68 persen (penduduk) miskin plus ekstrem miskin terbanyak di Riau itu di Meranti. Tapi kok teganya, minyak kami, duit kami tidak diberikan. Bagaimana cara penghitungannya yang pas” sebut Adil.
Fakta Lainnya:
“Pertanyaan mengapa uang kami dulu Rp114 miliar sekarang Rp115 miliar naiknya Rp700 juta saja, kami naik per triwulan 6 persen berarti minyaknya tambah banyak hampir 800 ini SKK migas, minyak banyak, duitnya besar, kok dapatnya berkurang, apa uang saya dibagi ke seluruh Indonesia?” tanya Adil.
“Kami keberatan dan menyayangkan pernyataan bupati Adil, yang sungguh-sungguh tidak adil karena mengatakan pegawai Kementerian Keuangan iblis atau setan…untuk itu kepada saudara Muhammad Adil agar segera minta maaf secara terbuka dan melakukan klarifikasi,” katanya dalam video yang di unggah dalam akunnya @prastow
“Itu respon dari ucapan Pak Bupati yang butuh dana untuk mengentaskan kemiskinan. Lha anggaran yang ada saja belum terserap semua lho? Bahkan BLT BBM sangat rendah penyerapannya” kicau Prastowo (11/12/22).
Latest Comment
Belum ada komentar
Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya