8 Mei 2023 17:05 WIB
Penulis: Elok Nuri
Editor: Margareth Ratih. F
Baru-baru ini nama Prof. Riyanarto Sarno banyak diperbincangkan oleh kalangan akademisi dan publik umum. Pasalnya Guru Besar Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut berhasil mengembangkan sistem stereotaktik.
Sistem stereotaktik ini merupakan pengembangan inovasi dari alat kesehatan yang menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI), nantinya teknologi ini akan mendukung operasi bedah otak.
Hasil inovasi ini terdiri dari dua bagian besar yaitu BrainLy untuk perangkat keras sementara BrainNAV adalah perangkat lunak.
Diharapkan dari hasil inovasinya ini dapat mendorong para peneliti lain untuk memajukan industri peralatan medis dan kebutuhan bedah saraf otak di Indonesia.
Profil Prof. Riyanarto Sarno
Prof. Drs. Ec. Ir. Riyanarto Sarno M.Sc., Ph.D atau yang akrab disapa Riyan lahir di Surabaya pada tanggal 3 Agustus 1959. Beliau memulai Pendidikan S1 nya di Institut Teknologi Bandung tahun 1983 mengambil jurusan Teknik Elektro.
Kemudian tahun 1985 ia juga kuliah di Universitas Padjajaran dengan mengambil jurusan Ekonomi. Tahun 1988 sampai 1992 penggemar olahraga badminton dan tenis meja ini melanjutkan jenjang Master of Science dan Philosophy of Doctor di bidang Computer Science, University of New Brunswick, Canada.
Terkait karier akademisnya, Prof. Riyan pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Teknologi Informasi ITS pada tahun 2006 sampai 2010. Lima tahun kemudian yakni pada tahun 2015, ia menjabat sebagai Kepala Laboratorium Manajemen Informasi sampai tahun 2019.
Hingga pada akhirnya tahun 2020 sampai sekarang Prof. Riyan dipercaya menjadi Kepala Laboratorium Manajemen Cerdas Informasi.
Prestasi Prof. Riyanarto Sarno
Sederet prestasi membanggakan pernah diraih oleh Prof Riyan. Tahun 2019 ia berhasil menyabet sebagai peringkat pertama dalam publikasi ilmiyah kategori penulis dalam Science and Technology Index (SINTA) Award.
Prof Riyan berhasil mendapat total nilai 92,17, nilai tersebut membuatnya memiliki 8 H-index scopus ini unggul di peringkat pertama, dalam kompetisi tersebut Prof Riyan bersain dengan 173.971 dosen dari seluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Tahun 2020 Prof Riyan kembali mencatatkan namanya dalam jajaran Top 2% Scientist in the World: Single Year Impact 2020-2021 yang dirilis Stanford University dan Elsevier Report.
Prof. Riyan menjadi satu-satunya akademisi dari ITS yang masuk dalam daftar tersebut. Ia juga merupakan salah satu dari 98 peneliti asal Indonesia yang masuk dalam jajaran Top 2% Scientist in the World itu.
Saat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia tahun 2021, ia berhasil menciptakan alat pendeteksi Covid-19 yang diberi nama i-nose C-19.
Karya ilmiyah yang dihasilkan Prof Riyan cukup banyak. Tahun 2022 ia berhasil menerbitkan sejumlah artikel ilmiah dalam jurnal yaitu 1 jurnal terindeks Scopus Quartile 3 (Q3), 5 jurnal terindeks Scopus Quartile 2 (Q2), dan 9 jurnal terindeks Scopus Quartile 1 (Q1).
KOMENTAR
Latest Comment