11 Juli 2022 16:07 WIB
Editor: Akbar Wijaya
Presiden Nasional Partai Buruh Brasil menyebut Arruda sebagai korban intoleransi, kebencian dan kekerasan politik.
Marcelo Arruda lagi asik party-party ngerayain ulang tahunnya di Kota Foz de Iguacu, Brasil Selatan, negara bagian Parana, Sabtu (9/7/2022) saat Jorge Jose da Rocha Guaranho tau-tau datang sambil misuh-misuh ke para tamu dan muji-muji Bolsonaro.
Guaranho tentu saja tidak masuk dalam daftar tamu undangan Arruda. Soalnya dia merupakan pendukung fanatik Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Sedangkan Arruda merupakan pejabat lokal Partai Buruh Brasil yang dikenal berhaluan kiri dan menjadi oposisi Bolsonaro.
Aluizio Palmar, seorang jurnalis di pesta itu, mengatakan kepada Reuters Guaranho datang sambil ngomel-ngomel ke para tamu dan bilang kalau Bolsonaro adalah legenda.
Menurut Palmar, Guaranho sempat pulang tapi datang lagi ke tempat pesta sekitar 15 sampai 20 menit kemudian. Guaranho lalu menodongkan beceng ke arah Arruda.
Mendapat ancaman seperti itu Arruda ngingetin Guaranho supaya jangan macam-macam karena dirinya merupakan anggota pasukan keamanan. Tapi Guaranho bodo amat, pokoknya Arruda harus mati.
Ia lantas menarik pelatuk becengnya dan melesatkan peluru ke arah Arruda. Arruda balik membalas tembakan Guaranho dengan beceng bawaannya. Pada akhir cerita dua orang ini dilaporkan mati dan pesta pun bubar.
Kantor Bolsonaro masih belum bersuara perihal peristiwa baku tembak di Foz de Iguacu. Di media sosial, Bolsonaro membagikan ulang postingannya pada 2018: "menolak dukungan dari mereka yang mempraktikkan kekerasan terhadap lawan."
"Saya minta orang-orang seperti ini, pindah ajah ke kubu sebelah dan mendukung kelompok kiri," kata Bolsonaro dalam tweetnya.
Presiden Nasional Partai Buruh Brasil Gleisi Hoffmann menyebut Arruda sebagai korban intoleransi dan kebencian politik. "Kamerad tersayang lainnya meninggal pagi ini, korban intoleransi, kebencian dan kekerasan politik," kata Hoffman.
Kematian Guaranho dan Arruda memang merupakan sinyal buruk menjelang Pemilu 2 Oktober 2022. Polarisasi diperkirakan akan makin menebal dalam kontestasi yang menampilkan Bolsonaro versus Luiz Inacio Lula da Silva.
Bolsonaro dan Lula merupakan dua seteru lama. Lula pernah ditahan dan dipenjara karena tuduhan korupsi. Pada Pemilu 2018 saat berhadapan dengan Fernando Haddad dari Partai Buruh Brasil, Bolsonaro mengkapitalisasi nasib Lula sebagai bahan kampanye.
Ia memanfaatkan ketidakpuasan publik terhadap Lula dengan kampanye-kampanye antikorupsi dan berjanji memberantas kriminalitas secara tegas. Kampanye Bolsonaro jelas gak disukain anggota dan simpatisan Partai Buruh Brasil yang memperoleh 31 juta suara lebih saat pemilu.
Bolsonaro juga sering muncul dengan isu-isu populis semisal menentang kelompok gay dan mengeluarkan pernyataan seksis terhadap perempuan. Bolsonaro juga pernah terang-terangan menyatakan simpati pada masa-masa kediktatoran militer sepanjang 1964-1985. Dia juga sering mengeluarkan pernyataan bernada rasis dan menyatakan akan membawa Brasil ke luar dari Perjanjian Iklim demi meningkatkan perekonomian.
Sejumlah lembaga jajak pendapat menyebut Lula yang merupakan mantan Presiden Brasil unggul dari Bolsonaro. Sedangkan Bolsonaro yang udah lama banget sebal sama Lula bilang bahwa dia gak akan menerima kekalahan lantaran pemilu curang dan secara sistem bermasalah.
KOMENTAR
Latest Comment