Saat Mentan Bantah Enam Korban Meninggal di Papua Tengah karena Kelaparan

4 Agustus 2023 17:08 WIB

Narasi TV

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo/ Antara

Penulis: Jay Akbar

Editor: Akbar Wijaya

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo membantah kabar bahwa enam orang meninggal di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah karena kelaparan. Ia menyebut mereka meninggal karena dehidrasi usai mengalami diare.

"Kalau meninggal kelaparan kok cuma satu keluarga? Jadi kelaparan itu bersifat masif. Oleh karena itu yang ada menurut laporan dari sekwilda dan kadis setempat bukan kelaparan, diare," kata Syahrul kepada wartawan dikutip Antara di Istana Negara, Jakarta, Rabu (2/8/2023).

Syahrul menyebut para korban mengalami muntah dan diare antara 10 hingga 20 kali hingga meninggal karena dehidrasi.

"Hari pertama dia (korban) muntah siangnya 20 kali, malamnya diare. Dehidrasi," kata Mentan.

Syahrul mengatakan Kementan menyiapkan sekitar 10 ribu tanaman dengan polybag di pekarangan rumah warga Kabupaten Puncak, Papua Tengah, untuk memenuhi kebutuhan pangan di wilayah tersebut.

Mentan Syahrul menjelaskan ada tiga langkah yang disiapkan selama tiga bulan ke depan.

"Agenda saya ada lebih 10 ribu tanaman polybag di halaman sekitar rumah, karena di sana ada enam distrik, satu distrik yang bersoal dan tidak boleh gegabah karena ini di puncak sana dan ada masalah sedikit di sana," kata politikus Partai Nasdem ini.

Pernyataan Syahrul bertentangan dengan penjelasan yang disampaikan kepala Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto.

Suharyanto menyebut ribuan penduduk di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah mengalami kelaparan bahkan enam orang meregang nyawa akibat cuaca ekstrem yang melanda. Cuaca ekstrem itu berupa hujan es terjadi di Papua Tengah saat sejumlah wilayah di Papua sedang mengalami musim kering.

“Jadi tanaman masyarakat, jagung, mati karena ada fenomena suhu dingin yang luar biasa. Sehingga ada beberapa ribu orang masyarakat Papua yang terletak di Papua Tengah, ini yang mengalami kelaparan, sampai ada 6 orang meninggal,” ujar Suharyanto dikutip Antara, Senin (31/7/2023).

Suharyanto mengatakan pemerintah melalui BNPB telah berupaya memberikan bantuan langsung kepada warga Papua Tengah yang terdampak bencana kelaparan akibat perubahan iklim sehingga menyebabkan gagal panen.

Diare karena Sulit Mendapat Bahan Makanan

Sekda Kabupaten Puncak Darwin Tobing di Puncak memang menyebut enam orang yang meninggal karena kelelahan dan mengalami buang air besar disertai daerah. Namun hal itu terjadi karena mereka kelaparan akibat kesulitan mendapat bahan makanan yang ditimbulkan oleh cuaca ekstrem sejak Juni lalu.

"Rata-rata warga yang meninggal akibat kelelahan dan mengalami buang air yang disertai darah," katanya.

Bahkan, kata dia, ada seorang ibu terpaksa melahirkan bayinya secara prematur karena kelelahan saat mencari makan yang menyebabkan bayinya meninggal sesaat setelah dilahirkan.

Mirisnya, Darwin mengatakan cuaca ekstrem yang dialami di kedua distrik itu terjadi sejak bulan Juni lalu yang mengakibatkan tanaman mati hingga masyarakat kesulitan bahan makanan.

Pemda Puncak, kata Tobing, setelah mendapat laporan berupaya mengirimkan bantuan namun tidak ada perusahaan penerbangan yang mau menerbangkan pesawatnya ke Agandugum.

Masyarakat sudah memberikan jaminan keamanan bagi pesawat yang membawa bantuan terbang ke Agandugume sehingga bantuan dari pemda diturunkan di Sinak yang kemudian diangkut dengan berjalan kaki selama dua hari.

"Pemda Puncak saat ini berupaya agar ada perusahaan penerbangan yang mau mengangkut bantuan untuk masyarakat di wilayah itu karena selain logistik juga akan dikirim tenaga kesehatan, " katanya.

Distrik Lambewi merupakan distrik hasil pemekaran dari Distrik Agandugume.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan jajaran kementerian dan lembaga terkait serta pemerintah daerah di Papua, untuk menangani dampak cuaca ekstrem di Papua Tengah secepat-cepatnya.
 
Hal itu disampaikan Jokowi menjawab pertanyaan wartawan terkait upaya penanganan bencana kekeringan akibat cuaca ekstrem, yang menyebabkan gagal panen dan kelaparan di Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
 
“Saya sudah perintahkan pada Menko PMK, Menteri Sosial, BNPB dan juga di daerah, di papua untuk segera menangani secepat-cepatnya,” kata Presiden usai meresmikan sodetan Ciliwung di Jakarta, Senin (31/7/2023).
 
Presiden menekankan, persoalan yang terjadi adalah terdapat daerah spesifik di Papua Tengah yang pada musim salju, menyebabkan tanaman tidak dapat tumbuh.
 
“Problemnya, supaya tahu ya, itu ada daerah spesifik yang kalau di musim salju itu yang namanya tanaman tidak ada yang tumbuh, di ketinggian yang sangat tinggi, distrik itu,” jelas Presiden.
 
Permasalahan lain adalah kendala terkait keamanan dalam pendistribusian bantuan kepada masyarakat di sana. Menurut Presiden, pesawat pengantar bantuan tidak berani turun, atas faktor keamanan.
 
“Sebab itu saya minta tadi TNI untuk membantu mengawal. Di sana memang problemnya selalu seperti itu, medannya yang sangat sulit, pesawat yang mau turun pilotnya nggak berani, sehingga problem itu yang terjadi,” ujarnya.
 
Untuk diketahui cuaca ekstrem di Papua Tengah terjadi sejak Juni 2023 lalu. Saat ini dilaporkan sedikitnya enam orang meninggal dunia akibat cuaca ekstrem yang berakibat pada gagal panen dan kelaparan di sejumlah distrik, Kabupaten Puncak, Papua Tengah.
 
Suharyanto bersama Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menyerahkan bantuan logistik dan peralatan kepada warga terdampak bencana kekeringan dan cuaca dingin ekstrem di Kabupaten Puncak, Papua Tengah, Rabu (2/8/2023).
 
Dalam keterangannya disiarkan di Jakarta, Suharyanto menyebut bantuan tersebut diserahkan langsung kepada perwakilan warga secara simbolis, disaksikan Bupati Puncak Willem Wandik beserta jajaran di Terminal Kargo, Bandara Mozes Kilangin, Timika.
 
Adapun rincian bantuan logistik yang diserahkan itu berupa 50 ton beras, 10.000 kemasan makanan siap saji, 3.000 kemasan rendang, 3.000 kantong susu protein ​​​​​dan 3.000 paket sembako.
 
Kemudian untuk peralatan meliputi 2.000 tenda gulung, 10.000 selimut, 2.000 matras, ​​​​​2.000 kasur lipat, 2.000 pakaian anak, 2.000 pakaian dewasa, 4 unit tenda pengungsi, 20 genset listrik,  dan 3 motor trail.
 
Sumber: Antara
 
 

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR