Profil Ignas Kleden, Sastrawan Indonesia yang Tutup Usia

23 Januari 2024 09:01 WIB

Narasi TV

Ignas Kleden yang berpulang pada Senin, (22/01). Sumber: ANTARA/HO-Keluarga Ignas Kleden.

Penulis: Rusti Dian

Editor: Margareth Ratih. F

Sastrawan dan Sosiolog Ignas Kleden dikabarkan meninggal pada Senin (22/1/2024) dini hari. Ia meninggal usai menjalani perawatan intensif selama seminggu di Rumah Sakit Suyoto, Jakarta Selatan. Berikut profil Ignas Kleden.

Dunia sastra Indonesia sedang berduka. Sosok intelektual sekaligus sastrawan, Ignas Kleden tutup usia pada Senin (22/1/2024) pukul 03.41 WIB. Ia sempat dirawat di RS Suyoto selama seminggu. Diketahui Ignas meninggal karena penyakit gagal ginjal yang diderita sejak dua tahun terakhir.

“Ignas Kleden meninggalkan kita. 1948-2024. Percikan perenungannya adalah cahaya,” tulis Goenawan Mohamad melalui akun Instagramnya pada Senin (22/1/2024).

Jenazah Ignas Kleden akan disemayamkan di Rumah Duka Carolus Lantai 8, Ruangan Mikael E, Salemba, Jakarta Pusat. Misa Requiem dan tutup peti akan dilaksanakan pada Selasa (23/1/2024) pukul 18.30. Kemudian Misa Pelepasan akan dilaksanakan pada Rabu (24/1/2024) pukul 10.00 WIB.

Profil Ignas Kleden

Ignas Kleden lahir pada 19 Mei 1948 di Waibalun, Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Sosoknya dikenal sebagai seorang sastrawan, sosiolog, dan kritikus sastra asal Indonesia dengan segudang karyanya.

Ignas menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Ledalero, Maumere, Flores tahun 1972. Ia melanjutkan studi S2 di Hochschule fuer Philosophie, Muenchen, Jerman tahun 1982. Dari pendidikan tersebut, Ignas mendapat gelar Master of Art.

Ia kemudian melanjutkan studi gelar doktor di bidang Sosiologi di Universitas Bielefeld, Jerman tahun 1995.

Karier di bidang sastra

Kegigihannya dalam menciptakan karya sastra dimulai sejak masih di Flores. Ia rutin mengirimkan tulisan ke majalah Basis di Yogyakarta. Ia juga pernah menulis artikel di majalah Budaya Jaya Jakarta dan Tempo.

Tahun 1974, Ignas memutuskan berpindah ke Jakarta. Ia pun semakin rajin menulis dan sering dipublikasikan di Tempo. Selain itu, Ignas juga menjadi editor di Yayasan Obor Jakarta periode 1976-1977. Dari situ, Ignas diberi kepercayaan menjadi editor di Yayasan Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta tahun 1977-1978.

Selain menjadi kolumnis Tempo, Ignas juga sering mengirimkan tulisan ke Harian Kompas, Kalam, Horison, dan Basis. Salah satu tulisan fenomenal yang pernah ditulisnya berjudul “Buku Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan”. Tulisan ini menjadi cerpen pilihan Kompas pada 1997.

Ia juga pernah menulis kata pengantar di karya sastra milik sastrawan Indonesia. Karya tersebut di antaranya adalah tulisan Rendra berjudul “Mempertimbangkan Tradisi” (1993), “Catatan Pinggir 2” (1989) karya Goenawan Mohamad, dan “Yel” (1995) karya Putu Wijaya.

Oleh karena kiprahnya tersebut, Ignas Kleden bersama Sapardi Djoko Damono menerima Penghargaan Achmad Bakrie. Ia dinilai telah mendorong ilmu pengetahuan dan pemikiran sosial di Indonesia lewat esai dan kritik kebudayaannya.

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR