7 Oktober 2022 21:10 WIB
Penulis: Akbar Wijaya
Editor: Frendy
Isatus Sa’adah sempat tak percaya bahwa Wildan, adiknya, menjadi satu dari 131 korban tewas dalam peristiwa di Stadion Kanjurahan.
Sabtu, 1 Oktober 2022, Wildan, yang sepekan sebelumnya baru saja merayakan ulang tahun ke-16, pergi berpamitan untuk mengikuti kegiatan selawatan di tempatnya mengaji.
Ahad, 2 Oktober 2022, pagi, Isatus menerima telepon dari teman-teman sang adik perihal keberadaan Wildan yang belum ditemukan seusai menonton pertandingan Malang FC kontra Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
“Teman-temannya telepon cari di rumah sakit belum ditemukan,” kata Isatus dalam program Mata Najwa, Kamis (6/10/2022).
Isatus lalu bergegas pergi ke musala untuk mengecek keberadaan Wildan. Biasanya, Wildan tidur di sana selepas acara selawatan.
Ternyata acara selawatan tadi malam itu tidak ada, maka Isatus pergi ke rumah sakit.
Berbekal foto, Isatus mencari Wildan dengan dibantu seorang teman. Wildan akhirnya berhasil ditemukan, tapi sudah dalam kondisi tak bernyawa.
“Bukannya aku langsung lupa kalau itu adik aku, tapi kayak enggak percaya banget tiba-tiba dia sudah dalam kondisi seperti itu,” ujarnya.
Dari cerita teman-temannya, Isatus tahu bahwa Wildan menonton sepak bola bersama delapan teman lainnya. Sebelum masuk ke stadion, para remaja ini mulanya bersepakat akan keluar melalui pintu tribun 12.
Namun, jumlah penonton yang terlalu ramai membuat Wildan dan dua kawannya terpencar dari tujuh teman lainnya. Wildan dan kawan-kawan akhirnya menonton pertandingan dari tribun 13.
“Nah, pas pembagian tiket mungkin karena banyaknya orang, yang bersebelahan cuma tiga orang,” ujarnya.
Isatus menuturkan saat polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun, para remaja ini sama sekali tidak mengerti soal risiko dan bahayanya.
“Waktu gas air mata ditembakkan mereka awalnya gak 'ngeh' kalau itu bakalan meledak, jadi biasa saja,” katanya.
Begitu gas air mata meledak dan asap menguar mengepung tribun stadion, barulah terjadi kepanikan. Wildan dan seorang temannya yang bernama Arnold lari berusaha menyelamatkan diri. Usaha mereka gagal, Wildan dan Arnold ditemukan tewas.
Kepergian Wildan membuat Isatus amat terpukul. Beberapa malam ia sukar memejamkan mata dan terus mencari tahu yang terjadi melalui media sosial.
“Hari itu pas adik saya enggak ada beberapa hari saya enggak bisa tidur, saya terus-terusan scroll twitter saya cari video-video ini gimana sih keadaannya, ini se-chaos apa sih kok bisa-bisa sampai [meninggal] ratusan entah itu 125, 132, 170 bahkan ada teman teman Aremania yang menemukan sudah 200,” ujarnya.
Di hadapan Menkopolhukam Mahfud MD, Isatus mengatakan bahwa para korban tewas bukan sekadar angka atau data. Ia berharap kasus ini bisa diusut tuntas.
“Ini bukan sekadar angka atau data ini adalah nyawa. Jadi ya harus diusut secara tuntas. Kayak gituh pak,” katanya.
Merespons hal itu Mahfud mengatakan dari hasil investigasi sementara pemerintah telah mengeluarkan sanksi berupa administrasi dan pidana.
“Ini kan sekarang langkah tanggap daruratnya sudah ditemukan enam tersangka dan 10 orang dimutasi dan didemosi dari jabatannya,” ujar Mahfud.
KOMENTAR
Latest Comment