SATRIA-1 Satelit Internet Pertama Pemerintah Diluncurkan, Apa Manfaat dan Kecanggihannya?

19 Juni 2023 13:06 WIB

Narasi TV

Penulis: Jay Akbar

Editor: Akbar Wijaya

Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) sukses meluncur ke angkasa dari Cape Canaveral Space Lauch Complex 40 (SLC 40), Florida, Amerika Serikat pada pukul 18.21 waktu setempat.
 
Waktu peluncuran mundur sekitar 15 menit dari jadwal yang ditetapkan yakni pukul 18.04 waktu setempat. Peluncuran SATRIA-1 dengan roket Falcon-9 milik SpaceX terbilang cukup singkat sekitar 10 menit, terdiri dari dua tahapan dan untuk tahapan pertama telah selesai pada 18.30.
 
Untuk tahapan kedua, saat ini roket masih berada di angkasa untuk melepaskan SATRIA-1. Lantas, apa saja manfaat dan kecanggihan SATRIA-1 satu bagi masyarakat dan perkembangan teknologi di Indonesia?

1. Satelit Internet Pertama Milik Pemerintah

SATRIA-1  merupakan satelit internet pertama milik Pemerintah Indonesia. Satelit ini disiapkan untuk menghadirkan internet bagi masyarakat Indonesia di wilayah 3T (terdepan, tertinggal, terluar) dan mengisi orbit di 146 Bujur Timur (BT).
 
Setelah berada di 146 derajat Bujur Timur (BT), PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bersama Thales Alenia Space (TAS) akan melakukan In-Orbit Testing untuk memastikan perangkat Satelit SATRIA berfungsi dengan normal pascapeluncuran. Tahap ini diperkirakan memakan waktu tiga minggu.
 
Tahapan selanjutnya, PSN menjalankan In-Orbit Acceptance Review (IOAR). Peninjauan IOAR akan dilaksanakan pada pekan pertama Desember 2023.
 
Presiden RI Joko Widodo menegaskan bahwa Satelit SATRIA-1 menjadi upaya pemerintah dalam pemerataan pembangunan infrastruktur digital pelayanan publik.

"Peluncuran SATRIA-1 adalah salah satu upaya kita dalam pemerataan pembangunan infrastruktur digital di pusat pelayanan publik di seluruh Indonesia," demikian takarir unggahan Presiden melalui akun Instagram resmi, @jokowi, pada Senin (19/6/2023).

2. Menghadirkan Layanan Internet di 50 Ribu Titik

Berdasarkan studi terbaru BAKTI Kemenkominfo pada 2023, SATRIA-1 dengan kapasitas 150 Gbps akan menghadirkan layanan internet di 50.000 titik fasilitas publik.

Kecepatan internet di setiap titik layanan publik itu diproyeksikan mencapai 4 Mbps, kecepatan tersebut naik dari perhitungan awal di 2018 saat proyek SATRIA-1 dirintis yang mengusung kecepatan 1 Mbps untuk setiap titiknya.

3. Mempercepat Transformasi Digital

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kemenkominfo Hary Budiarto mengatakan konektivitas digital untuk negara kepulauan seperti Indonesia memiliki tantangan tersendiri.

Pengadaan teknologi fiber optik untuk memenuhi bandwidth di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T) serta lokasi-lokasi layanan publik tidak selamanya visible dilakukan di negara kepulauan seperti Indonesia yang memiliki 17.000 pulau, terutama dari aspek teknis, waktu, dan biaya.

Untuk itu, kata Harry, hadirnya SATRIA-1 dapat menjadi solusi dalam menginklusikan masyarakat dalam digitalisasi, terutama untuk kepentingan edukasi dan ekonomi digital.
 
"Kami mengharapkan kehadiran SATRIA-1 ini akan mempercepat inklusivitas ekonomi digital, literasi digital, dan munculnya talenta-talenta digital terutama mereka yang bertempat tinggal di daerah 3T, karena salah satu sasaran utama penerima manfaat SATRIA-1 adalah lembaga pendidikan," ujar Hary dikutip Antara, Senin (19/6/2023).

4. Bisa Dinikmati Sektor-Sektor Pelayanan Publik

Harry mengatakan melalui peluncuran SATRIA-1, layanan internet di sektor-sektor pelayanan publik seperti pendidikan, fasilitas kesehatan, kantor pemerintah daerah, serta TNI dan Polri akan tersedia dengan baik.
 
"Saat ini kita bersama-sama menyaksikan suatu sejarah perjalanan bangsa untuk memeratakan pembangunan, terutama infrastruktur digital di pusat-pusat layanan publik melalui peluncuran SATRIA-1," ujar Harry.
 
Hary mengatakan keberhasilan peluncuran SATRIA-1 bukanlah tujuan akhir dari perjuangan Indonesia untuk pemerataan infrastruktur digital, sebaliknya ini adalah langkah awal untuk tugas-tugas berat lainnya sampai kapasitas satelit dapat dinikmati dan dimanfaatkan oleh masyarakat.
 
"Kami mengharapkan juga kehadiran internet akan mengakselerasi akuisisi ilmu pengetahuan dan keterampilan secara merata di Indonesia," sambung dia.

