25 Juli 2023 20:07 WIB
Penulis: Dzikri N. Hakim
Editor: Akbar Wijaya
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) tidak hadir dalam puncak perayaan Hari Lahir (Harlah) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ke-25 di Stadion Manahan Solo, Jawa Tengah, Minggu (23/7/2023).
Wakil Sekjen PBNU Sulaeman Tanjung memastikan hingga Sabtu (22/7/2023), tidak ada undangan yang masuk kepada Yahya untuk hadir dalam peringatan Harlah Ke-25 PKB.
"Kalau ada yang bilang Ketum PBNU diundang di Harlah PKB, itu hoaks. Hingga saat ini tidak ada undangan dari PKB," katanya seperti dikutip Antara, Minggu (23/7/2023).
Padahal, Ketua Fraksi PKB DPR Cucun Ahmad Syamsurizal dalam konfrensi pers, Kamis (20/7/2023) memastikan undangan kepada Yahya telah dikirim.
Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar tak menjawab spesifik apakah mengundang Yahya atau tidak untuk menghadiri puncak perayaan harlah yang digelar partainya tersebut.
"Semua diundang," kata Muhaimin usai kegiatan harlah, Minggu (23/7/2023).
Menurut Muhaimin, undangan itu diberlakukan untuk seluruh unsur di PBNU, termasuk jajaran-jajaran atasnya.
"Saya belum tahu, [undangan ke Yahya] sampai atau tidak. Nanti, saya cek ke panitia. Saya sudah perintahkan untuk mengundang," lanjutnya.
Muhaimin tak mempersoalkan ketidakhadiran Yahya, tokh menurutnya sudah ada Katib Aam PBNU Ahmad Said Asrori yang hadir dalam acara itu.
Katib Aam merupakan posisi semacam Sekretaris Jenderal untuk syuriyah (seperti dewan legislatif) PBNU. Gus Yahya juga pernah menduduki posisi ini sebelumnya.
"Yang datang katib aam, sekretaris [syuriyah], lebih tinggi tuh berarti katib aam [daripada Ketua Umum PBNU]," kata Muhaimin.
Muhaimin mengklaim hubungannya dengan Gus Yahya baik-baik saja.
Sejak Gus Yahya terpilih sebagai Ketum PBNU, hubungan ormas Islam terbesar di Indonesia itu dengan PKB kerap diterpa panas-dingin. Padahal PKB lahir dari rahim NU.
PKB bersikeras bahwa mereka tak bisa dilepaskan dari NU, sedangkan Yahya dan jajaran berulang kali menegaskan bahwa NU tidak terkait kubu politik mana pun, termasuk PKB.
Yahya juga sempat mengharapkan agar para tokoh politik yang mencalonkan diri, baik sebagai calon anggota legislatif di Pemilu 2024 maupun calon presiden di Pilpres 2024, tidak membawa identitas NU.
"Melainkan atas nama kredibilitas masing masing, atas nama track record masing masing, kapasitas masing masing, prestasi masing masing. Jangan lalu mengatasnamakan NU," kata Yahya usai acara Gagas RI di Menara Kompas, Senin (30/1/2023) malam.
Gus Yahya menyampaikan poin tersebut menanggapi pernyataan eks Ketum PBNU Said Aqil Siradj yang menyebut bahwa Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menjadi satu-satunya partai yang sejalan dan senapas dengan NU.
Ia juga menilai bahwa pernyataan Said mengenai hal itu ada benarnya. Sebab, pembentukan PKB diinisiasi oleh para ulama NU. Meski demikian, ia menyebut, ada kalanya PKB dan NU tidak sejalan.
"Ya saya lihat sih dari pengalaman ya, kadang kadang nggak sejalan juga PKB dengan NU itu. Jadi, ya, kan itu lagipula ini bukan soal apakah kita setuju dengan PKB atau tidak, walaupun banyak hal enggak setuju juga," jelasnya.
Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan bahwa tidak hadirnya Yahya di harlah PKB makin menguatkan upaya Yahya menjauhkan NU dari unsur-unsur politik.
Menurutnya, sejak Yahya naik menjadi ketua umum PBNU, muncul kesan bahwa NU mengharamkan adanya klaim bahwa kepanjangan tangan NU di ranah politik bisa diwakili oleh partai politik tertentu.
“Sejak Gus Yahya jadi ketua umum PBNU memang entah kenapa ada kesan mengharamkan ada partai politik tertentu yang mengklaim kalau dia mewakili NU. NU itu milik bersama, milik semua parpol, di mana kader kader NU itu tersebar di berbagai parpol,” kata Adi kepada Narasi, Senin (24/7/2023).
Selain itu, ia juga menyebut, tidak hadirnya Yahya di acara harlah PKB, bisa saja disebabkan karena adanya hubungan yang tidak harmonis dengan pihak yang menggelar hajat.
“Tapi, pada saat yang bersamaan, kita tidak bisa menutup mata ini pastinya dikaitkan dengan hubungan tidak harmonis antara elite PBNU dan PKB yang saya kira sudah menjadi rahasia umum,” katanya.
Terlebih, ia juga mengemukakan bahwa kerap ada panas dingin yang ditunjukkan dalam hubungan kedua elite organisasi tersebut.
“Meski secara teknis mungkin tidak diundang, atau diundang tapi undangannya masih mogok di tengah jalan, ya Wallahu A'lam Bishawab,” ucapnya.
“Tapi yang jelas ini yang menjadi satu sinyal antara elite PKB dan PBNU ini tidak harmonis. Undangan itu kan bisa dari mana saja, bisa by phone, by WA,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Adi juga menjelaskan ketidakhadiran itu juga seakan menjadi penegas, bahwa ada jarak yang sulit ditembus antara elit-elite NU dan PKB.
Terlebih, menurutnya, sejak awal memang ada trah yang berbeda antara Yahya dengan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar.
“Ketika Gus Yahya jadi ketua umum PBNU, orang menganggap ini kemenangannya Gus Dur dan dianggap sebagai kekalahannya Muhaimin Iskandar,” kata Adi.
Ia juga mengatakan, sulit untuk melihat hubungan antara keduanya akan harmonis. Apalagi, belum ada sinyal positif yang muncul dari Yahya dan Muhaimin sejauh ini.
“Bahkan diundang ke acara kemarin saja tidak hadir, padahal itu acara penting. Presiden saja hadir, para elite partai saja banyak yang hadir. Ini menunjukkan jarak keduanya memang renggang,” ucapnya.
“Nah, sampai kapan? ya selama ideologi dan mazhab politiknya berbeda maka ini akan sulit,” pungkasnya.
KOMENTAR
Latest Comment