3 Mei 2023 21:05 WIB
Penulis: Moh. Afaf El Kurniawan
Editor: Rizal Amril
Dunia baru-baru ini digemparkan dengan adanya sekte sesat di Kenya yang mulai merebak pada pertengahan April.
Lebih dari seratus orang ditemukan meninggal dunia di hutan Shakahola, Kenya yang diduga merupakan korban dari sekte sesat tersebut.
Para pengikutnya diiming-imingi masuk surga dengan syarat harus menjalani puasa sampai mati. Jasad para korban kemudian dikubur di lubang dangkal di area hutan Shakahola.
Kebanyakan dari mereka ada anak-anak, ada juga delapan orang lainnya yang ditemukan hidup namun kemudian meninggal karena kondisi kesehatan yang buruk.
Terdapat kekhawatiran jumlah korban tewas akibat sekte sesat di Kenya akan terus meningkat.
Menurut laporan dari Kementerian Dalam Negeri Kenya mengungkapkan bahwa terdapat lebih dari 400 laporan orang hilang yang diterima pihaknya.
Sekte sesat di Kenya pertama kali didirikan pada tahun 2003 silam oleh seorang pendeta yang memproklamirkan dirinya sebagai Paul Nthenge Mackenzie.
Ia dituduh menghasut para anggota gerejanya untuk berpuasa hingga mati agar dapat pergi ke surga.
Sang pendeta juga disebut pernah meramalkan dunia akan kiamat pada 15 April. Atas alasan tersebut, Mackenzie memerintahkan seluruh pengikutnya untuk bunuh diri agar menjadi yang pertama pergi ke surga.
Melansir Majalah Weekly Review edisi 30 April 2023, Mackenzie sebelumnya pernah dipenjara untuk beberapa kasus, namun selalu berhasil bebas dari tuntutan karena kurangnya pasal hukum yang dapat disangkakan dan minimnya bukti.
Menurut penelusuran The Standard, salah satu media massa di Kenya, gereja pimpinan Paul Nthenge Mackenzie dikenal sangat menentang praktik pendidikan.
Kepada The Standard, seorang mantan pengikut Mackenzie bernama Mzee Charo Kenga mengatakan hal tersebut.
"Dia [Mackenzie] memutarbalikkan ayat-ayat Alkitab untuk membujuk orang agar membenci pendidikan dan kedokteran," katanya, dikutip dari The Standard.
Pada 2019 lalu, Mackenzie sempat menutup gereja miliknya dan mengaku berhenti menjadi pemuka agama.
Akan tetapi, kepolisian setempat meyakini bahwa hal tersebut hanyalah kedok untuk terus menyebarkan ajarannya secara klandestin.
Lantas bagaimana kematian massal terjadi bagi para pengikut sekte sesat di Kenya? Berikut penjelasannya.
Seorang mantan pengikut Gereja Good News International Titsu Katana mengatakan kepada AFP jika terdapat jadwal puasa bagi semua pengikut sekte.
Terdapat beberapa tahapan, dimulai dari anak-anak dan orang lajang kelaparan terlebih dahulu kemudian disusul oleh para wanita lalu pria.
"Mackenzie dan keluarganya akan pergi terakhir," ucap Titsu Katana dalam keterangannya.
Katana mengatakan para pengikutnya telah menjual properti, rumah, dan pabrik mereka karena mereka datang ke hutan belantara, disebut-sebut demi menunggu Tuhan di hutan Shakahola.
Demikian informasi seputar sekte sesat di Kenya yang telah menewaskan ratusan orang pengikut dari sekte tersebut.
KOMENTAR
Latest Comment