5. Kapan SATRIA-1 Bisa Dimanfaatkan

Setelah berada di 146 derajat BT, PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) bersama Thales Alenia Space (TAS) akan melakukan In-Orbit Testing untuk memastikan perangkat Satelit SATRIA berfungsi dengan normal pascapeluncuran.
 
Tahap ini diperkirakan memakan waktu tiga minggu. Tahapan selanjutnya, PSN menjalankan In-Orbit Acceptance Review (IOAR). Peninjauan IOAR akan dilaksanakan pada pekan pertama Desember 2023.
 
Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan kapasitas internet SATRIA-1 secara bertahap mulai Januari 2024.

6. Kapasitas Transmisi Terbesar di Asia

Komisaris Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Erry Riyana Hardjapamekas mengatakan SATRIA-1 memiliki total kapasitas transmisi 150 Gbps sehingga menjadikannya yang terbesar di Asia dan nomor lima di dunia.
 
Jumlah kapasitas ini lebih besar dibandingkan dengan kapasitas sembilan satelit aktif yang digunakan Indonesia. Masa hidup satelit ini selama 15 tahun yang nantinya dioperasikan oleh anak usaha PSN yaitu PT Satelit Nusantara Tiga.
 
PSN, lanjut dia, telah menyiapkan 11 stasiun bumi (gateway) di Cikarang, Banjarmasin, Batam, Pontianak, Tarakan, Manado, Kupang, Ambon, Manokwari, Timika, dan Jayapura.
 
Pusat kontrol utama (Primary Satellite Center) dan pusat jaringan (Network Operation Center) berlokasi di Cikarang, Jawa Barat, serta stasiun kontrol cadangan yang berada di Banjarmasin.
 
The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE) menyediakan pembangunan 11 antena yang digunakan pada 11 stasiun bumi tersebut.
 
Untuk jaringan komunikasi dan pendukung lainnya, PSN berkolaborasi dengan Kratos Defense dan Hughes Network Systems (HNS).
 
Kratos Defense menyiapkan perangkat Carriers Spectrum Monitoring (CSM) SATRIA-1 serta Monitoring & Control (M&C) untuk memonitor serta mengontrol perangat radio frequency di 11 stasiun bumi. Hughes Network menyediakan IP Processing Hub untuk SATRIA-1.
 
PSN menjalankan proyek SATRIA-1 setelah berhasil memenangkan tender yang diselenggarakan BAKTI Kominfo pada 2019 lalu.
 
Proyek strategis nasional ini tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018. PSN lalu melanjutkan proses konstruksi satelit dengan menggandeng Thales Alenia Space (TAS). Konstruksi satelit berlangsung dari September 2020 hingga Mei 2023.

7. Tidak Terkait Kasus BTS

Pelaksana tugas Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Mahfud MD menegaskan proyek peluncuran SATRIA-1 tidak terdampak oleh kasus korupsi BTS 4G yang ditangani Kejaksaan Agung (Kejagung).
 
"Tidak ada hubungannya dengan kasus BTS karena ini merupakan proyek tersendiri untuk memberikan pelayanan publik," ujar Mahfud, Senin (19/6/2023).
 
Mahfud mengatakan peluncuran SATRIA-1 akan membuka era konektivitas digital melalui pemerataan akses internet di Indonesia.
 
"Satelit internet pertama milik Indonesia ini untuk pemerataan akses internet, terutama untuk pendidikan, kesehatan, layanan publik, masyarakat, hingga TNI/POLRI," kata Mahfud MD.

Mahfud mengatakan, SATRIA-1 akan menjangkau seluruh wilayah Tanah Air, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).

8. Bisa Melakukan Perbaikan Otomatis

Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (BAKTI Kemkominfo) mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan beberapa langkah mitigasi apabila Satelit Republik Indonesia 1 (SATRIA-1) mengalami anomali baik saat peluncuran maupun setelah mengorbit.
 
Deputy Project Coordinator PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) Heru Dwikartono di Orlando, AS, menjelaskan bahwa satelit itu telah dirancang memiliki kemampuan memperbaiki secara otomatis apabila terjadi masalah teknis.
 
Sistem tersebut dapat terjadi karena SATRIA-1 dirancang sejak awal sudah membawa komponen cadangan sehingga saat masalah teknis terjadi maka satelit bisa membenahi kendala tersebut dengan cepat.
 
"Kita jadi memang mendesain satelit itu semua komponennya bisa fully back up, karena kita mengerti bahwa ketika sudah di atas dan ada masalah itu sudah tidak bisa dibenarkan manual lagi. Jadi secara perangkat di satelit sudah disiapkan (komponen) backup," ujar Heru.
 
Heru juga mengatakan agar tidak ada kekhawatiran turunnya kecepatan internet dari SATRIA-1 saat mengorbit, pihaknya telah mengantisipasi dengan menambah sedikit lebih besar kapasitas dari satelit tersebut.
 
Dengan demikian, satelit bisa tetap stabil dan maksimal memberikan kecepatan internet 150 Gbps saat dioperasikan.
 
"Dengan total layanan yang ada harusnya 150 Gbps, tentunya kita desain pun tidak pas seperti itu. Kita punya margin dan itu bisa jadinya 150 Gbps lebih. Jadi itu cara antisipasi kemungkinan pengurangan kapasitas," katanya.
 
Sumber: Antara

NARASI ACADEMY

TERPOPULER

KOMENTAR