Sejarah Hari Pendidikan Nasional yang Bertepatan dengan Lahirnya Ki Hajar Dewantara

2 May 2024 09:05 WIB

thumbnail-article

null

Penulis: Rusti Dian

Editor: Margareth Ratih. F

Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap tanggal 2 Mei 2024. Tanggal tersebut bertepatan dengan hari lahir Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara. Berikut sejarah Hari Pendidikan Nasional.

Hari Pendidikan Nasional biasanya diperingati dengan upacara bersama, khususnya di instansi pendidikan. Peringatan ini sebagai wujud apresiasi dan refleksi akan pentingnya pendidikan bagi bangsa Indonesia.

Dibalik peringatan tersebut, ada peran besar Ki Hajar Dewantara di masa lampau. Tak hanya berjuang agar masyarakat Indonesia dapat mengakses pendidikan di masa penjajahan, ia juga mendirikan sekolah bernama Taman Siswa.

Atas jasanya, pemerintah Indonesia pun mengeluarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 305 Tahun 1959. Surat tersebut berisi peringatan Hari Pendidikan Nasional yang pertama kali dicetuskan pada 28 November 1959.

Hari Pendidikan Nasional 2024 mengusung tema “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”. Tidak hanya memperingati Hardiknas saja, Mei 2024 juga dicanangkan sebagai bulan Merdeka Belajar oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Lantas, bagaimana sejarah Hari Pendidikan Nasional? Simak penjelasannya di bawah ini!

Sejarah Hari Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara lahir pada 2 Mei 1889. Nama aslinya Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari keluarga Kadipaten Pakualaman di Yogyakarta. Kerajaan ini merupakan bagian dari Dinasti Mataram yang saat itu pecah menjadi empat: Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran, dan Kadipaten Pakualaman.

Sebagai pribumi yang cukup terpandang, Ki Hajar Dewantara berkesempatan menempuh pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School) atau Sekolah Dasar Belanda. 

Ia pun melanjutkan ke STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) atau Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputera. Sayangnya, Ki Hajar Dewantara tidak menyelesaikan kuliahnya lantaran mengalami sakit. 

Namun, ia tidak pernah lelah menjadi aktivis dan jurnalis pergerakan nasional yang pemberani. Ia pernah menjadi wartawan di beberapa surat kabar seperti Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara.

Ki Hajar Dewantara juga bergabung dalam Boedi Oetomo, organisasi yang didirikan oleh para pelajar STOVIA. Tujuan organisasi ini adalah untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Tak heran jika Boedi Oetomo menjadi organisasi yang mengawali era pergerakan nasional pada saat itu.

Setelah itu, Ki Hajar Dewantara keluar dan mendirikan Indische Partij (IP) bersama Cipto Mangunkusumo dan Ernest Douwes Dekker. Mereka bertiga disebut sebagai Tiga Serangkai. Mereka menulis kritik akan pendidikan Indonesia yang saat itu hanya boleh dinikmati orang kaya dan para keturunan Belanda saja.

Tulisan tersebut dianggap menghina pemerintah Belanda. Akibatnya, Tiga Serangkai diasingkan ke Belanda pada 1913. Tidak berhenti sampai di situ, Ki Hajar Dewantara juga mulai mengenalkan Indonesia di kancah internasional.

Pada 6 September 1919, Ki Hajar Dewantara dipulangkan ke Indonesia. Ia seperti menghirup kebebasan tanpa janji atau pernyataan apapun. Kemudian pada 3 Juli 1922, ia mendirikan Perguruan Tamansiswa di Yogyakarta.

Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia di kabinet pertama yang dipimpin oleh Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.

 

Apa Komentarmu?

Tulis komentar

ARTIKEL TERKAIT

VIDEO TERKAIT

KOMENTAR

Latest Comment

Belum ada komentar

Jadilah yang pertama mengirimkan komentar untuk bertukar gagasan dengan pengguna lainnya

TERPOPULER