Di tengah seruan gencatan senjata berbagai tokoh dan organisasi dunia, serangan tentara Israel di Gaza, Palestina justru kian membabi-buta. Korban-korban tak bersalah berjatuhan, termasuk anak-anak.
Direktur Eksekutif Badan PBB untuk Anak-anak (UNICEF), Catherine Russell kembali memperingatkan komunitas internasional tentang dampak serangan Israel terhadap penderitaan anak-anak Gaza, salah tiganya terkait malnutrisi, dehidrasi, dan kelaparan yang membawa mereka ke gerbang kematian.
Melalui akun media sosial X miliknya, Russell, mengaku terkejut atas laporan sehari sebelumnya yang menyebutkan sekitar 10 anak meninggal akibat malnutrisi di Gaza.
“Hal baru yang mengerikan di Gaza bahwa hingga kini sedikitnya sepuluh anak meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi, sementara masih banyak anak lainnya yang berada di ambang kematian”, tulisnya.
Dia menambahkan bahwa 1 dari 6 anak di bawah usia dua tahun di Gaza utara mengalami malnutrisi akut.
Russell menyerukan “gencatan senjata sekarang”, dengan alasan bahwa “setiap menit berarti” bagi anak-anak di Gaza yang menghadapi malnutrisi “mematikan”.
Menurutnya, keterlambatan satu menit dalam mengakses makanan, air, perawatan medis dan perlindungan dari peluru dan bom Israel bagi anak-anak Palestina di Gaza akan menimbulkan imbas yang mengerikan.
“Semua ini tak mungkin terjadi tanpa adanya gencatan senjata kemanusiaan di Gaza,” kata ketua UNICEF tersebut yang juga pernah menyebut Gaza sebagai “tempat paling berbahaya di dunia bagi anak-anak.”
Para pejabat UNICEF telah mengeluarkan banyak peringatan sejak awal perang Israel di Gaza yang telah membunuh sebagian besar anak-anak dan perempuan.
Salah satu pejabat UNICEF baru-baru ini mengatakan bahwa anak-anak di Gaza berkali-kali terpaksa menghindari pemboman Israel selama beberapa bulan terakhir dan mereka hanya makan sehari sehari.
Belasan Anak Meninggal karena Dehidrasi dan Malnutrisi
Truk Bantuan Kemanusian Juga Diserang
Kebrutalan Israel tak cuma berhenti di situ. Pada Minggu (3/3/2024) sedikitnya sembilan orang tewas dan beberapa lainnya terluka akibat pasukan Israel mengebom kerumunan warga Palestina yang mengumpulkan bantuan kemanusiaan dari sebuah truk di Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah.
Serangan pada Minggu tersebut adalah yang kedua dalam lima hari terakhir terhadap pengungsi Palestina di Gaza, yang menunggu bantuan kemanusiaan di wilayah yang dilanda perang itu.
Pada Kamis (29/2/2024), setidaknya 116 warga Palestina tewas dan 760 lainnya terluka ketika pasukan Israel menembaki kerumunan yang menunggu bantuan kemanusiaan di selatan Kota Gaza.
“Sembilan orang tewas dan beberapa lainnya terluka dalam pemboman Israel yang menargetkan truk bantuan di kota Deir al-Balah di Jalur Gaza tengah,” kata seorang sumber yang tidak mau disebutkan namanya, kepada Anadolu.
Kelompok Palestina Hamas mengecam serangan itu sebagai bagian dari “perang genosida dan pembersihan etnis” Israel.
Hamas dalam pernyataanya mengatakan kelaparan sistematis dan hilangnya bantuan kemanusiaan bagi rakyat kami adalah pilar perang Israel di Gaza.
Setidaknya 30.410 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas di Gaza, dan 71.700 lainnya terluka akibat kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok.
Israel juga telah memberlakukan blokade yang melumpuhkan di Gaza, menyebabkan penduduknya, terutama penduduk di wilayah utara tempat penembakan hari Kamis terjadi, berada di ambang kelaparan.
Menurut PBB serangan Israel, yang kini memasuki hari ke-149, telah menyebabkan 85 persen penduduk Gaza terpaksa mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan, sementara 60 persen infrastruktur di wilayah kantong tersebut telah rusak atau hancur.
Paus Minta Perang Dihentikan
Paus Fransiskus menyerukan upaya untuk mencapai gencatan senjata di Gaza dengan mengatakan, “Tolong, cukup,” pada Minggu (3/3).
“Dalam hati saya merasa sedih atas penderitaan rakyat Palestina dan Israel,” kata Paus dalam pesan Angelus mingguannya.
Ia meminta diakhirinya konflik, dan mengatakan bahwa kehancuran yang sangat besar menyebabkan penderitaan dan mempunyai konsekuensi yang mengerikan bagi kelompok kecil dan tidak berdaya.
“Benarkah ini rencana kita untuk membangun dunia yang lebih baik? Berhenti, Cukup,” ujar dia menambahkan.
Dia juga menegaskan kembali keinginannya untuk pembebasan sandera dan meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Serangan Dihentikan Jika Hamas Dimusnahkan
Kendati kecaman dan seruan gencatan senjata terus disuarakan berbagai tokoh dan organisasi dunia, namun militer Israel menyatakan tidak akan mengakhiri operasinya di Jalur Gaza sampai kelompok Palestina Hamas yang menguasai wilayah kantong tersebut, berhasil dimusnahkan dari muka bumi.
“Kami (Israel) tidak akan menghentikan perang ini sampai kami melenyapkan Hamas,” kata Menteri Pertahanan negara Zionis itu, Yoav Gallant saat pertemuan dengan militer di perbatasan Jalur Gaza.
Menurut surat kabar The Times of Israel, Gallant bersumpah bahwa Hamas tidak akan lagi ada sebagai organisasi penguasa di wilayah kantong Palestina. Namun, dalam pernyataannya, disebutkan bahwa hal "itu akan memakan waktu."
Ketegangan di Timur Tengah kembali berkobar pada 7 Oktober tahun lalu setelah Hamas yang berbasis di Jalur Gaza meluncurkan serangan mendadak ke wilayah Israel. Akibatnya, banyak warga kibbutz Israel yang tinggal di dekat perbatasan Gaza tewas dan lebih dari 240 warga Israel, termasuk perempuan, anak-anak dan orang tua, diculik.
Israel mengumumkan pengepungan total terhadap Jalur Gaza dan menggempur wilayah tersebut dan sejumlah daerah di Lebanon dan Suriah serta melakukan operasi darat melawan Hamas.
Sumber: Antara