Novel Baswedan ditunjuk oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Wakil Kepala Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Optimalisasi Penerimaan Negara pada 16/06/2025. Penunjukan ini diumumkan secara resmi dan menjadi sorotan publik sebagai langkah strategis untuk memperkuat upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Satgassus ini dibentuk dengan fokus untuk meningkatkan penerimaan negara, termasuk dalam sektor perpajakan dan potensi sumber daya alam yang sering terpapar pada praktik korupsi. Novel, bersama dengan timnya, akan berkolaborasi dengan berbagai kementerian dan pemangku kepentingan demi memastikan penerimaan negara tidak bocor akibat praktik-praktik korupsi.
Dengan kapasitas dan pengalamannya yang mendalam dalam pengawasan dan penegakan hukum, banyak yang berharap bahwa kehadiran Novel di posisi ini akan memberikan dampak positif terhadap reformasi fiskal dan transparansi di dalam pemerintahan. Kembali ke institusi publik, Novel diharapkan dapat menerapkan integritas dan keberanian yang sama yang ia tunjukkan selama karirnya di KPK untuk membersihkan praktik-praktik buruk dalam pengelolaan penerimaan negara.
Profil Novel Baswedan
Novel Baswedan lahir pada 22 Juni 1977 di Semarang. Ia merupakan lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) angkatan 1998. Dalam tahap awal karirnya, Novel dikenal sebagai anggota Polri yang berkomitmen terhadap penegakan hukum. Pada tahun 2007, ia ditugaskan untuk bergabung dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sebagai penyidik, mengambil langkah penting untuk memperkuat independensi penyidikan di lembaga antirasuah tersebut.
Setelah lima tahun di KPK, Novel memilih untuk keluar dari Polri, memutuskan untuk berfokus pada upaya pemberantasan korupsi. Keputusannya ini diambil setelah mengalami kendala dalam menjalankan tugas penyidikan karena intervensi yang ia terima saat menjabat ganda di kedua institusi. Novel menganggap keputusan ini sebagai langkah profesional dan berani demi menjaga integritas dalam menjalankan tugasnya.
Perjalanan karir dan kasus yang ditangani Novel
Selama berkarir di KPK, Novel dikenal sebagai sosok yang kritis dan berani menghadapi kasus-kasus besar. Salah satu kasus penting yang ditanganinya adalah kasus korupsi simulator SIM pada tahun 2012 yang melibatkan sejumlah pejabat tinggi kepolisian. Selain itu, ia juga terlibat dalam penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka pada tahun 2015, di mana Budi sedang dalam proses pencalonan sebagai Kepala Polri.
Novel menjadi sangat terkenal saat terlibat dalam penyidikan kasus e-KTP yang menyentuh banyak elite politik, termasuk anggota DPR. Dengan keberanian dan integritas yang ditunjukkannya, ia berhasil mengungkap banyak kasus yang kemudian membuat banyak pihak tidak nyaman, tetapi juga memperkuat posisi KPK sebagai lembaga penegak hukum yang efektif.
Penyerangan terhadap Novel Baswedan
Karir Novel mengalami ujian berat ketika pada 11 April 2017, ia disiram air keras oleh orang tak dikenal di dekat kediamannya. Serangan ini terjadi saat ia sedang menyelidiki kasus korupsi e-KTP, mengakibatkan kerusakan permanen pada mata kirinya. Setelah serangan tersebut, Novel menjalani perawatan medis di Singapura, yang menandai salah satu momen paling sulit dalam hidupnya.
Penyerangan ini memicu keresahan publik dan desakan agar Polri segera menuntaskan penyelidikan. Tim gabungan pencari fakta dibentuk untuk menginvestigasi kasus ini. Hasilnya, dua pelaku yang merupakan anggota aktif kepolisian ditangkap, namun Novel tetap menuntut pengungkapan dalang utama di balik penyerangan yang dialaminya.