10 Oktober 2023 19:10 WIB
Penulis: Elok Nuri
Editor: Rizal Amril
Perang antara Israel dan kelompok bersenjata asal Palestina, Hamas, semakin memanas sejak akhir pekan lalu. Sejauh ini perang antara keduanya telah tewaskan lebih dari 1.000 orang.
Berdasarkan laporan BNO News, korban dari pihak Israel tercatat sebanyak 900 orang tewas dan 2.161 orang luka-luka.
Sementara korban dari pihak Palestina tercatat 687 orang tewas dan 3.726 orang lainnya terluka, dalam laporan tersebut disebutkan bahwa korban tersebut termasuk warga sipil dan anak-anak.
Serangan tak terduga dilancarkan militan Hamas pada Sabtu (7/10) pagi pukul 06.35 waktu setempat.
Pada hari tersebut, kelompok Hamas dengan cara yang tak pernah dilakukan sebelumnya, menginfiltrasi wilayah selatan Israel.
Melansir New York Times, sirene pertama terdengar di wilayah Israel ketika Hamas menginfiltrasi wilayah Tel Aviv dan Yerusalem.
Komandan militer Hamas, Mohammed Deif mengatakan bahwa serangan yang mereka lakukan demi mengakhiri penjajahan terakhir yang terdapat di muka bumi
"Ini adalah hari pertempuran terbesar untuk mengakhiri penjajahan terakhir di Bumi. Setiap orang yang mempunyai senjata harus mengeluarkannya. Waktunya telah tiba," kata Deif, seperti dikutip dari Al Jazeera.
Semntara Khaled Qadomi selaku juru bicara Hamas menyebutkan serangan ini adalah respons terhadap semua kekejaman yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina selama beberapa dekade terakhir.
"Kami ingin masyarakat internasional menghentikan kekejaman di Gaza, terhadap rakyat Palestina, tempat suci kami seperti Al Aqsa. Semua hal ini lah yang menjadi alasan di balik dimulainya pertempuran ini," ungkap Qadomi.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu merespons serangan tiba-tiba yang dilancarkan Hamas dengan menyatakan perang terhadap kelompok militan dari Palestina tersebut.
“Ini akan memakan waktu tapi saya berjanji kepada Anda warga Israel, di akhir operasi militer ini, seluruh musuh kita akan tahu bahwa menyerang Israel adalah sebuah kesalahan besar,” kata Netanyahu, dikutip dari Al Jazeera.
Sejak Minggu (9/10), Israel dilaporkan meluncurkan serangan udara dengan membombardir wilayah Gaza.
Sejumlah gedung penting di Gaza, termasuk Watan Tower yang menjadi tempat bernaung kantor media dan pusat bisnis dihancurkan roket Israel.
Dua jurnalis atas nama Mohammad Soboh dan Saeed Al-Taweel ikut menjadi korban dari serangan udara Israel di Gaza.
Selain serangan udara, Israel juga mengumumkan blokade penuh wilayah Gaza. Bentuk blokade tersebut termasuk pemutusan aliran listrik, makanan, hingga persediaan air.
Serangan Hamas ke Israel tidak hanya dilakukan dengan infiltrasi kelompok bersenjata dan serangan udara melalui rudal.
Kelompok Hamas yang berhasil masuk ke wilayah Israel dilaporkan turut menembak dan menyandera warga sipil di Israel.
Melansir AFP, para korban dan sandera dari negara lain tersebut merupakan warga negara asing yang diduga berada di Israel untuk menghadiri acara musik yang tengah digelar di wilayah selatan Israel.
Sejauh ini, terdapat 18 WN Thailand, 11 WN AS, 10 WN Nepal, 7 WN Argentina, 4 WN Prancis, 2 WN Rusia, 2 WN Inggris, seorang WN Kanada, dan seorang dari Kamboja dilaporkan meninggal di tengah konflik Hamas-Israel.
Sementara itu, Hamas juga dilaporkan tengah menyandera 11 WN Thailand, beberapa WN Jerman, dua WN Meksiko, dan dua WN Kolombia.
Jumlah tersebut belum termasuk dalam daftar orang hilang di tengah konflik yang dikeluarkan sejumlah negara, seperti Amerika, Nepal, Argentina, Prancis, Rusia, Kanada, Filipina, Austria, Chile, Italia, Paraguay, Sri Lanka, dan Tanzania.
KOMENTAR
Latest Comment